Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Selasa, 24 Juni 2014

Islam itu bukan Arab



Menurut pemahaman saya Islam itu bukan Arab, sehingga untuk islami tidak perlu menjadi orang Arab. Nabi Muhammad SAW sendiri mengatakan bahwa pada awalnya Islam itu asing di tempat kelahirannya, banyak menyalahi budaya dan kepercayaan masyarakat Arab saat itu. Hal ini menunjukan bahwa Islam sama sekali tidak berakar dari Arab, tetapi bersumber dari Allah SWT.

Budaya Islam merupakan turunan dari atau sisi manusia yang berinteraksi dengan ajaran orisinil Allah SWT yang keorsinilannya muncul tanpa merujuk sama sekali kepada pemikiran manusia. Apalagi Islam diturunkan sebagai ajaran universal, yang karenanya Islam flexible terhadap budaya masyarakat manapun, bersifat meluruskan agar sejalan dengan ajaran Tuhan.

Islam sebagaimana agama lainnya mencelupi budaya manusia. Kalau ada usaha mengislamikan budaya, maka usaha tersebut bukan menjadikan budayanya bergeser menjadi serba Arab tetapi menjadi lurus sejalan dengan ajaran Islam. Namun usaha ini akan membawa kepada akulturasi, sehingga sangat wajar jika bahasa dan ajaran agama terserap di dalam budaya. Serapan ini tercermin dalam kata serapan asing, pakaian, prosesi, dls.

Sangat wajar jika al-Quran yang menggunakan bahasa Arab terserap dalam bahasa percakapan sehari-hari muslim dan tetangganya di berbagai belahan dunia, terlebih jika kata itu tidak ada padanan katanya dalam kata yang berkembang di tempatnya diamalkan. Bahkan nama Tuhan YME disebut berbeda saat nama-Nya terucap dalam berbagai budaya manusia. Akulturasi ini merupakan proses pemilihan dan peningkatan, di mana manusia dapat sampai kepada tingkat budaya yang sangat maju melalui akulturasi. Semangat fasis yang menganggap pencapaian budaya bisa dicapai dengan hanya mengembangkan budaya sendiri dan mengisolasi dari kebaikan atau keunggulan budaya asing hanya akan menciptakan manusia asosial, lupa dari kenyataan bahwa manusia itu satu sehingga hakikat budayanya pun satu, dan diciptakan berbangsa-bangsa dan berbudaya agar saling mengenal dan belajar untuk melengkapi diri, melengkapi budayanya.

Islam mengajarkan kepada ummat melalu lisan Nabi Muhammad SAW untuk mempelajari sesuatu hingga negeri Cina, sehingga umat Islam tidak menutup diri dari budaya yang sejalan atau dapat lurus dengan ajaran Islam. Allah SWT tidak mengharamkan budaya, akulturasi budaya, selama budaya tersebut sejalan dan tidak menyalahi ajaran-Nya.

Budaya dibangun oleh manusia dan sangat dipengaruhi dan bahkan dibentuk oleh pemikiran, seni, atau keyakinan mereka. Oleh karenanya hal yang sangat wajar apabila Indonesia mewarisi budaya yang sangat beragam termasuk mewarisi hasil akulturasi budaya yang sangat banyak, apakah akulturasi itu sebagai usaha memperkaya budaya yang ada atau sebagai usaha hidup bersama budaya yang ada. Ini merupakan suatu karunia. 

Yang pasti, manusia Indonesia memiliki kehendak memilih dalam usahanya tersebut, berdasarkan pemikirannya, sehingga boleh jadi tidak semua bagian dari budaya itu menyatu atau bercampur dengan budayanya. Oleh karenanya hal yang wajar apabila sebagian kelompok menolak dan menerima sebagian dari budaya kelompok lain, seperti misalnya menolak penyerapan bahasa arab ke dalam bahasa sehari-hari dan menerima penyerapan pakaian barat dalam pekerjaan sehari-hari. 

Walau demikian, setiap manusia Indonesia hidup dalam semangat bhineka tunggal ika, sikap toleransi yang menjadi komitmen hidup berbangsa, sehingga sikap penolakan tersebut tidak boleh mencegah kecuali menyalahi Pancasila dan khususnya ketuhanan YME yang menjadi dasar berbangsa dan bernegara. Dalam konteks penyerapan bahasa Arab misalnya, karena tidak menyalahi Pancasila maka sikap penolakan tidak boleh mencegah, dan cukup penolakan itu di dalam dirinya saja. Mencegah dalam bentuk apapun baik secara langsung atau tidak langsung, yang dinyatakan di ruang publik, sama saja menyalahi prinsip Bhineka Tunggal Ika, menyalahi Pancasila, dan merupkan wujud praktik rasial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Kita sadar, budaya ini terus berkembang seiring dengan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat Indonesia, dan perkembangan budaya Indonesia ini sejatinya tidak akan menyalahi Pancasila. Budaya Pancasila inilah yang menjadi jati diri budaya Indonesia. Namun sayangnya, sebagian dari bangsa kita, mempersoalkan bagian budaya yang sama sekali tidak menyalahi Pancasila seperti bahasa yang plural namun melupakan budaya yang menyalahi Pancasila seperti sekulerisme, plurasilme, dan liberalisme. Bahasa "semakin arab semakin islami" misalnya menurut pemahaman saya memiliki dua kesalahan, pertama karena penyerapan bahasa yang bersumber dari apa yang dikonsumsi bangsa (baik kitab suci, karya sastra, dls) merupakan hal yang terakomodasi dalam kehidupan plural / bhineka tunggal ika, dan kedua karena penggunaan bahasa yang bersumber dari apa yang dikonsumsi bangsa merupakan hak asasi yang tidak menyalahi Pancasila dan bahkan dilindungi UUD 45.

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya