Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Senin, 25 September 2023

Takut dan Harap


Khauf / takut dan raja' / harap dapat mengokohkan keimanan. Keduanya merupakan dorongan alamiah utk bertahan hidup. Imam al-Ghazali dlm Ihya Ulumuddin menekankan pentingnya keseimbangan keduanya. Terlalu condong kpd salah satunya dapat mengancam keselamatan jiwa.

Keimanan itu hadir krn hidayah Allah, bukan pemberian manusia. Sebagaimana Umar RA yg beriman bukan karena takut atau harap pd manusia, tapi merasakan sesuatu dlm hati saat mendengarkan wahyu Tuhan yg tengah dibacakan oleh saudarinya. Kemarahannya seketika sirna.

Setelah keimanan hadir, umumnya orang beriman mengelola takut dan harapnya utk mengokohkan keimanan. Kalangan khusus yg telah dekat dgn Tuhan mengokohkan keimanan tdk dgn alasan keduanya. Misalnya, Rabiah al-Adawiyah yg tdk lagi merasa takut pada neraka atau mengharapkan Surga.

#PersepsiCahyana

Verifikasi Kenabian Awal


Keyakinan terkait ilmu akhirat diverifikasi oleh ahlinya, sebagaimana ilmu dunia. Ahli agama awal yg memverifikasi pengalaman Nabi Muhammad SAW adalah pendeta Buhaira dan pendeta Waraqah. Pendeta pertama memverifikasi tanda kenabian. Pendeta kedua memverifikasi pertemuan dgn Jibril.

Pengalaman Nabi bila diverifikasi oleh ilmu lain dapat menimbulkan ketidakakuratan. Misalnya, psikologi yg tdk menjangkau persoalan wahyu mungkin akan menyimpulkan pengalaman semacam itu sebagai skizofrenia, sebagaimana pandangan orang yg tdk meyakini agama atau tdk beriman yg menganggap Nabi berpenyakit gila (QS. al-Mu'minun: 70), sehingga mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila." (QS. al-Hijr: 6)

#PersepsiCahyana

Jumat, 22 September 2023

Kefasihan dan Kelembutan Kunci Sukses Komunikasi

Seringkali kita melihat sekelompok orang yang menghasut dgn menggunakan sentimen SARA, dan bahkan dgn membajak nama suci Tuhan.  Mereka yg mengenakan topeng agama melakukannya agar maksiat bughot terwujud. Padahal agama mereka mengajarkan utk mendamaikan saudara yg bertengkar, apalagi bila pertengkarannya mengarah kpd serangan fisik, seperti menimpuk orang yg tdk melawan dgn batu atau menghancurkan fasilitas publik yg merupakan aset bersama.

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar." (QS. An Nisa: 114).

Sangat mengherankan dgn banyaknya ujaran di medsos yg lebih cenderung membesarkan masalah dgn mengatasnamakan kebenaran menggunakan kalimat yg menyinggung dan berdasarkan pada "katanya". Orang yg bertindak anarkistis saja dibenarkan krn dianggap sedang memperjuangkan kebenaran. Padahal kebenaran itu bisa diusahakan dgn cara yg baik, seperti musyawarah dgn bersikap lembut dan bersaudara. Mungkin kita bisa belajar dari nabi Musa.

Saat menghadapi Fir'aun, Nabi Musa tdk meminta kpd Tuhan utk menunjukan emosinya dgn kata-kata kasar yg menyinggung. Beliau meminta kelapangan dada, kemudahan urusan, dan lepas dari kekakuan lidah supaya mitra tutur nya mengerti dgn apa yg disampaikan. 

"Ya Allah, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku." (QS. Taha ayat 25-28).

Nampaknya kefasihan lidah menjadi perhatian beliau, sehingga beliau meminta kpd Tuhan agar saudaranya Harun menjadi juru bicaranya krn lebih fasih lidahnya, dan Tuhan mengabulkan. Bagi beliau, kefasihan adalah kunci sukses pengiriman pesan yg membuat pesan mudah dipahami, sehingga lebih sulit dibantah atau didustakan oleh mitra tutur. 

"Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utus lah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku. Sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakan ku." (QS Al-Qashash : 34)

Selain kefasihan, kunci sukses komunikasi Nabi Harun adalah kelembutan. Suatu ketika Nabi Musa sangat marah atas tindakan kaumnya yg sangat keliru, sehingga menarik rambut Nabi Harun dgn kasar. Nabi Harun menyikapinya dgn penjelasan menggunakan kalimat yg lembut dan bersahabat, sehingga emosi Nabi Musa mereda setelah memahaminya. 

Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkata lah dia: “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?” Dan Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata: “Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggap ku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang lalim.” Musa berdoa: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkan lah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang”. (QS. Al-A’raaf: 150-151)

Allah menunjukan kelembutan dan sikap bersahabat sebagai kunci sukses komunikasi, terlebih dgn saudara sendiri, apalagi saudara satu keyakinan. Allah telah menjelaskannya kpd Nabi Muhammad SAW tentang arti penting kelembutan dan sikap bersahabat ini,

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran: 159)

Kamis, 21 September 2023

Jalur Perdagangan Digital

Sebagian dari kita meyakini bahwa silaturahmi membuka pintu rejeki. Saat ini banyak pengusaha membangun dan memperluas jangkauan silaturahminya melalui media sosial, di mana mereka memasuki atau menciptakan komunitasnya sendiri utk mendengarkan atau memicu kebutuhan. Mereka memenuhi segala kebutuhan yg terdengar dalam jejaring pertemanannya melalui penjualan, dan memperoleh loyalitas konsumen sebagai buah interaksi pertemanan yg baik. 

Lalu apa jadinya bila yg ingin berteman adalah para penjual dari luar negeri? Sebenarnya memberi komoditas dari penjual asing sudah ada dari dulu. Kita tentunya tahu tentang sejarah jalur sutera atau semisal lainnya. Kini jalur perdagangan berbasis digital berfungsi secara efisien, menghantarkan banyak pemasaran dan transaksi hingga ke sudut-sudut rumah. Kesempatan tersebut membuat pengusaha Indonesia dapat berjualan panci dan peralatan semisal di luar negeri melalui internet sampai membuatnya menjadi sangat kaya raya. Tentu saja itu adalah buah literasi dan literasi digital yg memungkinkan pedagang dapat berinteraksi di pasar global secara efektif.

Apakah jalur perdagangan digital yg bermodalkan jejaring sosial harus dilarang? Menurut saya hal itu seperti melawan kodrat mahluk sosial. Apakah kita juga perlu memasang seruan utk hanya membeli komoditas dari kalangan sendiri dan melarang transaksi dgn teman atau penjual di luar kalangan? Menurut saya hal itu melawan kodrat internet sebagai ruang terbuka. Sikap demikian akan merugikan pedagang Indonesia yg menargetkan pasar luar negeri saat ada usaha balasan. 

Menurut saya, cara terbaik membantu pengusaha kecil adalah dgn membekalinya kemampuan agar dapat memposisikan diri dan bersaing. Kita tdk terlalu optimis semuanya akan dapat memperoleh manfaat dari kemampuan tersebut, mengingat tdk semua memiliki kesempatan yg sama khususnya dlm aspek aksesibilitas. Tetapi masalah tersebut dapat diselesaikan dgn menghadirkan penyedia jasa informasi. Dengannya semua pedagang dapat bersaing secara setara, sekaligus memperoleh kesempatan yg sama di ruang digital. Pertempuran dagang pada akhirnya melibatkan para pedagang melek digital dan penyedia jasa informasi yg mewakili pedagang buta digital.

Harga murah adalah inovasi yg menjadi daya tarik bagi pembeli. Bila harga jual suatu komoditas di dalam negeri sangat murah menurut pembeli di luar negeri, maka seharusnya komoditas itu menjadi sangat laku di luar negeri sana. Itulah sebab kenapa ada banyak perusahaan di luar negeri yg tertarik tdk hanya dengan komoditas dari Indonesia saja, tetapi juga dengan insan kreatif nya. Penjual dari luar negeri sana yg menjual komoditasnya di Indonesia, boleh jadi ia mengambil untung yg sedikit dibandingkan dgn penjual kita yg berjualan di tempat mereka. 

