Jum'at, 31 Agustus 2018, saya bersama bu Dewi Tresnawati menghadiri undangan workshop dari Bebras Indonesia yang pada tahun ini diselenggarakan di Universitas Bina Nusantara. Kami berangkat dari Garut pukul 03.30 lebih agar dapat menghadiri acara pembukaan pukul 09.00. Kampus memberikan bantuan akomodasi untuk kami berdua agar dapat mengikuti kegiatan tersebut selama dua hari. Sudah dua tahun ini Sekolah Tinggi Teknologi Garut selaku Biro Bebras Indonesia telah melaksanakan Computational Thinking Challenge bagi siswa se Garut.
Beberapa hari sebelumnya saya membantu komisariat kampus Relawan TIK Indonesia agar berkesempatan untuk menjadi biro Bebras Indonesia seperti Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Beberapa komisariat diundang oleh Bebras Indonesia, yakni Universitas Islam Nusantara, Universitas Singaperbangsa Karawang, Universitas Sains al-Qur'an Wonosobo, dan Universitas Lampung. Pada hari pelaksanaan, komisariat kampus Universitas Lampung berhalangan hadir.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, kami masih merupakan satu-satunya Sekolah Tinggi yang masuk di dalam daftar Biro Bebras Indonesia. Kebanyakan perguruan tinggi yang ditunjuk sebagai Biro adalah Universitas dan Institut. Sekolah Tinggi Teknologi Garut merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta di Priangan Timur yang ditunjuk sebagai pengelola kegiatan informatika bertaraf nasional tersebut.
PERJALANAN MENJADI BIRO
Penunjukan Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagai biro berawal dari silaturahmi. Saat itu saya masih menjadi sekretaris program studi Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Dalam kegiatan workshop kurikulum informatika di Institut Teknologi Bandung saya berkesempatan untuk becengkrama dengan ibu Inggriani Liem atau yang lebih banyak dikenal oleh mahasiswanya dengan nama ibu Ingeu. Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan kepada beliau bahwa Sekolah Tinggi Teknologi Garut setiap tahunnya mengundang dosen informatika Institut Teknologi Bandung sebagai pemateri Seminar dan Pelatihan Masyarakat Informasi tahunan. Kami berniat mengundang beliau sebagai pemateri di kesempatan berikutnya.
Pada tahun 2016, Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia meminta kami untuk menjadi mitra penyelenggara kegiatan Agen Perubahan Informatika untuk pelajar di Garut. Sebagai Relawan TIK Indonesia saya selalu siap membantu program Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia tersebut. Dan karena saat itu saya sudah menjadi ketua pengurus Satuan Karya Pramuka Informatika Garut, maka saya mengemas kegiatannya menjadi kegiatan kolaboratif antara Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Garut, Relawan TIK Indonesia, dan Satuan Karya Pramuka Informatika. Selain akan ada sosialisasi Agen Perubahan Informatika dari Direktur Pemberdayaan Informatika, juga akan ada sosialisasi Satuan Karya Pramuka Informatika dari saya. Agar ruang amaliah Agen Perubahan Informatika dan Satuan Karya Pramuka Informatika dapat difahami oleh para pelajar, saya mengundang ibu Inggriani Liem untuk memaparkan materi tentang Desa Pintar. Topik tersebut dipilih karena Agen Perubahan Informatika dan Satuan Karya Pramuka Informatika memiliki misi membangun masyarakat informasi dari desa.
Beberapa waktu setelah kegiatan kolaboratif tersebut, saya silaturahmi ke bu Inggriani Liem, sekalian menanyakan kinerja studi lanjut salah satu dosen yang menjadi bimbingan tesis beliau. Dalam kesempatan tersebut beliau menawarkan Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagai biro Bebras Indonesia. Saat itu saya menyatakan kesiapan untuk menjadi Biro. Dan setelah itu saya membentuk tim dari kalangan dosen untuk menyelenggarakan Computational Thinking Challenge tingkat nasional pertama untuk wilayah Garut.
ROMANTIKA BIRO
Di hari pertama Workshop, setiap Biro angkatan I (2016) dan II (2017) diberi ruang untuk menyampaikan pengalaman dan masukannya kepada Bebras Indonesia. Sekolah Tinggi Teknologi Garut mendapat kesempatan tersebut pada urutan ketiga belas.
Di depan biro lainnya saya menjelaskan kronologis penunjukan Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagai biro. Saya juga menjelaskan bahwa pada tahun 2016 itu Garut sedang mengalami musibah bencana banjir bandang, dan Sekolah Tinggi Teknologi Garut menjalankan
program Relawan TIK untuk Bencana yang menangani perangkat TIK terdampak bencana. Ada dua sekolah yang menjadi fokus utama bantuan, yakni SMP dan SMA PGRI Garut. Untuk membangun semangat kembali, kami mengundang siswa dari dua sekolah tersebut untuk ikut serta dalam Computational Thinking Challenge 2016.
