Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Kamis, 29 November 2018

Meneruskan ke Banyak Alamat Email di Gmail

Misalnya anda memiliki alamat email mymail@gmail.com. Anda ingin agar setiap pengiriman email ke alamat tersebut diteruskan ke dua alamat email berikut ini: mymail1@domain.com dan mymail2@domain.com. Dalam praktiknya anda bisa mengganti alamat email contoh tersebut dengan alamat email milik anda sendiri. 

Anda dapat memafaatkan fitur filter untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Langkahnya adalah sebagai berikut:

  • Buka Settings, lalu klik tab Forwarding and POP/IMAP;
  • Klik tombol Add a forwarding address, lalu tuliskan alamat email yang akan menerima penerusan email (mymail1@domain.com dan mymail2@domain.com);

 
  • Untuk setiap penambahan alamat email tersebut anda harus mengkonfirmasinya di alamat email yang dimaksud;
  • Masih di bagian Settings, pindah ke tab Filters and Blocked Address, kemudian klik Create a new filter;

 
  •  Isi alamat target nya (to) dengan alamat email mymail@gmail.com, lalu klik tombol Create Filter;


  • Bila alamat forwarding address sudah ada, maka anda bisa memberi tanda cek pada Forward it dan memilih alamat email yang pertama, yakni mymail1@domain.com;

  • Lakukan langkah pembuatan filter yang sama untuk alamat email mymail2@domain.com.

Senin, 26 November 2018

Menyatu dalam Satu Hati


Saat usia remaja dulu saya pernah mendengar bisikan di dalam hati yang mengatakan bahwa saya akan bisa mengetahui isi hati orang lain. Bisikan itu ditanggapi dgn penolakan karena khawatir terjerumus ke dalam dosa prasangka. Saya tdk memiliki ilmu untuk membedakan mana bisikan hati yang merupakan prasangka dan bukan.

Suatu saat di masa SMA saya pernah ikut bela diri. Sore itu dalam posisi duduk bersila kami semua diminta oleh guru untuk memejamkan mata. Dalam kondisi mata terpejam terlihat banyak hal, mulai dari diri yg pergi melayang meninggalkan tubuh, sebilah pedang yg berputar di samping kanan, hingga sebuah tiang yg melayang di langit. Semua itu baru saya lihat dan alami. Setelah itu guru menanyakan apa yang di lihat oleh kami, dan ternyata setiap orang memiliki penglihatan atau pengalaman yg berbeda-beda.


Sepulangnya dari sana saya buka buku Durotun-Nashihin, dan saya mendapatkan informasi tentang satu tiang di langit seperti ini:

Sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan sebuah tiang di hadapan Arsy. Maka, apabila seseorang mengucapkan: ”Laa ilaaha illallaahu, Muhammadur Rasulullah”, bergoyanglah tiang itu. Lalu, Allah Ta'ala berfirman: “Diamlah, hai tiang”. Namun, tiang itu menjawab: “Bagaimana aku bisa diam, sedang Engkau belum mengampuni orang yang mengucap kalimat tadi?” Maka Allah Ta'ala berkata: “Sungguh, Aku telah mengampuninya.” Barulah ketika itu dia mau diam.

Walau saya tidak menganggap tiang yang dilihat sore itu adalah tiang yang dimaksud dalam Durotun-Nashihin, namun keimanan kepada yang Ghaib terkokohkan dengan pengalaman tersebut.


Dalam kesempatan lain saya duduk melingkar dengan beberapa teman. Lalu saya minta semuanya memejamkan mata dan di ruang gelap itu semuanya fokus pada satu titik. Setelah itu saya imajinasikan seberkas cahaya berwarna beberapa saat. Setelah selesai saya menanyakan apa yang mereka lihat. Ternyata ada yang melihat cahaya tersebut dengan warna yang persis. Hal tersebut menjelaskan kepada saya bahwa seseorang dapat mengkomunikasikan sesuatu dalam alam fikiran.


Sekian belas tahun kemudian, saya pernah mengendarai motor bersama isri. Tiba-tiba saya ingin mengarah ke bakso Malang. Sesaat setelah berada tepat di pinggir bakso tersebut dan hampir berhenti, saya memacu kendaraan meninggalkan tempat tersebut. Istri saya kemudian berkata dengan nada kesal, bahwa sebelum menepi ia sudah ingin makan bakso tersebut.


Suatu ketika dalam perjalanan mudik, saya berhadapan dengan persimpangan jalan. Kemudian terbetik dalam fikiran ini bahwa saya harus mengambil jalur ke arah kanan utk menghindari kemungkinan macet. Dalam waktu bersamaan istri meminta agar kendaraan diarahkan ke jalur yang saya fikirkan. Seraya tersenyum saya bilang kepadanya agar ia tdk perlu repot mengatakannya karena kendaraannya memang akan mengarah ke sana.


Suatu ketika dalam perjalanan menuju bengkel motor, terbetik keinginan di dalam hati untuk mendinginkan kerongkongan dengan es Kepu sepulang dari bengkel. Beberapa saat kemudian istri saya mengusulkan agar kami singgah dulu di es Kepu sepulangnya dari bengkel karena ia ingin mendinginkan kerongkongannya. Saya sampaikan kepadanya memang saya berencana pergi ke sana selepas dari bengkel sebelum ia mengatakannya.


Suatu ketika saya dan istri duduk menunggu kendaraan yang sedang dicuci. Lalu saya melihat di layar TV ada daging rendang. Saat itu istri saya tidak menghadap TV. Saya kemudian mengatakan kepadanya keinginan untuk makan nasi Padang. Istri saya tertawa, karena ternyata pada saat yang bersamaan ia sedang membayangkan lezatnya ayam Pop.


Lepas dari kebetulan atau tidak, namun kondisi terbetik keinginan yang sama dalam hati itu seringkali terjadi. Jiwa yang menyatu bisa saling mendengar isi hati atau mengetahui kondisi seseorang yang dicinta walau tidak dibunyikan dengan lisan. Jiwa bisa mengetahuinya melalui bersitan hati atau mimpi. Sebagaimana bila ibu saya ingin bertemu, maka saya pasti merasakan dorongan ingin pulang di dalam hati. Dulu bila saya ingin bertemu teman dekat saya, ia memimpikan saya pulang dengan pakaian yang sama persis dengan pakaian yang saya kenakan. Saya pun pernah mengetahui pilihan suami seseorang, apa pekerjaan orang yg dinikahinya (guru), dan apa alasannya (keluarga religius), melalui mimpi melihatnya bersama pria berbaju seperti yang biasa dikenakan oleh seorang ustadz.


Hal tsb terjadi dlm hati dua jiwa yg saling bertalian. Terbayang bagaimana bila hamba Allah memiliki hati yang sanggup menerima keinginan Nya, sehingga tangan dan kakinya bergerak sesuai dengan keinginan Nya tanpa perlu Allah berkata kepadanya. Hamba tersebut memahami kenapa ia melakukannya setelah selesai berbuat. Ia melihat Tuhan ingin melimpahkan kasih Nya kepada seseorang dengan tangan dan kakinya.

Teringat hadits Qudsi yang artinya, "... Jika Aku telah mencintainya, maka (Aku) menjadi pendengarannya yang dia mendengar dengannya, (Aku) menjadi penglihatan yang dia melihat dengannya, menjadi tangan yang dia memukul dengannya, menjadi kaki yang dia berjalan dengannya ..."

Saya tutup cerita ini dengan do'a nabi Daud a.s. ini,

Allahumma inni asaluka hubbak, wa hubba ma yuhibbuk. Wal amalaladzi yubalighuni hubbak. Allahummaj'al hubbaka ahaba ilayya, min nafsi, wal ma'i, wal barod


Jumat, 23 November 2018

Melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat dengan Relawan TIK


Dunia relawan dalam bidang TIK sudah digeluti sejak Sekolah Tinggi Teknologi Garut menunjuk saya (saat masih menjadi mahasiswa) pada tahun 2002 sebagai relawan dengan tugas membantu pemeliharaan perangkat komputer dan jaringan di Laboratorium Komputer. Beberapa bulan menjadi relawan membuat saya merasa terpanggil untuk membangun infrastruktur TIK kampus, sehingga lapisan platform, personel, dan layanannya dibangun hingga tahun 2008 saat di mana Unit Sistem Informasi mulai saya fungsikan.