Nampaknya tdk ada masalah dgn kesempatan perdagangan di ruang digital. Permasalahan utamanya menurut saya adalah pembeli kita lebih banyak bertemu dan berteman dgn penjual komoditas luar negeri di ruang digital dari pada penjual komoditas dalam negeri, atau penjual kita banyak menjual komoditas luar negeri yg faktanya memang murah, atau populer, atau belum tertandingi. Ada kesenjangan inovasi, produksi, pemasaran dan lainnya yg perlu diselesaikan. Apa tdk mungkin bagi kita utk melakukan apa yg dilakukan oleh penjual komoditas luar negeri, yakni mendorong penjualan komoditas dalam negeri sebanyak-banyaknya ke luar negeri, dari pada hanya bertahan dgn membatasi akses konsumen dalam negeri kepada komoditas yg bagi mereka tdk penting apakah berasal dari dalam atau luar negeri? 

#PersepsiCahyana

Banyak Cara Namun Harus Teruji

Saya ingat waktu pertama kali kenal bhs pemrograman, tugas looping saya kerjakan tdk menggunakan repeat-until dan while-do tetapi dgn label-goto yg menyebabkan baris intruksinya lebih banyak. Alm. pak Maman Abdurrahman membenarkan setelah beliau membuktikan kode sumber yg saya buat benar, walau pun saya tdk membuatnya persis seperti yg beliau buat. 

Dlm kesempatan lain dgn pak Ahmad Hazairin, saya membuat perkalian matriks tanpa batas, beliau tdk membenarkan dan menyalahkan secara tegas krn katanya sulit membuktikan secara manual perkalian matriks yg banyak, sekalipun yg sedikit terbukti benar. Benar jika ada relawan yg mau membuktikannya, hehehe. Jadi dari sikap mahaguru saya tsb dpt disimpulkan bhw dosen tdk mempersoalkan cara pengerjaan yg beda, yg penting hasil sama atau terbukti benar.

Rabu, 20 September 2023

Fase Memahami Bacaan

 


Di fase awal "membaca", saya cenderung utk mengoleksi karya tulis dan terpengaruh oleh tulisannya, mulai dari gaya berpikir hingga gaya menulis. Namun ada kesenjangan yg saya rasakan, yakni pemahaman yg seringkali berbeda dari maksud penulis krn masih berada dlm lingkup tekstualis, di mana teks dicocokan dgn konteks sendiri yang boleh jadi berbeda dengan konteks yg melatar belakangi teks nya. Kondisi tersebut dapat ditemukan dlm tulisan saya selama kuliah sarjana dulu. Di fase ini, pemahaman saya cenderung hitam putih, kaku, dan keras. Walau saya menentang pemahaman yang berbeda mengikuti naluri sikap bertahan dan mengabaikan manfaat pemahaman yg berbeda, saya tdk memaksa siapapun utk mengikuti atau membenarkan apa yg saya yakini. 

Dlm perkembangan berikutnya, saya mulai memahami arti reviewer saat mengkonsultasikan tulisan terkait akidah kpd ahlinya, yakni guru akidah. Saat beliau diam atau membenarkan, maka pemahaman saya dikokohkan. Namun saat orang lain menyangkal, saya menyadari bila pemahaman ini sedang ditantang atau dlm kondisi sedang diruntuhkan. Hal tsb merupakan kesempatan baik bagi semua orang yg terlibat dlm dialog utk memperoleh pemahaman yg lebih baik. Dan hal ini sejalan dgn ajaran guru filsafat yg mengatakan bahwa kebenaran itu sementara sampai ia diruntuhkan, dan kebenaran itu harus dapat diuji agar tdk menimbulkan kerancuan berpikir. Dgn kata lain, saya memerlukan objektifitas dlm memahami sesuatu, butuh orang lain yg menguji dan mengokohkan. 

Lebih dari pada itu, saya perlu selektif dlm memilih lawan dialog. Mereka yg tdk kredibel dan tdk berorientasi pada pengetahuan harus ditinggalkan. Mereka yg halnya sebaliknya harus dijadikan mitra dialog. Dan yg terpenting, pengetahuan atau pemahaman ini harus dapat dikoreksi menjadi lebih baik, sebagai bagian dari manajemen pengetahuan. Di sisi lain, kesadaran akan nisbinya pemahaman diri akan membawa pada sikap tawadhu, menjadi seperti padi yg semakin matang semakin menguning. Semakin tinggi status sosial atau pendidikan, semakin rendah hati dan bijaksana.

