Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Senin, 10 September 2018

Arti Penting Partisipasi Masyarakat bagi Perusahaan


Garut, 10 September 2018. Saat dalam perjalanan menuju Sekolah Tinggi Teknologi Garut, tepatnya di persimpangan jalan Mayor Syamsu dan jalan Subyadinata desa Jayaraga, saya melihat kabel membentang merintangi jalan. Kendaraan melaju perlahan karena khawatir tersangkut kabel dan memutuskan kabelnya. Saya pun menepikan motor dan mulai memotretnya dengan smartphone. Setelah itu saya melanjutkan perjalanan. Saat melewati kabel tersebut, ternyata kabel itu hampir menyentuh helmet yang dikenakan. 

Setelah tiba di kantor, saya mulai mengunggah foto tersebut ke WAG (Whatsapp Group) Beranda KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) Garut, dengan harapan ada anggota KIM yang dapat menyampaikan informasi tersebut kepada pihak terkait. Saat itu saya tidak yakin kabel tersebut apakah milik PLN atau Telkom.  


Kiriman tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh kang Tisna dengan menanyakannya kepada PLN di WAG Area Garut 2018. Dari WAG tersebut diperoleh informasi bahwa kabel tersebut bukan kabel listrik milik PLN, tetapi kabel fiber optic milik Telkom. 


Sementara itu saya pun mencoba mencari informasi dari kolega di Telkom, dan mendapat respon yang baik. Sekitar dua jam kemudian saya menerima kabar bahwa pihak Telkom telah memperbaiki bentangan kabel fiber optik tersebut. kemudian saya sampaikan di WAG KIM Garut. Informasi tersebut sekaligus membenarkan informasi yang diperoleh dari WAG Area Garut 2018.


Dalam teori manajemen jaringan, penanganan masalah jaringan komputer dilakukan melalui dua gaya, yakni menunggu laporan dari pelanggan dan sebaliknya. Perangkat lunak Network Monitoring digunakan untuk mendeteksi masalah jaringan sehingga dapat ditindaklanjuti sebelum mendapat laporan dari pelanggan. Pemanfaatan teknologi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan mutu layanan atau kenyamanan pelanggan. 

Namun mungkin masalah bentangan kabel yang tidak terdeteksi oleh perangkat lunak tersebut membuat tidak ada satupun pelanggan yang melapor. Dalam kondisi demikian, sumber laporan yang dapat diharapkan oleh pengelola jaringan adalah masyarakat. Masalahnya bisa membesar bila tidak segera ditangani. Kabel yang menjadi terputus karena tertabrak kendaraan menyebabkan penurunan tingkat kenyamanan pelanggan. Kecelakaan yang disebabkan karena jeratan kabel menyebabkan penurunan tingkat kenyamanan masyarakat umum.  

Potret komunikasi yang melibatkan masyarakat dan perusahaan yang diceritakan sebelumnya menggambarkan perhatian masyarakat terhadap dampak aset perusahaan dan pemanfaatan informasi yang baik oleh perusahaan. Setiap individu masyarakat yang terlibat dalam penyelesaian masalah melalui penyampaian / layanan informasi secara sukarela demi kepentingan umum dapat disebut sebagai relawan informasi. Layanan informasi terkait TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) tersebut dapat diperankan oleh anggota KIM atau relawan TIK. Perusahaan terbantu dengan layanan sukarela tersebut karena dengannya kenyamanan pelanggan atau masyarakat umum tetap terjaga. 

Minggu, 09 September 2018

Mahasiswa Informatika Garut Berwirausaha


Tidak terasa sudah hari minggu lagi. Seminggu yang lalu saya bersama keluarga mengunjungi objek wisata Situ Bagendit - Banyuresmi, tepatnya tanggal 2 September 2018. Anak-anak mengajak saya menaiki wahana air. Istri saya menyarankan untuk beli rujak dulu sebelum menaiki wahana tersebut. 

Di dekat tukang rujak itu fikiran saya terbang ke masa lalu saat membaca informasi di media sosial tentang mahasiswa informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang berjualan rujak untuk membiayai kuliahnya. Tapi saya lupa namanya, dan susah juga menemukan informasinya di media sosial. Tadinya mau tanya ke bapak tukanng rujak tersebut, tapi urung dilakukan karena beliau sedang sibuk melayani pelanggan. Hari ini baru saya temukan nama mahasiswanya di internet, yakni Asep Rohimat.



