Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Selasa, 22 Januari 2008

Jujur Dalam Membuat Karya Ilmiah Sendiri Itu Ada Hikmahnya

Dalam kitabnya yang berjudul Jala' al-Khawatir, Syekh Muhyiddin Abu Muhammad Abdul-Qadir bin Abu Shalih Musa al-Jili bin Abdullah (Abdul Qodir Jailani) r.m. berkata:

Jangan meminjam kata-kata orang saleh dan kemudian mengucapkannya dengan berpura-pura bahwa kata-kata tersebut adalah kata-katamu. Peminjaman itu lambat laun akan diketahui juga. Engkau harus membungkus dirimu dengan apa yang menjadi milikmu, bukan dari sesuatu yang dipinjam. Tanamlah kapas dengan tanganmu sendiri, siramilah ia dengan tanganmu sendiri dan cangkulah ia dengan usahamu sendiri, kemudian pintalah ia, kemudian tenunlah ia dengan usahamu sendiri. Jangan bergembira dengan harta dan pakaian milik orang lain. Jika engkau mengambil kata-kata orang lain dan mengucapkannya, dengan berpura-pura bahwa kata tersebut adalah milikmu, hati orang-orang saleh akan mencemoohmu. Jika engkau tidak mempunyai amal untuk diperlihatkan kepada dirimu sendiri, engkau tidak punya apa-apa untuk dikatakan. Inti dari masalah ini adalah praktik nyata (amal). Alloh telah berfirman, "Masukilah syurga karena apa yang telah engkau perbuat". (QS.16:32)

Dari paragraf dalam kitab tersebut saya memperoleh pengajaran berharga tentang apa yang harus saya lakukan sebagai penceramah (lecturer - arti tidak dalam konteks jabatan fungsional lektor) dalam pembuatan karya ilmiah. Secara sederhana saya melihat karya ilmiah adalah bentuk lain dari ceramah, yakni dalam wujud tulisan. Apapun yang saya sampaikan atau tuliskan dalam ceramah ilmiah, harus jujur apa adanya. Jika saya mengutip perkataan atau tulisan seseorang, maka saya harus mengemukakan rantai periwayatnya, ya ... sebagaimana halnya tradisi para perawi hadits dalam agama Islam. Rantai periwayatan ini dimaksudkan untuk kebaikan internal dan eksternal. Kebaikan internal yakni menjaga kejujuran diri, dan eksternal adalah untuk objektifitas atau orisinalitas.

Dalam dunia kita ini, ada beberapa orang yang tidak berberat hati apabila dia harus mengakui suatu karya ilmiah yang sebenarnya merupakan hasil kerja orang lain. Dia merasa aman karena tidak ada yang tahu tentang hal itu. Padahal cemoohan itu sudah tersimpan di dalam hati satiap orang dari kalangan kita. Pertanyaan yang ada dalam benaknya adalah, mana yang harus diutamakan, membuat sendiri Karya Ilmiah yang melelahkan, atau mengakui karya orang lain supaya kredit untuk kenaikan Jabatan Fungsional segera tercapai?

Padahal dalam pengerjaan karya Ilmiah itu ada proses pembangunan, pemberdayaan, pembentukan, dan peningkatan potensi diri. Hasilnya sangat penting dan lebih berharga dari pada tingginya jabatan fungsional. Lebih berharga dari pujian orang, kehormatan yang diperoleh dari tingginya jabatan kita, atau tambahan uang yang kita dapatkan karena tingginya jabatan. Yang kita peroleh adalah peningkatan performa kita sebagai seorang pendidik, ilmuan, dan penceramah. Performa ini tidak mungkin dicapai tanpa pengalaman. Dan pengalaman ini kadang menjadi hilang karena kita lebih memilih jalan pintas, mengakui karya orang sebagai karya sendiri.

Senin, 14 Januari 2008

Guru Yang Bijaksana

Dalam salah satu catatannya yang dikutip oleh majalah al-Izzah No.12 / Th.1, 31 Desember 200, Imam Hasan al-Bana mengkisahkan:

Saya tidak dapat melupakan kenangan manis saya bersama guru saya, Badir Bik. Saya tak melupakan jasanya kepada kami. Pihak Darul Ulum menugaskannya untuk mengajar Sastra Arab dan Mengarang. Katika itu kami sudah tingkat tiga. Ia masuk ke dalam kelas kami dengan wajah murung sambil berkata,
"Apakah kalian tahu bahwa kalian semua sedang menghadapi kejadian yang sangat menyedihkan?" Kami bertanya, "Peristiwa apakah itu?" Iapun menjelaskan, "Saya telah ditugaskan mengajar pelajaran Sastra Arab Jaman Abbasiyah yang merupakan bagian dari sastra Arab. Saya tidak mengetahui apapun mengenainya. Saya akan memberitahu guru yang cakap dalam masalah ini. Ia adalah Syaikh Najati. Pergi, temuilah ia. Mintalah pihak Darul Ulum untuk meringankan beban saya ini dan menyerahkannya pada Syekh Najati. Percayalah, saya sedang memberi nasihat yang benar. Nasihat yang benar harus diikuti."

Kamudian kamipun mulai menghibur Syeikh Badir. Tetapi ia berkata,
"Jangan coba mengecoh saya mengenai diri saya pribadi. Saya lebih mengenal diri saya sendiri. Saya faham tujuan kalian. Yang saya inginkan adalah kebaikan bagi kalian."

Ada pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah tersebut. Di antaranya:
  1. Seorang guru tidak perlu malu untuk berterusterang akan kompetensi dirinya dalam suatu matakuliah, selama keterusterangannya tersebut disertai solusi. Guru harus terbuka dan membangun situasi dialogis dengan muridnya.
  2. Seorang guru harus mengenali kompetensi dirinya dan guru lainnya, serta tidak merasa berat untuk mengakui kompetensi tersebut. Ia harus dapat menyerahkan tugas mengajar kepada guru lain sekiranya guru tersebut lebih kompeten dibandingkan dirinya.
  3. Seorang guru harus menjadi bagian dari muridnya, sehingga ia dapat mengukur apakah dirinya bisa memberikan yang terbaik bagi muridnya. Dan agar ia selalu berfikir apapun yang terbaik bagi muridnya.
  4. Seorang guru harus memastikan kalau dirinya dapat memberikan perkuliahan dengan jaminan pengetahuan dan pengalamannya dalam matakuliah tersebut.
  5. Seorang guru harus jujur, seperti Imam Syafi'i. Beliau apabila ditanya tentang sesuatu yang tidak diketahuinya akan menjawab, "Saya tidak tahu".