Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Kamis, 30 April 2020

Bergidik Karena Halusinasi atau Hati-Hati?



Nasi kucing, nasi anjing, nasi harimau, nasi monyet, hot-dog, ham-burger, dls, bentuknya tdk serupa dgn hewannya, cuma nama saja. Lain dgn roti buaya, bentuknya buaya banget. Memakan roti yg suka ada dlm nikahan orang Betawi apakah sensasinya seperti makan daging (haram) buaya, menjijikan? Sepertinya enggak ya, rasanya ya tetep roti. Kalau ada yg merasa jijik pasti krn terlalu kuat halusinasinya, melihat roti itu benar2 sebagai buaya. Tetapi seandainya memang dimaklumi dlm roti tsb terkandung bahan yg haram, wajar saja seorang muslim akan jijik atau ngeri saat akan memakannya, walau darurat sekalipun.

Fariduddin Attar pernah menceritakan kisah orang saleh yg punya karomah dlm karyanya Tadzkiratul-Awliya. Setiap dihidangkan kpdnya makanan haram, baik bahannya atau cara mendapatkannya haram, sekalipun ia tdk mengetahui keharamannya, tangannya pasti bergetar dan makanan itu tdk pernah berhasil masuk ke dalam mulutnya. Rasa takut atau ngeri dgn makanan haram membuatnya tercegah dan dicegah dari memakannya.

Beberapa tahun yg silam, saya pernah ngasuh mahasiswa Korsel. Saat itu kita diskusi soal makanan lokal. Kebetulan mereka bawa makanan dlm kemasan dari Korsel. Salah satu mahasiswanya membuka kaleng. Dia bilang makanan itu daging sapi. Mereka menawari saya mencicipinya. Saya secara spontan bergidik, bukan bermaksud tdk sopan, tapi krn takut ada komponen tdk halal di dlm makanannya. Bergidiknya saya bukan krn halusinasi, seakan-akan melihat ada label haram pd makanan tsb, tapi semata krn hati-hati.

Jumat, 24 April 2020

Iman atau Nekad?


Dulu ada berita Jum'atan di kecamatan zona merah yg bubar setelah ada yg meninggal.


Sekarang ada berita Tarawihan di zona merah yg bubar setelah ada pria yg ambruk.


Kalau blm ada tanda-tandanya, takutnya itu tdk ada, sekalipun jelas-jelas berada di zona merah; tetap berjamaah walau ujung-ujungnya mungkin hrs jadi ODP atau OTG. Padahal sdh ada fatwa MUI utk zona merah. Iman atau nekad ya? 


Mungkin setelah kejadian itu akan ada yg takut dan tdk datang, dan mendapat sebutan lemah iman atau pengikut Dajjal. Bahkan kalau yg tdk datang itu ustadznya sehingga jumatan atau tarawihannya bubar, mungkin ustadz tsb akan ditolol2 atau dibego2 oleh mereka yg tdk bisa menggantikan fungsi ustadz tsb krn kapasitas ilmu agamanya yg pas2an. Orang kadang amalnya mendahului ilmu; padahal imam al-Ghazali rm dlm Minhajul Abidin bilang, ilmu itu imamnya amal.


Saya pribadi memilih utk membantu pemerintah berjihad mengentaskan bangsa kita dari Covid-19, utk memberi kesempatan tenaga medis menurunkan jml pasien Covid-19, agar Garut segera kembali menjadi zona hijau. Pastinya pemerintah telah mendapat masukan dari alim ulama. 

#JabarLawanCovid19

Kamis, 23 April 2020

Usaha dan Doa Melawan Covid-19

Gambar Ilustrasi

Check-point adalah titik di mana aparat mempraktikan ar-Ribath (jaga perbatasan) dlm jihadnya (upaya sungguh2) melawan musuh tak kasat mata Covid-19 dgn memeriksa asal pendatang & kesehatannya utk mencegah pembawa Covid-19 menularkan virusnya kpd masyarakat. Di pintu masuk desa, ar-Ribath dipraktikan oleh relawan desa.
Ibn Athaillah mengatakan, sekeras apapun usaha kita, hal tsb tdk dapat merobek tirai taqdir. Tetapi Allah tdk akan merubah suatu kaum kalau kaum itu tdk berusaha. Artinya, sekeras apapun kita berusaha, hasil perubahannya akan tetap sebatas apa yg Allah tentukan. Walau bagaimanapun, usaha lebih dekat kpd perubahan. 