Saking sibuknya penjual rujak itu melayani pelanggan, kamipun terpaksa meninggalkannya, membuyarkan bayangan nikmatnya makan rujak beubeuk di situ Bagendit. Dalam perjalanan ke sisi lain situ Bagendit, saya melihat dari kejauhan ada es kepal Milo yang sempat viral di media sosial. Saya tawarkan ke anak-anak apakah mereka mau mencobanya (seperti maunya saya)?. Dan syukurlah mereka mau, hahaha. 

Begitu mendekat ternyata pedagangnya menyambut, dan saya mengenalnya. Dia adalah mahasiswa saya yang sekarang ini tengah akan melaksanakan sidang skripsi. Di tengah kesibukannya menyiapkan skripsi dia menyediakan waktu untuk menjalankan kegiatan wirausahanya. Pepatah bilang, "waktu adalah uang". 

Namanya Ridwan Nurdin, hari itu dia berjualan di situ Bagendit. Dia bercerita bahwa lapaknya juga dibuka di kampus. Dia sempat dihubungi teman-teman HIPMI untuk diajak bergabung. Saya sendiri pernah diajak dan menjadi pengurus HIPMI periode tahun sebelumnya. 

Syukurlah ada jajanan kesukaan istri saya juga di sana, sehingga kami sekeluarga jajan di lapak tersebut. Saya mengeluarkan uang 50 ribu untuk membayar jajanan yang dibeli dan tidak berniat mengambil kembaliannya karena merasa sebagai kakak tingkat dan wali prodi. Tetapi ternyata niat tersebut ditolak, setidaknya pahalanya sudah saya dapatkan. Mungkin Ridwan hanya ingin bersikap profesional. 

Mahasiswa berwirausaha bukan merupakan pemandangan asing di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Sering kali saya melihat beberapa mahasiswi menawarkan jajanan ke kantor dan kelas yang sampai hari ini belum pernah saya beli karena dompetnya sering tidak terbawa ke kantor, hehehe. Beberapa organisasi kemahasiswaan juga membuka lapak dagang di sekretariatnya, termasuk Himpunan Mahasiswa Informatika yang saya bina. Wirausaha itu memang harus dipupuk sedari mahasiswa, bukan hanya karena persoalan kebutuhan biaya kuliah saja, tetapi juga untuk membangun pengalaman bisnis yang bermanfaat sebagai bekal di masa depan. 

Tetap semangat berjualan adik-adik semua !

Sabtu, 01 September 2018

Mengikuti Workshop Bebras Indonesia 2018


Jum'at, 31 Agustus 2018, saya bersama bu Dewi Tresnawati menghadiri undangan workshop dari Bebras Indonesia yang pada tahun ini diselenggarakan di Universitas Bina Nusantara. Kami berangkat dari Garut pukul 03.30 lebih agar dapat menghadiri acara pembukaan pukul 09.00. Kampus memberikan bantuan akomodasi untuk kami berdua agar dapat mengikuti kegiatan tersebut selama dua hari. Sudah dua tahun ini Sekolah Tinggi Teknologi Garut selaku Biro Bebras Indonesia telah melaksanakan Computational Thinking Challenge bagi siswa se Garut. 

Beberapa hari sebelumnya saya membantu komisariat kampus Relawan TIK Indonesia agar berkesempatan untuk menjadi biro Bebras Indonesia seperti Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Beberapa komisariat diundang oleh Bebras Indonesia, yakni Universitas Islam Nusantara, Universitas Singaperbangsa Karawang, Universitas Sains al-Qur'an Wonosobo, dan Universitas Lampung. Pada hari pelaksanaan, komisariat kampus Universitas Lampung berhalangan hadir. 

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, kami masih merupakan satu-satunya Sekolah Tinggi yang masuk di dalam daftar Biro Bebras Indonesia. Kebanyakan perguruan tinggi yang ditunjuk sebagai Biro adalah Universitas dan Institut. Sekolah Tinggi Teknologi Garut merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta di Priangan Timur yang ditunjuk sebagai pengelola kegiatan informatika bertaraf nasional tersebut. 

