Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Minggu, 26 Maret 2017

Rikza pun Berangkat ke Thailand


Dahulu saya punya beberapa orang mahasiswa yang membantu penyediaan TIK, informasi, dan pengguna terlatih di Unit Sistem Informasi secara sukarela, di antaranya adalah Muhammad Rikza Nasrulloh dan Iqbal M. Hikmat. Keduanya selalu ikut dalam kegiatan Relawan TIK Indonesia yang saya buat bersama pegiat TIK lainnya di kabupaten Garut, termasuk menemani Korea IT Volunteers. 


Suatu ketika ada pengumuman dari Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika di dalam grup Relawan TIK Indonesia tentang rencana memberangkatkan Relawan TIK Indonesia sebagai Relawan TIK Internasional ke Thailand. Saya kemudian mendorong kedua mahasiswa yang sudah teruji penguasaan bahasa Inggrisnya untuk mendaftarkan diri. Alhamdulillah mereka ternyata mau dan mengirimkan lamarannya kepada Kementrian mewakili Relawan TIK Garut.

Setelah itu saya tidak mengikuti perkembangan rencana keberangkatan ke Thailand tersebut. Tiba-tiba pak Boni dari Kementrian menghubungi dan menanyakan apakah Rikza merupakan Relawan TIK Garut? Beliau menjelaskan Kementrian telah memilih empat delegasi Relawan TIK Indonesia untuk berangkat ke Thailand, hanya saja satu di antaranya mengundurkan diri. Beliau menawarkan kesempatan mengganti satu personel tersebut kepada Rikza melalui saya. Namun Rikza harus bisa menyiapkan segala kebutuhannya, termasuk Passpor dalam waktu yang sangat singkat. Semuanya saat itu bergantung kepada jawaban saya di hand phone. Bismillah, sayapun memutuskan untuk menyanggupinya, sehingga tercatatlah Rikza sebagai pengganti salah satu delegasi. 

Kabar tersebut kemudian saya diskusikan dengan Prof Ali Ramdhani, beliau membantu menghubungi kolega di Pemerintah Kabupaten Garut untuk mendapatkan bantuan pengurusan Passpor yang cepat. Saya sama sekali tidak berfikir pengurusan itu memerlukan uang. Namun alhamdulillah, kampus memberi pinjam uang sehingga pengurusan passpor nya lancar. Saya berjanji akan mengembalikan pinjaman tersebut sepulangnya Rikza dari Thailand. 

Keberangkatan Rikza tersebut bukan hanya kebahagiaan saya selaku Dosennya, tetapi juga Relawan TIK Garut. Syukurnya orang tua Rikza mendukung keberangkatan anaknya ke Thailand. Rikza di Thailand melaksanakan tugas Relawan TIK yang juga pengabdian kepada masyarakat selama dua bulan dari tanggal 17 Oktober hingga 11 Desember 2013. Otomatis Rikza tidak ikut kuliah hampir setengah semester. Saya yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Program Studi Teknik Informatika meminta kepada pak Eri Satria selaku Ketua Program Studi untuk memberikan dispensasi untuk Rikza yang akan menjalankan tugas negara tersebut.


Syukuran Relawan TIK Garut untuk Keberangkatan Rikza 

Akhirnya bertepatan dengan hari ulang tahun saya, Rikza pun berangkat ke Thailan bersama tiga relawan TIK lainnya, setelah mendapatkan pengarahan dari Direktorat Pemberdayaan Informatika. Di Thailand Rikza bersama Relawan TIK Indonesia lainnya membantu beberapa pekerjaan di International Telecommunication Union selain juga mengunjungi beberapa lembaga pendidikan. 


Rikza pulang ke Garut dan tiba malam hari. Pertama kali yang dituju adalah rumah saya. Dia meminta saya untuk memilih oleh-oleh yang dibawanya itu dari Thailand. Keesokan harinya saya berbicara kepada bu Rina Kurniawati, wakil ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut bidang keuangan, meminta beliau untuk bersedia menggunakan uang pinjaman yang akan dikembalikan untuk syukuran. Alhamdulillah beliau menyetujuinya, sehingga uang itu akhirnya dibelikan nasi tumpeng. Semua pejabat struktural di kampus dan juga staf sangat gembira.