Setelah lulus kuliah, saya direkrut oleh kampus menjadi kepala Laboratorium Komputer. Dalam posisi jabatan tersebut ada keleluasan bagi saya untuk mempertahankan tradisi perekrutan mahasiswa sebagai relawan. Dan tradisi itu berhasil dipertahankan hingga beberapa generasi, sehingga layanan JAKI (jaringan, aplikasi, komputer, dan informasi) dapat terus dibantu oleh mahasiswa.

Relawan TIK Memasang Jaringan Komputer di Kampus

Keinginan agar pengalaman lapangan relawan sampai kepada mahasiswa lainnya diwujudkan dengan membentuk Forum TIK pada tahun 2007, yang kemudian berkembang menjadi unit kegiatan mahasiswa bernama Kelompok Pecinta TIK pada tahun 2011. Perhimpunan tersebut berubah nama menjadi Kelompok Penggerak TIK / KPTIK pada tahun 2012 dan Komunitas TIK pada tahun 2013.

Komunitas dan Relawan TIK Garut

Keempat relawan yg membantu saya menjalankan layanan JAKI berhasil menekan biaya operasional TIK kampus. Mereka mengajak serta anggota Forum TIK dalam pelayanan sukarelanya dengan menjanjikan pengetahuan tambahan yang diperoleh dari pengalaman lapangan dan tidak diperoleh di bangku kuliah. Pengabdian kepada almamater pun dilaksanakan oleh anggota Forum TIK dalam Kelompok Kerja Mahasiswa JAKI yang dipimpin oleh relawan terkait.

Pelatihan TIK Dasar Kelompok Penggerak TIK

Selain itu mereka juga melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan  melaksanakan aktivitas pendampingan terhadap Komunitas TIK sekolah untuk mewujudkan mimpi saya menularkan manfaat relawan ke luar kampus. Aktivitas yang dilaksanakan di belasan sekolah tersebut berhasil membentuk KPTIK pelajar, yang darinya program studi Informatika berhasil mendapatkan satu kelas mahasiswa baru.

Olimpiade Komunitas TIK Pelajar Garut

Semangat kolaborasi mendorong terbentuknya Komunitas TIK Garut pada bulan Oktober 2012, yang dengannya forum Quadruple Helix, Seminar dan Pelatihan, serta Olimpiade TIK berhasil digelar beberapa kali setiap tahunnya dengan melibatkan banyak Komunitas TIK sekolah. Hingga kemudian Gubernur Jawa Barat menganugerasi Komunitas TIK Garut sebagai Komunitas TIK Terbaik se Jawa Barat kategori Mandiri pada tahun 2014. 

Penghargaan Komunitas TIK terbaik se Jawa Barat

Pada tahun 2011 mulai berdiri Relawan TIK Indonesia, yakni organisasi sosial kemasyarakatan tempat berhimpunnya komunitas dan relawan TIK untuk berkoordinasi, berkomunikasi dan bekerjasama dalam mewujudkan visi pembangunan masyarakat informasi Indonesia bersama pemerintah, perguruan tinggi, perusahaan, dan unsur masyarakat lainnya. Saat itu saya ikut bergabung dalam milisnya. Media komunikasi tersebut dimanfaatkan untuk meminta Relawan TIK Indonesia agar dapat menyentuh Garut. Pada akhirnya ketua umum pengurus pusat Relawan TIK Indonesia berkenan hadir dalam Seminar dan Pelatihan TIK keempat pada tanggal 16 Januari 2012, kegiatan rutin tahunan yang digelar oleh Unit Sistem Informasi yang saya pimpin. Dalam kesempatan itu saya yang juga menjabat selaku Sekretaris Program Studi Teknik Informatika berhasil mewujudkan kesepakatan kerjasama antara Program Studi dengan Relawan TIK Indonesia.

Pengukuhan Relawan TIK Garut oleh Menteri PDT

Dengan kesepakatan itulah Relawan TIK Garut terbentuk pada tanggal 24 November 2012, dan Sekolah Tinggi Teknologi Garut terus berupaya melaksanakan isi kesepakatan kerjasama dengan Relawan TIK Indonesia terkait Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Hingga kini, program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut berhasil mengintegrasikan Relawan TIK Indonesia dengan Tridharma. Perguruan Tinggi. Dalam bidang Pendidikan, diselenggarakan matakuliah IT Volunteering yang merupakan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pembelajaran yang menurut Standar Nasional Pendidikan Tinggi wajib dilaksanakan oleh mahasiswa program sarjana. Dalam bidang Penelitian, berhasil disebarluaskan karya ilmiah terkait relawan bidang TIK di dalam konferensi ataupun jurnal ilmiah. Dalam bidang Pengabdian kepada Masyarakat, program studi menyelenggarakan kegiatan semesteran bersama Relawan TIK Garut.

Relawan TIK Tanggap Bencana Banjir Bandang Garut

Pengetahuan yang diperoleh dari perjalanan tersebutlah yang mengisi buku Relawan TIK Abdi Masyarakat. Buku yang dibuat dari tanggal 8 hingga 23 Februari 2018 tersebut merupakan intisari dari pengalaman usaha mengintegrasikan Relawan TIK dengan Tridharma Perguruan Tinggi di Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan pengalaman berinteraksi dengan anggota dan pengurus Relawan TIK Indonesia. Buku tersebut merupakan luaran kepemimpinan saya dalam kepengurusan Relawan TIK Indonesia pusat selaku kepala Divisi Kampus. Buku ini penting dibuat agar ada kesamaan persepsi tentang Relawan TIK Kampus. Diharapkan buku ini menjadi bahan diskursus di antara pegiat, anggota, dan pengurus Relawan TIK Indonesia tentang penelitian dan pengembangan komisariat kampus yang disediakan bagi sivitas akademik perguruan tinggi. Semoga bermanfaat.


Selasa, 20 November 2018

Saya, Persepsi, dan MAPALA


Tahun 2000 an saya aktif mengelola Buletin Kampus sendiri bernama PERSEPSI. Buletin tersebut di antaranya berisi ide dan gagasan saya selaku mahasiswa utk pengembangan kampus. Di antara manfaat buletin yang dirasakan sampai sekarang adalah kebijakan kampus tentang sumbangan lulusan berupa buku. Munculnya kebijakan tersebut didorong oleh tulisan dalam buletin PERSEPSI tentang menggunungkan ilmu dengan latar cerita perpustakaan Baghdad di masa kejayaan Islam. Kepastian manfaat buletin tersebut saya dapatkan dari pak Syakur Amin. 

Pada masa tersebut saya berkesempatan berdiskusi seputar sosialisme dengan kang Prisani dari MAPALA. Diskusinya malam hari di sekretariat MAPALA, yang sekarang tempatnya menjadi mini market Ponpes al-Musaddadiyah. Awal pertemuannya tidak disengaja, niat awalnya hanya membantu MAPALA memperbaiki komputernya yang rusak. Hubungan saya dgn tokoh MAPALA Sekolah Tinggi Teknologi Garut tersebut pada awalnya hanya sebatas kawan diskusi saja. Pemahamannya tentang sosialisme sama sekali berbeda dengan saya. Diskusi seputar kampuslah yang lebih banyak mempertemukan pemikiran saya dengannya.

Dalam satu kesempatan ia meminta saya untuk membuat jejak pendapat tentang kenaikan uang kuliah. Saya siapkan kuesionernya, dicetak dengan tinta warna hijau di atas kertas putih. Satu lembarnya berisi dua kuesioner. Jejak pendapat tersebut disebarkan kepada sejumlah mahasiswa lintas jurusan. Setelah datanya saya olah dan analisis, hasilnya didiskusikan dengan MAPALA.