PERJALANAN MENJADI BIRO

Penunjukan Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagai biro berawal dari silaturahmi. Saat itu saya masih menjadi sekretaris program studi Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Dalam kegiatan workshop kurikulum informatika di Institut Teknologi Bandung saya berkesempatan untuk becengkrama dengan ibu Inggriani Liem atau yang lebih banyak dikenal oleh mahasiswanya dengan nama ibu Ingeu. Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan kepada beliau bahwa Sekolah Tinggi Teknologi Garut setiap tahunnya mengundang dosen informatika Institut Teknologi Bandung sebagai pemateri Seminar dan Pelatihan Masyarakat Informasi tahunan. Kami berniat mengundang beliau sebagai pemateri di kesempatan berikutnya. 

Pada tahun 2016, Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia meminta kami untuk menjadi mitra penyelenggara kegiatan Agen Perubahan Informatika untuk pelajar di Garut. Sebagai Relawan TIK Indonesia saya selalu siap membantu program Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia tersebut. Dan karena saat itu saya sudah menjadi ketua pengurus Satuan Karya Pramuka Informatika Garut, maka saya mengemas kegiatannya menjadi kegiatan kolaboratif antara Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut, Sekolah Tinggi Teknologi Garut, Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Garut, Relawan TIK Indonesia, dan Satuan Karya Pramuka Informatika. Selain akan ada sosialisasi Agen Perubahan Informatika dari Direktur Pemberdayaan Informatika, juga akan ada sosialisasi Satuan Karya Pramuka Informatika dari saya. Agar ruang amaliah Agen Perubahan Informatika dan Satuan Karya Pramuka Informatika dapat difahami oleh para pelajar, saya mengundang ibu Inggriani Liem untuk memaparkan materi tentang Desa Pintar. Topik tersebut dipilih karena Agen Perubahan Informatika dan Satuan Karya Pramuka Informatika memiliki misi membangun masyarakat informasi dari desa. 


Beberapa waktu setelah kegiatan kolaboratif tersebut, saya silaturahmi ke bu Inggriani Liem, sekalian menanyakan kinerja studi lanjut salah satu dosen yang menjadi bimbingan tesis beliau. Dalam kesempatan tersebut beliau menawarkan Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagai biro Bebras Indonesia. Saat itu saya menyatakan kesiapan untuk menjadi Biro. Dan setelah itu saya membentuk tim dari kalangan dosen untuk menyelenggarakan Computational Thinking Challenge tingkat nasional pertama untuk wilayah Garut. 

ROMANTIKA BIRO

Di hari pertama Workshop, setiap Biro angkatan I (2016) dan II (2017) diberi ruang untuk menyampaikan pengalaman dan masukannya kepada Bebras Indonesia. Sekolah Tinggi Teknologi Garut mendapat kesempatan tersebut pada urutan ketiga belas. 


Di depan biro lainnya saya menjelaskan kronologis penunjukan Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagai biro. Saya juga menjelaskan bahwa pada tahun 2016 itu Garut sedang mengalami musibah bencana banjir bandang, dan Sekolah Tinggi Teknologi Garut menjalankan program Relawan TIK untuk Bencana yang menangani perangkat TIK terdampak bencana. Ada dua sekolah yang menjadi fokus utama bantuan, yakni SMP dan SMA PGRI Garut. Untuk membangun semangat kembali, kami mengundang siswa dari dua sekolah tersebut untuk ikut serta dalam Computational Thinking Challenge 2016.


Garut saat itu merupakan salah satu kabupaten tertinggal di provinsi Jawa Barat. Ibu Dewi Tresnawati menyampaikan kepada saya bahwa siswa SMAN 1 Garut berhasil masuk 10 besar Computational Thinking Challenge 2016. Informasi dari guru koordinator lokal Bebras SMAN 1 Garut, siswi yang berhasil masuk di posisi 10 besar tersebut kini merupakan mahasiswa pertambangan Institut Teknologi Bandung. Informasi tersebut sebagian di antaranya saya sampaikan di dalam kesempatan tersebut untuk menunjukan adanya semangat kompetitif putera daerah dalam kompetisi nasional. 

