Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Selasa, 31 Desember 2019

Peluncuran Garut Command Center


Kemarin, tanggal 30 Desember 2019, saya menerima kiriman berkas pdf dari Sekdiskominfo Garut. Berkas tersebut adalah surat undangan untuk menghadiri peluncuran GCC (Garut Command Center). Fasilitas tersebut merupakan mimpi lama yang sempat mengisi perbincangan di Diskominfo Garut. Dalam kesempatan Festival TIK di Sabuga ITB, Ridwan Kamil yang saat itu masih menjabat sebagai Walikota Bandung menyampaikan bahwa pemerintahan yg dipimpinnya siap menghibahkan software penunjang Command Center untuk semua kabupaten/kota di Jawa Barat. Pernyataan tersebut membuat saya mendorong rekan-rekan di Diskominfo Garut untuk menindaklanjutinya.

Surat undangan dari Sekdiskominfo Garut tersebut saya teruskan kepada ketua pengurus Relawan TIK Garut. Saya menyarankan agar Muhammad Rikza Nasrulloh selaku ketua pengurus Relawan TIK Garut untuk menugaskan ketua pengurus Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut bila berhalangan hadir. Akhirnya Zoel Hilmi selaku ketua pengurus Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut ditugaskan untuk menghadiri acara tersebut mewakili Relawan TIK Indonesia. 

Hari Minggu pagi tadi, tanggal 31 Desember 2019, anak bungsu memanggil saya yang sedang mengecat dinding rumah; ada panggilan telpon yang harus dijawab. Ternyata Kabid Egov Diskominfo Garut yang menghubungi. Beliau menginformasikan kembali acara peluncuran GCC hari ini. Beliau mengajak saya dan anggota Komunitas / Relawan TIK Garut lainnya untuk datang beramai-ramai menghadiri acara tersebut. Beliau juga menyampaikan bahwa perwakilan dari Sekolah Tinggi Teknologi Garut belum ada yang hadir di lokasi acara.

Saya pun bergegas ke kamar mandi dan berangkat ke lokasi acara di Pendopo Garut. Di sana nampak Zoel sudah duduk mengenakan seragam PDL Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut.


Acara pembukaan berlangsung singkat. Bupati, wakil Bupati, dan sejumlah pimpinan SKPD langsung menuju GCC bantuan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tersebut. Saya dengan Zoel ikut serta menuju gedung GCC yg terletak di samping aula Pendopo. Kami menyapa Rektor Universitas Garut yang baru selesai berfoto bersama. Beliau meminta kami untuk mempelajari jaringan yang terpasang di GCC.

Di lokasi saya menyapa kepala Dinas Koperasi dan UMKM Garut, sekalian melaporkan pelaksanaan Kursus Bina Usaha yang telah selesai dilaksanakan. Sekretaris BAPPEDA Garut datang menghampiri dan menyampaikan gagasannya terkait Musrenbang Online yang dapat dilaksanakan di GCC. Kebetulan saya dulu membantu VMeet dan BAPPEDA Garut dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut. Saya melihat aplikasi VMeet dipasang di GCC sebagai alat komunikasi.

Setelah rombongan Bupati meninggalkan lokasi, saya dan Zoel masuk ke dalam GCC. Di dalam ruangan yang dingin tersebut terdapat ruangan rapat yg dipisahkan oleh kaca dengan ruang kendali. Terlihat ada banyak layar monitor yang terpasang di ruang kendali. Hal tersebut mengingatkan saya belasan tahun yang silam saat membangun Network Operation Center di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Saat itu saya meminta kepada kampus agar menyediakan partisi kayu di kantor Unit Sistem Informasi. Di permukaan partisi tersebut saya pasang tiga layar monitor untuk menampilkan CCTV, memonitor status aktif perangkat jaringan, dan memonitor pengguna jaringan. 


Saat beranjak mau pulang, nampak Sekdiskominfo Garut sedang berbincang di ruang pertemuan GCC. Saya duduk di ruangan tersebut setelah beliau memanggil. Beliau meminta agar Relawan TIK dapat terlibat membantu GCC. Saya sampaikan bahwa Relawan TIK di Garut senantiasa siap sedia membantu pemerintah, dan menunggu perintah. Ada tiga bantuan yang bisa diberikan oleh Relawan TIK, yakni layanan pengguna, informasi, dan TIK.

Teringat perbincangan online dengan Prof Suhono Harso Supangkat di mana beliau meminta saya terlibat bila Garut menerapkan Smart City. Saya mengingat ilmu yang beliau sampaikan, bahwa Smart City bukan hanya soal perangkat TIK semata tetapi juga tata kelola di sisi manusianya. Dengan demikian, GCC hanyalah salah satu komponen saja. Untuk mewujudkan Garut Smart City diperlukan komponen lainnya, termasuk di dalamnya adalah sumber daya manusia yang siap memanfaatkan TIK untuk menunjang tata kelola pemerintahan.

Beberapa minggu yang lalu, artikel saya tentang kerangka kerja TIGER Society terbit di IOP. Di dalamnya tersaji matriks saling silang layanan berbasis TIK di antara aktor pariwisata. Layanan tersebutlah yang kelak dapat mengisi GCC untuk meningkatkan kepuasan dan kunjungan wisatawan ke Garut. Pemerintah harus menjadi regulator yang mampu membangun karakter aktor wisata serta membangun industri pariwisata dan industri pendukungnya yang baik dengan memanfaatkan TIK. 

Rabu, 25 Desember 2019

Berharap Keselamatan Bil-Arkan atau Bil-Lisan


Dlm perjalanan malam tadi, 24 Desember 2019, menuju lapak sate Padang yg ada di depan kantor cabang BNI, saya dan istri melewati Gereja yg dijaga oleh banyak aparat di kiri dan kanan bahu jalannya. Nampak di kejauhan dua orang dari ormas Islam ikut menjaga. 

Istri saya bertanya, "Kenapa saat salat Ied (sepanjang pengalaman) tdk ada dari ormas Islam yg berjaga?" 

Saya sampaikan kpdnya apa yg terjadi setelah non muslim ekstrim asal Australia menyerang masjid (di Selandia Baru). Kelompok masyarakat non muslim memutuskan utk menjaga masjid seperti anggota ormas Islam di Indonesia menjaga Gereja. 

Maksud saya, warga sipil turut menjaga rumah ibadah semata utk menghindarkan semua orang yg beribadah di dalamnya dari ancaman keamanan atau kejahatan yg pernah dan masih berpotensi datang. Sebaliknya, rumah ibadah tdk dijaga krn potensi tsb hampir tdk ada. 

Dua orang dari ormas Islam tsb sedang menyatakan selamat natal dgn perbuatan / bil-arkan, di saat sebagian umat Islam seperti saya menyatakannya dlm ucapan / bil-lisan. Selamat yg bermakna harapan keselamatan dari marabahaya; sama sekali tdk ada sangkut pautnya dgn akidah, urusan hubungan dgn manusia semata.

Mencapai Indikator Sakit utk Mendapatkan Hasil


Tengah malam ini, 25 Desember 2019, saya melihat buku Fihi Ma Fihi di rak buku dan tergerak utk melanjutkan bacaan. Buku tsb merupakan prosa karya Jalaluddin Rumi. Hari ini, pasal yg dibaca adalah yg ke-5 tentang Kelahiran yg Sambung Menyambung.

Pasal ini ditutup oleh sajak yg digubah oleh Afdhaluddin al-Khaqani, seakan menyindir kondisi diri ini:

"Jiwa ruhaniah mu kelaparan, sementara raga luar mu kekenyangan. Setan makan dgn rakus sampai muntah, sementara seorang raja bahkan tdk memiliki sepotong roti. Sekarang bertaubatlah, karena Isa-mu sedang berada di bumi. Ketika Isa telah kembali ke langit, maka semua harapan akan sirna".

Isa yg dimaksud dlm konteks pasal 5 menurut pemahaman saya kalau mau dibahasakan secara mudah adalah hasil yg baik, sementara indikator capaiannya diilustrasikan oleh sakit fisik melahirkan yg dirasakan oleh Mariam.

Maulana Rumi mengatakan, "Raga kita bagaikan Mariam dan kita semua memiliki seorang Isa (potensi utk mendapatkan hasil yg baik) dlm diri kita. Kalau kita merasakan sakit (sebagaimana sakitnya Mariam saat akan melahirkan, indikator capaian utk mendapatkan hasil tsb), maka Isa kita akan lahir (hasil tsb akan diperoleh). Namun jika rasa sakit tdk kita rasakan (indikator tdk dicapai), maka Isa akan kembali ke asalnya melalui jalan rahasia yg sama dilaluinya, membiarkan diri kita hampa tanpa ada yg kita dapatkan darinya (tdk mendapatkan hasilnya)".