Saya diajak untuk menyampaikan hasil tersebut kepada kampus. Saat itu yang menemui saya dan kang Prisani adalah pak Eko Retnadi yang saat itu menjabat sebagai wakil ketua bidang kemahasiswaan. Beliau menerima kami dengan baik dan menganggap yang saya lakukan sebagai bentuk pengembangan diri. Diskusi dengan beliau berjalan cukup baik, namun saya lupa apa saja yang kami bicarakan saat itu.

Interaksi saya dengan kang Prisani menguatkan pemahaman bahwa tidak perlu pemahaman yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Saya tidak berminat membangun jarak dengan memanfaatkan perbedaan pemahaman sosialisme. Minat saya adalah kontribusi kepada kampus. Saya sangat menyayangkan kondisi yang nampak di media sosial sekarang ini. Banyak fans-army yang lebih fokus dengan mempertikaikan pemahaman berbeda dari pada merajut silaturahmi dan bekerjasama membangun Indonesia.

Sayangnya tradisi menulis ini tidak berhasil saya wariskan saat dipercaya sebagai bidang Jurnalistik dan Pengembangan Masjid oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Juga tidak berhasil saya wariskan ke Kelompok Penggerak Teknologi Informasi dan Komunikasi, sekalipun saya sudah membentuk kelompok kerja khusus bidang informasi. Walau demikian saya berhasil mendorong Rikza Nasrulloh anggota kelompok kerja tersebut untuk membangun sub domain situs web kampus yang bernama liputan kampus dan masih bermanfaat hingga sekarang. Saat itu saya memang fokus pada community development dan platform development. Semoga akan tiba lagi masa bagi mhs utk membangkitkan kembali jurnalistik di kampus sebagai jalan kontribusi pembangunan kampus melalui pemikiran.


Sabtu, 17 November 2018

Dzikr dalam OSPEK yang Memicu Tangisan


Di masa SMA dulu, saya pernah diberi tahu oleh mas Yudho sebuah buku yang berjudul al-Hikam. Saya temukan buku itu di perpustakaan masjid sekolah pada jam istirahat. Begitu saya baca, ternyata isinya menarik. Tulisan Ibnu Athaillah tersebut memunculkan dorongan jiwa untuk membangun perasaan dekat dengan Sang Pencipta. Dorongan yang terbentuk dengan sendirinya, seakan bacaan itu adalah makanan hati yang membuat hati tumbuh dan sehat. Dorongannya semakin kuat saat saya mengikuti kebiasaan memperbanyak bacaan dzikr di dalam hati yang menjadi kebiasaan beberapa teman di Generasi Muslim al-Muhajirin. Umumnya kami saat itu selalu membawa tasbih 33 biji atau alat penghitung mekanis. Pada puncaknya, saya memilih untuk melepaskan alat hitung tersebut karena merasa dzikir nya tidak perlu dihitung dan tidak perlu terlihat oleh siapapun. Dzikir pilihan saya waktu itu adalah "Allah" dan dilafadzkan di dalam hati seharian terus menerus. 

Rasa kedekatan dan dzikir itu masih ada saat saya mengikuti OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Setiap hari di awal waktu kegiatannya, kami dibariskan sesuai jurusan dan memasuki sesi uji mental. Melihat kegiatan uji mental di awal waktu itu mengingatkan saya kepada kegiatan uji mental yang dilakukan oleh alumni pramuka saat perkemahan pramuka penggalang. Dari dulu saya tidak pernah memahami manfaatnya sehingga saya tidak menyukainya. Ketidaksukaan itulah yang membuat saya dulu menolak permintaan pembina Pramuka di SMA untuk bergabung di pramuka penegak dan lebih memilih aktif di Palang Merah Remaja. 