#BiografiCahyana

Selasa, 19 September 2023

Selamat Jalan Citra


Ia adalah sosok yg melengkapi pengalaman dialog lintas agama saya yg pertama saat sekolah dasar dulu. Dari dialog itu saya memahami bahwa bukan hanya mereka yg berbeda keyakinan yg tdk ridha dgn pilihan agama saya, tetapi saya pun tdk ridha dgn pilihan agama mereka, seperti yg pernah disampaikan oleh alm. Gus Dur. Sekuat apapun kita membelokan, namun Tuhan lah yg berhak menentukan agama utk setiap hamba Nya.

Dgn melihat hak Nya itu saya menghormati pilihan agama setiap orang, dan mensyukuri kesempatan dialog agama dgn siapapun yg dikaruniakan Nya sampai akhir hayat. Selamat jalan sahabat, diri mu dipercaya oleh Tuhan utk lebih dahulu memperoleh jawaban dari apa yg pernah kita dialogkan. Diri mu dikasihi Tuhan, sehingga sakit mu di dunia ini diangkat Nya. Tuhan sebaik-baiknya pemberi penjelasan dan yang maha pengasih.

#BiografiCahyana

Senin, 18 September 2023

Daya Tarik Wanita

 


Pencari Tuhan tdk luput dari ketertarikan kpd lawan jenis. Cerita kekhilafannya yg beragam saat diliputi ketertarikan tsb dituturkan sendiri atau oleh orang lain utk melihat sisi baiknya, agar menjadi pelajaran. Sekaligus utk menunjukan bahwa para pencari Tuhan adalah manusia biasa yg senantiasa tertolong oleh perhatian dan kasih sayang Tuhannya.

Tentunya kita ingat kisah Nabi Yusuf AS, di mana Allah yg menuturkan kisahnya kpd kita semua. Bagi yg pernah membaca karya Fariduddin al-Attar, pastinya tdk asing dgn kisah Abdul Faiz Tsuban bin Ibrahim al-Mishri yg dijuluki Dzun Nun dgn dara jelita. 

Dzun Nun bercerita:

Suatu hari aku jalan-jalan sampai ke tepian sungai, di situ ku lihat sebuah vila. Di sungai itu aku bersuci, setelah selesai, tanpa sengaja aku memandang ke loteng vila itu. Di atas balkon berdiri seorang dara jelita. Aku pun bertanya, "Dinda, siapakah engkau ini?"

Dara tsb menjawab, "Dzun Nun, dari kejauhan ku kira engkau seorang gila. Ketika agak dekat ku kira engkau seorang terpelajar. Dan ketika sudah dekat ku kira engkau seorang mistikus. Tetapi kini jelas bagi ku bahwa engkau tdk gila, tdk terpelajar, dan bukan seorang mistikus".

Aku bertanya, "Mengapa engkau berkata demikian?"

Dara tsb menjawab, "Seandainya engkau gila, niscaya engkau tdk bersuci. Seandainya engkau terpelajar niscaya engkau tdk memandang yg tdk boleh dipandang. Dan seandainya engkau seorang mistikus pasti engkau tdk memandang sesuatu selain Allah."

Setelah berkata demikian dara itu menghilang. Sadarlah aku bahwa ia bukan manusia biasa. Sungguh ia telah dikirim Allah utk mengingatkan diri ku. Api sesal membakar diri ku.

Daya Tarik Ujaran

 


Daya tarik ujaran2 kasar yg mengandung kata-kata seperti 🤬 dalam gurauan, lagu atau pemasaran terlihat saat penikmatnya berbondong2 mendatanginya. Pengemasan pesan baik dgn ujaran kasar masih ditolerir oleh sebagian orang. Sebagian lainnya malah tdk perduli dgn isi pesannya, apakah baik atau buruk, difahami atau tdk, krn lebih memperhatikan aspek kenikmatan lainnya. Oleh krn itu wajar pengujar kasar ada banyak pengikutnya, dan ujarannya terus menerus didengungkan dari generasi ke generasi, zaman ke zaman oleh sebagian pengikutnya. Terlebih ada penelitian yg menunjukan manfaat memaki, seperti menambah kekuatan dan mengurangi rasa nyeri.