Satu hal yang paling menggembirakan saya adalah, Rikza memenuhi permintaan saya untuk tidak melupakan kampus di Thailand. Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Garut ini banyak membantu Relawan TIK Indonesia di Garut, mulai dari fasilitas hingga pembiayaan kegiatan.  


Tentang pak Boni, beliau sangat antusias terhadap kegiatan KPTIK (Kelompok Penggerak Teknologi Informasi dan Komunikasi) di Sekolah Tinggi Teknologi Garut, termasuk kegiatan ICT4Pesantren. Mungkin hal tersebut yang menyebabkan beliau memutuskan Relawan TIK Garut yang menjadi pengganti untuk berangkat ke Thailand, dan memasukan Sekolah Tinggi Teknologi Garut dalam daftar kandidat penerima hibah Internet Access Center lebih dari satu Milyar dari Korea Selatan.   


Kunjungan NIA terkait hibah IAC ke STT Garut

Ke depan Insya Allah saya akan bercerita tentang bagaimana konsep KPTIK ini didorong oleh Direktorat Pemberdayaan Informatika untuk diadopsi oleh Relawan TIK Indonesia, yang dalam perkembangan berikutnya menyebabkan Relawan TIK Garut mengibarkan dua bendera pegiat TIK dalam melaksanan misi pembangunan masyarakat informasi yang diembannya sejak tahun 2012 saat pengukuhannya sebagai Relawan TIK Garut. Cerita tersebut diharapkan dapat menghilangkan sak wasangka yang selama ini berkembang di Relawan TIK Indonesia. 

Semut pun Bersyukur


Sewaktu kecil setiap kali buang hajat saya selalu memperhatikan bagaimana umat yang satu ini berjalan dan bersalaman setiap kali bertemu satu sama lainnya. Sesekali beberapa di antaranya jatuh ke dalam bak dan berusaha berenang di atas permukaan airnya. Saya merasa kasihan sehingga setiap kali ada semut yang terjatuh saya angkat dengan jari ke permukaan. Hal ini sering saya lakukan setiap kali berada di toilet. 

Hari itu sangatlah tidak biasa, karena saya mengetahui sesuatu yang baru dari umat semut ini. Jemaah semut yang sering ditolong itu menunjukan apa yang bisa dilakukannya kepada saya. Semut-semut itu melingkari salah satu di antaranya, yang saya kira itu pemimpinnya. Kemudian semuanya mengangkat tangannya untuk beberapa saat. Setelah itu pemimpin semut itu beranjak ke salah satu sisi lingkaran, dua semut kemudian berada di depannya sambil berpegangan tangan. Semut yang awalnya melingkar kemudian mengikuti pemimpinnya dari belakang, seperti permainan "oray orayan luar leor mapay sawah". 


Sejak saat itu saya memperlakukan semut seperti manusia, tidak membunuhnya tanpa alasan. Dan sejak saat itu di mana saya berada di ruangan, tidak ada semut yang tampak. Hingga setelah anak saya yang kecil suka membunuh semut, rumah saya mulai didatangi semut lagi. Dengan pengalaman tersebut saya mengetahui jika semut pun dapat bersyukur atas kebaikan mahluk lainnya. Dan semut sebagaimana umat lainnya memiliki cara menunjukan rasa syukurnya. Setiap umat ada syariatnya sendiri-sendiri. 

Pada saat kuliah saya menemukan buku Risalah Qusyairiyah. Di dalamnya ada bab khusus pembahasan tentang sikap tidak membedakan mahluk Allah yang bernama al-Futuwwah. berikut ini sebagian kutipan yang menggambarkan sikap ahli futuwwah terhadap semut :

Sekelompok ahli ahli futuwah pergi mengunjungi seorang laki-laki yang terkenal karena futuwwahnya. Laki-laki itu menyuruh pelayannya membawa tilam makanan. Si pelayan tidak mengerjakan perintahnya, maka orang itu lalu memanggilnya hingga berulang-ulang. Para tamu saling berpandangan seraya berkata : “Ini tidak benar. Dalam aturan futuwwah, seseorang tidak boleh mempekerjakan perintahnya, maka orang itu lalu memanggilnya sekali lagi dan sekali lagi.” Laki-laki itu bertanya kepada pelayannya : “Mengapa begitu lama engkau baru datang membawakan tilam itu?” Si pelayan menjawab : “Ada seekor semut pada tilam itu. Tidaklah patut menurut futuwwah, membentangkan tilam uantuk para tamu yang ahli futuwwah manakala ada semut di atasnnya, sebalikya, tidaklah benar pula mencampakkan semut dari kain tilam itu. Jadi, saya meunggu sampai semut itu merayap meninggalkan tilam.” Para tamu berkata kepada pelayan itu : “Engkau telah menunjukkan pemahaman yang tinggi. Orang sepertimu patut dilayani para ahli futuwwah.”  