Saat duduk berbaris itu, saya memilih untuk tidak menyibukan hati dengan kegiatan yang secara pribadi dianggap tidak bermanfaat. Suruhan panitia agar teman saya menghisap banyak rokok sekaligus sebagai hukuman hanya memberikan kesenangan bagi panitia tetapi tidak memberikan faidah apapun bagi teman saya tersebut. Mata ini dipejamkan lalu dzikir pun dilisankan di dalam hati. Anehnya karena memilih kesibukan seperti itu, saya hampir "tidak disentuh" oleh kakak tingkat sampai akhir kegiatan. Sementara saya mendengar beberapa teman di sekitar menjadi objek uji mental. Dan pada suatu kesempatan ada kakak tingkat yang menyempatkan memeriksa denyut nadi. Sepertinya saya disangka sakit, mungkin karena terlihat tidak banyak bergerak atau merespon lingkungan. 

Mungkin agak sulit bagi siapapun untuk memastikan kondisi saya hanya dengan melihat penampakan lahir saja. Lain halnya dengan sopir yang kendaraan umumnya saya naiki. Saat itu saya duduk di jok depan. Dalam perjalanan saya memutuskan untuk melaksanakan salat Ashar di dalam kendaraan. Beberapa waktu kemudian, saya mendengar sopir menurunkan penumpang. Saat kondektur mau menurunkan saya, sopirnya melarang. Begitu selesai salat, saya melihat kendaraan sudah terparkir di terminal Cileunyi. Sopirnya masih duduk di kursinya. Saya pun pamit meninggalkan mobil elf tersebut. 

Di hari terakhir itu ada mahasiswi dari panitia OSPEK yang membuka komunikasi dengan saya. Bagian perbincangan yang masih diingat adalah tentang apakah saya sudah memiliki kekasih atau belum. Waktu SMA dulu saya memegang prinsip, tidak akan mencintai siapapun (memiliki kekasih) sebelum mampu mencintai Allah dengan benar. Saat itu saya merasa belum dapat mencintai Allah dengan benar sehingga tidak layak menjadi kekasih siapapun. Oleh karenanya hingga masa menjadi mahasiswa baru saya memilih untuk menjomblo. Rasa suka saya terhadap teman di SMA atau di Generasi Muslim al-Muhajirin saya tepiskan karena prinsip tersebut.

Mungkin karena pemahaman dan istiqamah dalam prinsip tersebut, pertanyaan kakak tingkat tersebut saya jawab "sudah", tetapi dengan pemahaman di dalam hati bahwa kekasih yang dimaksud adalah Allah. Saat ia bertanya di mana kekasih tersebut, saya jawab, "ada di mana saja". Saat mahasiswa kakak tingkat lain yang berkaca mata mengatakan bahwa saya play-boy, saya tidak menanggapi. Jawaban tersebut yang disampaikan dengan sikap merendah bagi orang yang tidak faham maksud kekasihnya akan terasa provokatif. Hasilnya saya dicecar dengan pertanyaan lainnya yang sampai kapanpun tidak akan bertemu karena si penanya dan yang ditanya berhadapan dengan noise semantik akibat perbedaan konteks tersebut. 

Semua ungkapan tentang Allah itu membukakan celah di dalam hati sehingga munculah gelombang rasa yang memicu banjir air mata. Saya benar-benar tidak bisa menahan dan menghentikannya, bahkan hingga acara mushofahah antara mahasiswa baru dengan panitia. Kakak tingkat itu menyatakan permohonan maafnya, dan saya tidak bisa berkata apa-apa karena merasa bukan kesalahannya yang menyebabkan air mata ini mengalir. Air mata itu disebabkan karena pilihan jawaban dari dua pilihan yang saya ambil. Mahasiswi itu kini menjadi istri salah satu wakil ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Ia selalu menyapa dengan ramah hingga sekarang kalau bertemu di kampus. 