Sementara itu, ada sebagian orang yg merasa fenomena dengungan kata2 kasar sebagai degradasi moral masyarakat karena menganggapnya sedang melabrak norma kesopanan dan sebagian di antara katanya mempromosikan kebohongan. Sebagian kalangan ini membalut gurauan, lagu, dan pemasarannya dgn kata atau frasa keagamaan utk memunculkan daya tarik kesopanan atau kesucian. Bahkan ada yg balutannya itu tdk masuk akal sebab kata2 yg dicampurkannya tdk tercampur dgn baik.

Dengungan ujaran apapun yg paling terdengar mencerminkan seberapa banyak penikmat dengungannya. Orang yg tdk menikmatinya pasti tdk mau ikut serta mendengungkan ujarannya. Oleh karena itu, bukan dengungan nya yg harus diperhatikan, tetapi para pendengungnya. Mencegah dengungan dgn cara menutup telinga hanya akan memperpanjang waktu dengungannya. Menutup mulut pendengung pun tdk membuat dengungan di hatinya berhenti. Ada dua cara yg dapat ditempuh, mengalahkan dengungan nya dgn memobilisasi pendengung sebanyak2nya, dan mengalihkan pendengung kepada dengungan lain.

#PersepsiCahyana

Rabu, 13 September 2023

Khilafah Pancasila

Sistem pemerintahan Nabi SAW dan Khulafaur-Rasyidin digali dari produk budaya bangsa Arab & Ajam sebelum Islam yg dikembangkan dgn nilai2 Islam. Cara suksesi Khulafaur-Rasyidin bermacam2, tergantung kecenderungan terhadap kebiasaan lokal yg berlaku saat itu. Khilafah itu ditafsirkan sesuai konteks lokal, mengikuti kesepakatan wakil suku bangsa yg beragam. 

Di Madinah, Nabi SAW membangun ummah (kesatuan kabilah / suku) berdasarkan kesepakatan dgn wakil suku yg beragam, termasuk di dalamnya suku pendatang (Muhajirin), kaum animisme (Musyrikin) dan suku2 Madinah dari kalangan Yahudi. Beliau menjadi pemimpin ummah tsb berdasarkan kesepakatan. Sistem pemerintahannya / khilafah berdasar kpd Piagam Madinah, yg dirumuskan dgn memperhatikan nilai dan norma budaya Arab saat itu dan agama Islam. Seperti diyat yg dlm praktiknya sdh ada sebelum Islam dan diindahkan oleh suku2 yg ada, diatur dalam Piagam Madinah dgn sentuhan nilai Islam. 

Pada masa pra Islam, kepala suku biasanya dipilih melalui musyawarah yang melibatkan seluruh kepala suku, di mana kepala suku yang terpilih biasanya berasal dari suku yang paling berpengaruh dan dari keturunan orang terhormat (Biyanto, 2006). Kebiasaan lokal tsb mempengaruhi para sahabat r.a. saat menentukan Khalifah, yakni dlm hal cara musyawarahnya.

Meluasnya wilayah penyebaran Islam menyebabkan umat Islam berinteraksi dgn sistem pemerintahan dan cara suksesi bangsa Ajam (non Arab), termasuk dgn sistem demokrasi. Sebagaimana dicontohkan oleh Nabi SAW dan Sahabat r.a., nilai Islam diterapkan di dalamnya. Pada akhirnya Islam terserap dalam budaya Arab dan Ajam, yg semuanya itu merupakan budaya manusia. Oleh karenanya tdk ada tafsir tunggal dalam hal sistem pemerintahan dan cara suksesi, karena setiap wilayah muslim memiliki kesepakatan dan kearifan lokalnya sendiri. Namun semua muslim yg beriman sepakat ttg wajibnya penerapan nilai Islam. 