Oleh krn itu, jihadnya aparat dan relawan desa saja tdk cukup, perlu dilengkapi jihadnya masyarakat yg dilindungi dgn mengikuti protokol dan memanjatkan do'a kpd Tuhan Sang Penentu. Do'a dipanjatkan agar Allah mengaruniakan takdir perubahan yg signifikan, mengembalikan kondisi daerah kita menjadi zona hijau dlm waktu yg singkat. Utk itulah banyak dzikr digelar di malam Nisfu kemarin, dan mari kita berdoa di bulan suci esok.

Selasa, 21 April 2020

Tidak Meminta di Saat Masih Mampu


Di media ada berita mengungkap keluarga yg kelaparan selama 2 hari krn terdampak wabah Corona. Mungkin sebagian orang merasa tdk habis fikir dgn orang yg kelaparan tetapi tdk mau meminta. Tapi percayalah, di luar sana ada kalangan yg kekurangan hingga kelaparan tetapi menahan tangannya dari meminta.

Di masa bujang dulu saya pernah mengalaminya. Pilihan yg saya miliki di saat kehabisan uang saat itu adalah mengutang nasi goreng ke mang jualannya di malam hari atau menahan lapar. Sebenarnya tdk sulit bagi saya utk meminta nasi ke dapur pondok, tetapi saya tdk punya hak utk itu.

Siang itu, saya menghilangkan laparnya dgn memakan buah gedang muda dari pohonnya yg tumbuh liar di belakang gedung. Ada sedikit uang yg bisa saya gunakan utk membeli garam. Buah tsb saya makan bersama garam. Hasilnya, tdk membuat perut kenyang.

Walau dalam kekurangan, saya selalu berusaha utk memberi. Hiburan terbaik yg saya rasakan adalah melihat roman wajah teman yg senang setelah ditraktir makan, atau membiarkan teman mengutip uang koin di atas lemari buku yg sengaja saya kumpulkan. Semoga menjadi hadiah dan sedekah yg bermanfaat dan menjadi jalan kemudahan saya di dunia dan akhirat. Amin.

Saya mesti bersyukur, sebab pernah juga merasakan nikmatnya dimudahkan. Saya suka dihibur oleh santri-santri Salafiah yg suka mengajak mayoran, makan bareng satu alas. Saya tdk perlu marah dgn tape yg terbakar oleh teman, sebab saya harus ingat pernah diberi sarung oleh teman lainnya. Saya memberikan satu kamar kobong dan kasur utk ditempati teman, dan Allah menggantinya dengan tiga tempat tinggal.

Meminta, Bagi Sebagian Kalangan adalah Tabu.

Mungkin ada yg berfikir kalau saya ini konyol krn tdk mau meminta nasi ke dapur pondok. Tetapi fahamilah, tdk semua orang bisa meminta, bukan krn tdk mampu utk berkata, tetapi enggan saja. Bila fikiran ini telah terliputi ide tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, akan berat baginya utk menggerakan tangannya ke bawah, walau tangan itu dihadapkan kpd keluarganya sendiri.

Di luar konteks keduniaan, Syekh Abdul Qadir Jailani rm pernah berkata yg kalau dibahasakan sendiri kira-kira isinya begini: Mintalah kpd Allah bila segala usaha telah buntu. Maka bagaimana bisa diri ini meminta kepada manusia bila usaha yg dilakukan baru menahan lapar dan makan ala kadarnya?

Kisah ini saya sampaikan bukan utk menunjukan apapun pada diri ini yg bukan siapa2 dan tdk ada, tetapi utk mengingat kembali betapa banyak kesyukuran yg bisa muncul dari kekurangan. Dgn mengingat kisah ini saya bisa tercegah dari kekufuran.

Btw, foto ini mewakili wajah saya di masa cerita tsb. Saya terlihat kurus bukan krn terpaksa lapar, tetapi memilih lapar dgn kesadaran sendiri bukan krn kekurangan. Saya membiasakan diri makan sehari sekali dlm kurun waktu yg lama, hingga dinasihati utk berhenti oleh pak Bunyamin Musaddad rm. Alhamdulillah, kekurangan yg membuat saya ngutang nasi atau menahan lapar hanya sesekali saja. Masih banyak kekurangan lain yg lebih penting dari materi, yakni kurangnya amal ibadah yg dapat menggugurkan dosa dan mendekatkan.