Selepas OSPEK itu saya tetap memandang uji mental dan perpeloncoan sebagai aktivitas tidak bermanfaat. Sebagian adik tingkat dan teman seangkatan yang menjadi panitia OSPEK pada tahun 2001 itu tidak menyukai pandangan tersebut. Mereka ingin uji mental dan perpeloncoan yang sudah menjadi tradisi turun temurun tersebut tetap ada. Walau demikian, ketua BEM sependapat dengan saya dan meminta agar dibuatkan buku panduan OSPEK untuk merubah tradisi tersebut. Kesempatan tersebut saya gunakan dengan baik dengan niat untuk membangun perubahan. 


Sofyan Munawar (ujung kiri), Ketua BEM STTG era 2001

Di dalam buku tersebut saya sampaikan bahwa pengalaman penting yang dibutuhkan oleh mahasiswa baru adalah simulasi pengalaman perkuliahan dan sikap intelektual. Perpeloncoan yang dilakukan oleh siapapun demi kesenangan emosional tidak boleh menjadi bagian dari budaya intelektual. Secara ekstrim saya menyebut perpeloncoan sebagai aksi balas dendam yang rantainya harus diputus. Itulah sebab kenapa sebagian panitia OSPEK menyoraki saya saat dipanggil ke depan untuk diperkenalkan kepada mahasiswa baru. Bagi saya saat itu, kritik terhadap perpeloncoan dan perubahan lebih berharga dari menanggapi sorakan kekanak-kanakan tersebut.


Pada akhirnya kementrian riset teknologi dan pendidikan tinggi menerbitkan kebijakan baru OSPEK tahun ajaran 2015/2016. Kepanitian tidak lagi dipegang oleh mahasiswa, tetapi oleh lembaga. Menteri riset teknologi, dan pendidikan tinggi mengatakan bahwa aturan baru diberlakukan untuk menghindari kecenderungan panitia dalam melakukan misi balas dendam kepada mahasiswa baru. Kementrian mengundang pimpinan perguruan tinggi untuk mencegah OSPEK menjadi ajang perpeloncoan. 

Minggu, 11 November 2018

Kendali Nafsu


Hawa nafsu itu tunggangan yang buta bagi setan dan raja hati, syahwat dan ilmu yang jadi tali kekangnya.

Nafsu itu beragam kondisinya, dari yang terendah hingga tertinggi, dari amarah hingga kamilah. Kondisi nafsu manusia tergantung syahwat mana yang diikutinya. Syahwat itu ada yang baik dan buruk. Bila akal / ilmu / kebenaran diikuti dan digunakan untuk memilih syahwat yang baik dan menguatkan hawa untuk terus mengikutinya, maka kondisi akhir nafsunya bisa menjadi baik. Namun tidak halnya jika sebaliknya.

Raja hati itu istilah yang saya temukan dalam tulisannya Ibnu Arabi. Beliau mengatakan bahwa manusia itu seharusnya jadi penguasa / raja dalam hatinya. Jangan manusia sampai diperbudak oleh syahwat yg buruk sebagai akibat berpaling dari kebenaran / ilmu. Bila kondisinya diperbudak, nafsu ini akan jatuh ke dalam kondisi amarah yg selalu mendorongnya kepada keburukan. Bila nafsu kondisinya demikian maka setan dengan leluasa menungganginya, menjadikannya sebagai kaki tangan dalam keburukan. Namun jika sebaliknya dan menjadi penguasa hati yg berdaulat, maka dia akan menjadi kaki tangan Allah, yang dengannya Dia berbuat kebaikan bagi semesta alam.

Pada dasarnya nafsu / jiwa kita ini buta. Pada saat Allah memberinya pemahaman, maka jadilah ia melihat / mengetahui segala sesuatu. Dengan literasi itu manusia menjadi dimuliakan oleh mahluk dengan perintah Nya, kecuali oleh iblis yg sombong. Demikianlah kondisi manusia pertama, Adam a.s., yang pada awalnya beliau buta dari mengetahi sesuatu, lalu Allah membuatnya melek setelah memberitahu nama-nama ciptaan Nya. Namun kebutaan itu tetap ada dan tanpa batas, tersibak sebagian kecilnya dgn ilmu yg datang padanya melalui keenam inderanya.