Wakil umat Islam Indonesia memilih bentuk khilafah / sistem pemerintahannya sendiri menurut kesepakatan dgn wakil suku bangsa lainnya yg beragam, yakni khilafah Pancasila yg meliputi banyak kerajaan atau kesultanan nusantara. Nilai2 Islam telah diterapkan alim-ulama wakil umat Islam Indonesia di dalam UUD 45 & Piagam Jakarta yg menjiwainya. Utk setiap umat beragama berlaku syariat agamanya sendiri.  

Dlm perjalanannya, sistem pemerintahannya sempat berubah dari parlementer menjadi presidensil, dan bentuknya dari republik menjadi negara kesatuan republik. Hal tsb biasa terjadi sebagai bagian dari manajemen perubahan. Dan semua itu terjadi dgn kesepakatan yg mencerminkan penghargaan thd keragaman.

Senin, 11 September 2023

Tidak Terlalu Perduli dengan Nasab

Biasanya kita akan meneliti nasab apabila akan menikah. Tujuannya dua, yakni memastikan tdk menikahi orang yg haram dinikahi, dan perbaikan keturunan. Saya pribadi menikahi istri krn mengikuti bisikan dalam hati yg mengatakan ia adalah anak terbaik di keluarganya. Dan kenyataannya ia demikian bagi saya dan keluarganya. Sementara istri saya kemarin mengatakan, ia mau dinikahi karena baru pertama kali dekat dgn pria yg mentaati dan mengajak salat wajib. 

Apa yg menjadi fokus saya dan istri adalah potensi baik yg merupakan hasil pembelajaran. Dgn sifat yg diwarisi dari orang tua melalui gen yg diturunkannya, kita berhasil melakukan perbuatan yg baik. Tdk ada warisan yg buruk, bila kita mampu menggunakannya dgn tepat di bawah panduan ilmu hasil pembelajaran. Misalnya, marah itu penyakit hati, tetapi marah akan menjadi baik bila disalurkan utk mencegah perbuatan yg merusak.

Istri saya merasa tenang dgn anak pertama yg telah mampu mentaati salat wajib dgn penuh kesadaran. Sebelum anak tsb lahir, saya telah menyiapkan namanya dan berdoa agar Allah mewariskan kpd nya sifat baik orang tuanya. Doa tsb dapat difahami sebagai permintaan agar Allah mengkombinasikan gen saya dan istri sedemikian rupa agar anak mampu mewarisi sifat dan perbuatan baik orang tuanya. 

Saat anak menunjukan sifat yg tdk disukai istri, saya mengatakan bahwa sifat tsb akan baik bila dapat dikelola dgn baik. Seperti film X-Man, di mana kekuatan super tdk akan merusak bila dapat dikendalikan. Tetapi seseorang pasti punya kelemahan dlm pengendalian, sehingga dia perlu diingatkan atau didukung, minimalnya dimaklumi. Alasan masuk akal memakluminya adalah karena ada banyak kelebihan dibalik kekurangan seseorang dan kelebihan itu dapat digunakan utk menangani kekurangan.

Dulu saya pernah berusaha mengetahui nasab keluarga. Tapi kini saya tdk terlalu perduli dgn nasab, sebab nasib tergantung bagaimana usaha kita. Lagi pula kemuliaan di sisi Allah itu pada ketakwaan. Minimalnya kita menyukai amalan takwa, berada dekat dgn orang bertakwa, atau berusaha menjadi orang yg bertakwa, itu adalah modal yg cukup. Setiap anak tdk mewarisi dosa orang tuanya. Setiap anak mewarisi sifat orang tua yg bila dikelola dgn baik akan menghasilkan sesuatu yg baik dan bahkan jauh lebih baik. 

Kuatnya kecenderungan kepada sisi buruk adalah tantangan lazim pada manusia. Kita akan menjadi mahluk yg mulia, apabila berhasil mengarahkannya kpd sisi baik. Misalnya, kecenderungan kuat mencuri diarahkan menjadi menabung, dan dibersihkan dgn bersedekah. Oleh karenanya tdk perlu khawatir dgn nasab atau gen, khawatir lah bila kita lalai dari mengelola kecenderungan-kecenderungan yg ada.  

#BiografiCahyana