Garut saat itu merupakan salah satu kabupaten tertinggal di provinsi Jawa Barat. Ibu Dewi Tresnawati menyampaikan kepada saya bahwa siswa SMAN 1 Garut berhasil masuk 10 besar Computational Thinking Challenge 2016. Informasi dari guru koordinator lokal Bebras SMAN 1 Garut, siswi yang berhasil masuk di posisi 10 besar tersebut kini merupakan mahasiswa pertambangan Institut Teknologi Bandung. Informasi tersebut sebagian di antaranya saya sampaikan di dalam kesempatan tersebut untuk menunjukan adanya semangat kompetitif putera daerah dalam kompetisi nasional.
Peserta Computational Thinking Challenge tahun 2016 dan 2017 semuanya berasal dari sekolah swasta dan negeri. Kunci sukses pelibatan peserta adalah relasi tim dengan guru yang dibangun melalui kegiatan kampus atau karena adanya ikatan lainnya. Dan saya menjelaskan manfaat Bebras bagi dosen tersertifikasi, yakni dapat dituliskan dalam Beban Kerja Dosen sebagai pengabdian kepada masyarakat dalam wujud pendampingan sekolah, atau kegiatan penunjang dalam wujud kepanitiaan antar lembaga.
MASA DEPAN BIRO
Ada beberapa pemateri yang tampil dalam kegiatan workshop tersebut, di antaranya bapak Totok Suprayitno - Kepala Puslitbang Kemendikbud Republik Indonesia. Beliau menyampaikan bahwa pertemuannya dengan ibu Inggriani Liem di Pelatihan Nasional Tim Olimpiadi Komputer Indonesia Bogor menginsfirasi kelahiran kembali Mata Pelajaran TIK dalam bentuk baru, yakni Mata Pelajaran Informatika yang diberlakukan sebagai mata pelajaran pilihan dari tingkat PAUD sampai dengan kelas 12. Kampus yg menjadi Biro Bebras Indonesia diminta utk membantu proses pembelajaran Mata Pelajaran Informatika atau mendampingi guru mata pelajaran tersebut. Beliau akan mengusulkan perekrutan 100 ribu guru Informatika untuk melaksanakan pembelajaran mata pelajaran tersebut.
Hal tersebut jika terwujud menjadi angin segar bagi perguruan tinggi penyelenggara program studi Informatika, khususnya yang menjadi Koordinator Wilayah / Biro Bebras Indonesia. Perguruan tinggi akan memiliki jejaring dengan sekolah terkait pendampingan tersebut. Selain membuka kesempatan branding, juga membukakan pintu kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan penunjang dalam bidang informatika secara berkelanjutan. Ibu Inggriani Liem menambahkan, bahwa diharapkan Komunitas Bebras menyediakan kegiatan Tridharma, termasuk penelitian dalam topik Computational Thinking.
Dalam pemaparannya tentang bangunan mata pelajaran Informatika, ibu Inggriani Liem menunjukan skemanya di mana TIK sebagai atap dan Computational Thinking sebagai landasan dilengkapi sejumlah pilar. Di antara pilarnya adalah berkaitan dengan dampak pemanfaatan informasi dan TIK / media yang menjadi fokus Relawan TIK Indonesia dan Kelompok Informasi Masyarakat. Dengan demikian, mata pelajaran informatika ini membawa aktivitas literasi informasi yang dilakukan oleh Kelompok Informasi Masyarakat, dan literasi digital (informasi dan media / TIK) oleh Relawan TIK Indonesia ke dalam kurikulum sekolah. Dengan kata lain, pengajaran literasi digital menjadi terintegrasi dengan sistem sekolah. Hal ini sejalan dengan deklarasi Brussels, di mana pendidikan dan pelatihan TIK dapat diintegrasikan dengan sistem sekolah reguler.
JALAN BARU MENUJU SURGA
Di hari kedua tanggal 1 September 2017, bapak Adi Mulyanto menanyakan kesediaan saya untuk bergabung dalam Organizing Committee Bebras Indonesia. Saya menyatakan kesiapan selama tugasnya bisa saya kerjakan. Dan akhirnya saya masuk dalam daftar kepengurusan 2018 - 2021 sebagai anggota tidak tetap Organizing Committee yang direkrut dari Biro. Tugas relawan ini tentu saja akan menyita kegiatan penunjang lainnya seperti di Relawan TIK Indonesia, Satuan Karya Pramuka Informatika Garut, Forum Kelompok Informasi Masyarakat Garut, dan Forum Dosen Indonesia. Saya harus mengelola waktu dengan baik agar kepercayaan yang diamanatkan dari berbagai organisasi tersebut dapat saya tunaikan dengan baik sehingga memudahkan perjalanan saya menuju Surga. Sebagai relawan saya bekerja demi amal untuk kepentingan umum.