Rabu, 07 November 2018

Mengkonfigurasi GMail pada GSuite untuk NBO Bebras Indonesia


Dalam kegiatan Workshop Bebras di Jakarta tanggal 31 Agustus 2018 silam, saya merespon kebutuhan email berdomain bebras dari ibu Inge (Inggriani Liem). Kebetulan saya pernah membantu setengah jalan mengonfigurasi GSuite Forum Dosen Indonesia. Saya menyediakan diri untuk mengajukan NBO Bebras agar mendapatkan hibah GSuite for Nonprofit. Dan di penghujung workshop, pak Adi Mulyanto menawarkan kepada saya untuk bergabung dalam OC NBO Bebras Indonesia. Saya menerimanya agar dapat membantu kebutuhan email tersebut.

Untuk pengajuan tersebut saya membuat akun email Bebras Indonesia di GMail pada tanggal 3 September 2018. Pada tanggal yang sama saya berhasil mendaftarkan NBO Bebras Indonesia sebagai anggota Techsoup Asia. Beberapa berkas terkait AKTA dan SK Kemkumham yang diperlukan untuk keperluan verifikasi diperoleh dari pak Adi. Dan pada tanggal 6 September 2018, NBO Bebras Indonesia terkualifikasi untuk mengakses donasi software melalui Techsoup Asia, termasuk donasi dari Google. 

Pada tanggal 9 September 2018, dengan berbekal token Techsoup Asia, saya mulai mengajukan permohonan kepada Google agar NBO Bebras Indonesia dapat mengikuti program Google untuk Lembaga Nonprofit, dan pada hari itu pula disetujui. Dan pada tanggal yang sama Google mengirimkan petunjuk untuk memproses G Suite for Nonprofits. Pengajuannya disetujui pada tanggal 13 September 2018. Dalam prosesnya saya membuat akun khusus untuk admin Google berdomain bebras.or.id di Konsol Admin G Suite. Oh ya, karena rekaman tag meta dari Google yang harus ditambahkan ke DNS untuk verifikasi agar G Suite nya aktif, saya dibantu oleh pak Naryo yang menjadi admin DNS Bebras Indonesia. 

Setelah G Suite nya aktif, saya kemudian menghubungi pak Adi untuk mendapatkan daftar akun biro. Pada tanggal yang sama, saya mendapatkan daftarnya untuk kemudian ditambahkan melalui konsol admin. Pada tanggal 10 September 2018, saya membuatkan folder di Google Drive untuk seluruh biro untuk keperluan pelaporan kegiatan. Saya juga membuatkan folder khusus yang bisa dibaca oleh akun berdomain bebras.or.id atau akun biro. Saya membantu pak Adi untuk membuatkan template peserta dalam format spreadsheet yang kemudian disimpan di folder khusus tersebut dan dibagikan di WAG Koordinator Biro. 

Saya baru ngeuh aplikasi Gmail nya belum bisa digunakan setelah mendapatkan informasi dari teman Biro dari ITB. Tanggal 29 Oktober 2018 saya mendapatkan akses ke cpanel bebras dari pak Naryo setelah mendapat izin dari pak Adi. Setidaknya ada dua langkah penting untuk penyiapan aplikasi GMail nya: 1) penyesuaian MX di Setelan Lanjutan Gmail, dan penambahan rekaman MX di hosted-domain Bebras; serta 2) penambahan rekaman spf di DNS nya di Bebras. Setelah mencari waktu lapang untuk menindaklanjutinya, akhirnya langkah pertama bisa selesai sendiri pada tanggal 2 November 2018, dan langkah kedua selesai dibantu oleh Nikki dari Google Support pada hari ini tanggal 7 November 2018.


Sampai tahap pertama akun email bisa menerima email dari luar, tetapi tidak bisa mengirimkan email ke luar. Hal ini saya tanyakan ke Google Support. 


Akhirnya dengan bantuan dari Nikki (Google Support) rekaman SPF ini berhasil ditambahkan :

v=spf1 include:_spf.google.com ~all

Setelah penambahan rekaman tersebut, saya bisa membalas email atau mengirim email ke luar.