Peserta Computational Thinking Challenge tahun 2016 dan 2017 semuanya berasal dari sekolah swasta dan negeri. Kunci sukses pelibatan peserta adalah relasi tim dengan guru yang dibangun melalui kegiatan kampus atau karena adanya ikatan lainnya. Dan saya menjelaskan manfaat Bebras bagi dosen tersertifikasi, yakni dapat dituliskan dalam Beban Kerja Dosen sebagai pengabdian kepada masyarakat dalam wujud pendampingan sekolah, atau kegiatan penunjang dalam wujud kepanitiaan antar lembaga.

MASA DEPAN BIRO

Ada beberapa pemateri yang tampil dalam kegiatan workshop tersebut, di antaranya bapak Totok Suprayitno - Kepala Puslitbang Kemendikbud Republik Indonesia. Beliau menyampaikan bahwa pertemuannya dengan ibu Inggriani Liem di Pelatihan Nasional Tim Olimpiadi Komputer Indonesia Bogor menginsfirasi kelahiran kembali Mata Pelajaran TIK dalam bentuk baru, yakni Mata Pelajaran Informatika yang diberlakukan sebagai mata pelajaran pilihan dari tingkat PAUD sampai dengan kelas 12. Kampus yg menjadi Biro Bebras Indonesia diminta utk membantu proses pembelajaran Mata Pelajaran Informatika atau mendampingi guru mata pelajaran tersebut. Beliau akan mengusulkan perekrutan 100 ribu guru Informatika untuk melaksanakan pembelajaran mata pelajaran tersebut.  


Hal tersebut jika terwujud menjadi angin segar bagi perguruan tinggi penyelenggara program studi Informatika, khususnya yang menjadi Koordinator Wilayah / Biro Bebras Indonesia. Perguruan tinggi akan memiliki jejaring dengan sekolah terkait pendampingan tersebut. Selain membuka kesempatan branding, juga membukakan pintu kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan penunjang dalam bidang informatika secara berkelanjutan. Ibu Inggriani Liem menambahkan, bahwa diharapkan Komunitas Bebras menyediakan kegiatan Tridharma, termasuk penelitian dalam topik Computational Thinking.


Dalam pemaparannya tentang bangunan mata pelajaran Informatika, ibu Inggriani Liem menunjukan skemanya di mana TIK sebagai atap dan Computational Thinking sebagai landasan dilengkapi sejumlah pilar. Di antara pilarnya adalah berkaitan dengan dampak pemanfaatan informasi dan TIK / media yang menjadi fokus Relawan TIK Indonesia dan Kelompok Informasi Masyarakat. Dengan demikian, mata pelajaran informatika ini membawa aktivitas literasi informasi yang dilakukan oleh Kelompok Informasi Masyarakat, dan literasi digital (informasi dan media / TIK) oleh Relawan TIK Indonesia ke dalam kurikulum sekolah. Dengan kata lain, pengajaran literasi digital menjadi terintegrasi dengan sistem sekolah. Hal ini sejalan dengan deklarasi Brussels, di mana pendidikan dan pelatihan TIK dapat diintegrasikan dengan sistem sekolah reguler. 


JALAN BARU MENUJU SURGA

Di hari kedua tanggal 1 September 2017, bapak Adi Mulyanto menanyakan kesediaan saya untuk bergabung dalam Organizing Committee Bebras Indonesia. Saya menyatakan kesiapan selama tugasnya bisa saya kerjakan. Dan akhirnya saya masuk dalam daftar kepengurusan 2018 - 2021 sebagai anggota tidak tetap Organizing Committee yang direkrut dari Biro. Tugas relawan ini tentu saja akan menyita kegiatan penunjang lainnya seperti di Relawan TIK Indonesia, Satuan Karya Pramuka Informatika Garut, Forum Kelompok Informasi Masyarakat Garut, dan Forum Dosen Indonesia. Saya harus mengelola waktu dengan baik agar kepercayaan yang diamanatkan dari berbagai organisasi tersebut dapat saya tunaikan dengan baik sehingga memudahkan perjalanan saya menuju Surga. Sebagai relawan saya bekerja demi amal untuk kepentingan umum.