Jumat, 24 Maret 2017

Pemateri di STMIK DCI Tasikmalaya


Pada tanggal 17 Maret 2017 saya diundang oleh DR Djadja Sardjana - ketua STMIK DCI Tasikmalaya untuk menjadi pembicara Seminar Nasional bertemakan "Peningkatan Profesionalisme Wirausaha Muda Digital dan Relawan TIK Indonesia". Karena di dalam acara tersebut juga terselip acara pengukuhan Relawan TIK Indonesia Komisariat STMIK DCI Tasikmalaya, maka tidak lupa saya undang kawan Relawan TIK cabang kotamadya Tasikmalaya untuk menyiapkan prosesinya. Standing banner Relawan TIK Indonesia yang dulu ditinggalkan di Garut oleh Direktorat Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika saya bawa serta. Karena tidak ada pengurus pusat lain dan pengurus wilayah Jawa Barat yang hadir, maka saya selaku kepala bidang pengembangan sumber daya manusia Relawan TIK Indonesia mengukuhkan pengurus komisariat. Oh ya, selain mewakili Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan Relawan TIK Indonesia, saya pun hadir dalam kapasitas sebagai koordinator Data dan Teknologi Informasi Forum Dosen Indonesia. 


Dalam kesempatan menyampaikan materi Relawan TIK, saya memberikan penjelasan tentang makna relawan, dan menunjukan empat jenis layanan Relawan dalam bidang TIK berdasarkan laporan kegiatan di luar negeri yang telah saya sederhanakan dalam bentuk infrastruktur tiga lapis pada penelitian 2014. Empat jenis layanan tersebut meliputi TIK, Pengguna, Informasi, dan Kolaborasi. Tidak lupa saya tunjukan pula grafik pelaksanaan empat jenis layanan oleh Relawan TIK Indonesia berdasarkan sampel data dari 171 responden yang diberikan oleh sejumlah pengurus wilayah dan cabang di Indonesia, berikut kecakapan Relawan TIK selaku pelaksana layanannya. Pada grafis terakhir tentang latar belakang profesi Relawan TIK Indonesia terlihat keselarasan pengertian Relawan dengan keyataan dilapangan, di mana semua orang bisa menjadi Relawan.   

Tidak lupa saya sampaikan kaderisasi sistem berjenjang yang diberlakukan untuk mahasiswa di Komisariat Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang meliputi pembagian fungsi dan sampel program mingguan, bulanan, dan insidental. Sistem ini konsisten dilaksanakan sebagaimana tersebut dalam liputan TV One dan Antaranews. Dampak sistem tersebut adalah untuk menjamin ketersediaan Relawan TIK dari kalangan mahasiswa, konten sebagai hasil pelaksanaan layanannya, dan komisariat yang dirintis. 

Tidak lupa disampaikan konsep pengelompokan Relawan TIK yang meliputi kelompok informasi dan pengembang. Ditunjukan bagaimana kelompok ini melaksanakan literasi di Sekolah Menengah Atas / Sederajat untuk kemudian ditularkan ke jenjang pendidikan di bawahnya. Saya juga menunjukan bagaimana Relawan TIK kelompok Perguruan Tinggi dapat mendampingi desa dan mewujudkan Telecenter sebagai unit bisnis pada Badan Usaha Milik Desa. 



Penyampaian materi dilengkapi dengan penjelasan dari kang Maman mewakili Relawan TIK dan Komunitas (DedemIT) Ciamis yang fokus pada kelompok Perdesaan dan kang Ugan mewakili Relawan TIK kota madya Tasikmalaya yang fokus pada kelompok Pesantren. Saya tutup materinya dengan menunjukan salah satu perangkat lunak sistem yang dibuat oleh Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang menunjang pembelajaran, yakni Distro Ubuntu Garut Edition tema the Spirit of Technology.


Hari itu ditutup dengan makan bersama para pemateri dan ketua Yayasan di salah satu rumah makan Tasikmalaya yang menyediakan nasi tutug variatif. Semakin malam semakin sesak lagi nafas ini, hidung sudah mulai sensitif terhadap udara malam yang dingin. Untunglah saya membawa Sterimar, pembersih hidung yang lumayan membuat kondisi saya kembali prima dalam perjalanan sampai ke Garut. Hari itu saya tidak jadi ditemani Ipan Setiawan - Smartfren Leader namun dititipi banyak souvenir untuk doorprize.

Alhamdulillah, dengan demikian pengalaman Sekolah Tinggi Teknologi Garut mengintegrasikan Relawan TIK Indonesia dalam kegiatan Tridharma telah dibagikan, komisariat Perguruan Tinggi pertama di kota madya Tasikmalaya telah dibentuk, dan komunikasi dengan STMIK DCI sebagai salah sat perguruan tinggi bidang informatika di wilayah Priangan Timur telah diwujudkan. 


Senin, 13 Maret 2017

Pemateri Bisnis Ekonomi Digital di SMKN 2 Garut


Pagi hari itu tanggal 13 Maret 2017 saya diingatkan Ipan Setiawan bahwa siang nanti saya diminta untuk mengisi materi Technopreneurship di SMKN 2 Garut. Agak kaget karena saya benar-benar lupa agenda tersebut, sampai slide presentasinya belum sempat dibuat. Syukurlah kemarin lalu saya ikut Wirausaha Muda Digital yang diselenggarakan oleh Inkubator Bisnis Digital Pusdiklat KADIN Jawa Barat, sehingga banyak catatan dari kegiatan tersebut menjadi bahan isi slide nya. Tidak lupa saya mintakan agar saya menyampaikan materi di penghujung saja karena pukul 13.00 ada pertemuan dengan Relawan TIK dan Dosen di lingkungan Prodi (Program Studi) Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut.


Hari ini sebenarnya kondisi tubuh tidak terlalu fit karena dua hari tidak bisa tidur berkualitas akibat gangguan saluran hidung. Namun karena sudah janji menyampaikan materi, saya pun segera memicu kendaraan ke lokasi kegiatan pada pukul 14.30 lebih selepas diskusi dengan dosen. Saya berharap kepada Allah agar pengabdian kepada masyarakat ini menjadi wasilah menuju keberkahan dan kesehatan.  

Di lokasi sudah ada Ipan Setiawan, pegiat TIK yang punya hajat kegiatan dan selalu nampak enerjik. Saat masuk ke dalam ruangan nampak Muhammad Rikza Nasrullah sedang membagikan pengetahuannya kepada para siswa. Kegiatan ini merupakan sosialisasi produk minuman Yen Yen oleh pengusaha muda. Kebetukan sekali saya sangat suka minuman Liang Tea ini. Cuaca panas hari itu lumayan segar dengan meminum Liang Tea. Kandungan minuman yang membuat saya bersemangat adalah Teh Hijau. Secara umum minuman ini herbal dan baik untuk masalah pencernaan dan panas dalam serta menangani radikal bebas. Malah jadi promo, hahaha. Untuk minuman menyenangkan saya ikhlas mempromosikan.

Dalam kesempatan tersebut beberapa pertanyaan diajukan oleh siswa dan mahasiswa. Di antaranya soal kepercayaan dalam melakukan transaksi online yang disampaikan oleh mahasiswi dari STIESA Garut. Saya mengatakan bahwa kepercayaan pelanggan itu dicapai dengan sikap jujur. Membangun kepercayaan itu di antaranya dengan  menampilkan sebanyak mungkin testimoni, tidak hanya sekedar menampilkan banyaknya pelanggan yang membeli. Pengalaman transaksi online pun disampaikan, bahwa dulu saat harus belanja di internet saya memilih toko dengan badan hukum yang jelas. 


Hari ini adalah hari Bisnis Ekonomi Digital, karena diisi oleh diskusi Area 306 sebagai unit bisnis berbasis teknologi dan inkubasi bisnis digital, serta seminar Technopreneurship. Mungkin bulan pencerahan bisnis digital, dimulai dari mengikuti kegiatan Wirausaha Muda Digital dan menjadi pemateri Technopreneurship. Semua ini membuat semangat mendorong geliat perusahaan pemula berbasis teknologi di Garut semakin kuat. Alhamdulillah, semoga Allah sebagaimana biasanya memberikan jalan menuju ke sana.   


Wirausaha Muda Digital