Selasa, 24 Desember 2019

Keramahtamahan adalah Syiar Agama dan Perekat Persatuan


Sewaktu kecil dulu, sepulang dari salat ied dari alun-alun Pemda Subang, saya & jemaah salat ied lainnya melewati Gereja yg terletak di jalan cagak dekat studio radio Benteng Pancasila. Terlihat jemaah Gereja yg kebanyakan anak-anak berdiri di depan gerbang menghadap ke arah kami. Saya perhatikan wajahnya berseri-seri, tetapi tdk ada interaksi di antara jemaah, semisal saling sapa. Nampak sebagian jemaah salat Ied tdk memperdulikannya.

Mungkin saja jemaah Gereja itu ingin menyampaikan ucapan selamat Ied, tetapi kondisinya tdk memungkinkan. Mungkin juga ada sebagian kalangan muslim yg menganggap keberadaan jemaah Gereja di depan gerbang sebagai syiar agama. Dan setelah dewasa, saya memahami bahwa memang yg dilakukan oleh jemaah Gereja tsb adalah syiar agama, menunjukan bahwa agama Kristen yg mereka ikuti mengajarkan sikap keramahtamahan. Dan kita sebagai muslim seharusnya juga mensyiarkan agama dgn menyambut keramahtamahan tsb. 

Tdk perlu ada kekhawatiran dgn syiar agama, sebab yg memberi petunjuk adalah Allah, bukan manusia. Keramahtamahan sebagai bagian dari syiar agama dapat merekatkan masyarakat kita sehingga terwujud persatuan Indonesia. Khabib Nurmagomedov berkata, bahwa non muslim tdk membaca Quran dan Hadits, mereka membaca diri kita. Maka jadilah kita cerminan Islam yg baik.


Jumat, 20 Desember 2019

Polisi juga Manusia


Sore tadi lewat perempatan Asia dari arah toserba Asia mengarah ke Wohap, sengaja mau singgah di toko elektronik sekitaran toko Wohap. Nampak di perempatan seorang Polisi tengah mengatur lalu lintas. Setelah melewatinya beberapa meter, saya lihat ada kendaraan yg mau keluar dari parkiran. Saya pun menginjak rem dan menyalakan lampu tanda kiri dgn maksud mau mengisi ruang parkir yg akan ditinggalkan kendaraan tsb. Juru parkir nampaknya sudah mengerti maksud saya. 

Dari spion tengah saya lihat polisi pengatur lalu lintas tsb memperhatikan dgn roman wajah yg kesal. Lalu polisi tersebut menghampiri dan berdiri di depan ruang parkir tersebut. Saya memberi isyarat kpd polisinya kalau saya hendak parkir di area yg dihalanginya tersebut. Juru parkir berkumis pun ikut menyampaikan maksud saya ke polisinya. Tapi polisinya memberi isyarat supaya saya terus jalan. Dgn kebingungan saya pun mematikan lampu tanda kiri dan menjalankan kembali mobil. Setelah berjalan berapa meter, saya memberi isyarat ke juru parkir di depan, lalu saya diarahkan ke area parkir yg kosong. 

Saya memikirkan kejadian tsb sepanjang jalan seusai dari toko elektronik, mencoba memahami letak masalahnya ada di mana. Kalau dianggap saya tdk boleh parkir di area sana, tapi di sana ada juru parkir dan banyak kendaraan yg terparkir. Padahal saya bisa masuk ke area parkir bersamaan dgn sampainya polisi tsb di depan kendaraan saya yg mau parkir. 

Setelah memutari bunderan Suci dan mengarah kembali ke jln Ahmad Yani, saya berpapasan dgn polisi tadi yg tengah dibonceng rekannya naik kendaraan roda dua. Nampak ia tengah berbincang dgn rekannya tsb. Saya pun tersenyum melihat wajahnya. Ah, mungkin saja suasana hatinya saat itu sedang tdk baik, dan hal tsb sangat manusiawi. Semoga suasana hati polisinya esok hari kembali berseri-seri 😊

Rabu, 18 Desember 2019

Kondisi yang Lebih Buruk dari Setan

Sumber gambar anonim dari media sosial

Beberapa waktu yang lalu, ada kejadian viral di media sosial yang membuat pandangan ini menjadi lebih terbuka lebar melihat keberadaan kelompok takfiri yang semangat berislamnya berlebih, namun defisit ilmu, suka mengkafirkan dan mencaci maki sesama muslim. Salah satu media masa merilis video di media sosial yang menanyangkan kronologis kejadiannya sebagai berikut:


  
Ada banyak komentar netizen di media sosial terkait kejadian tersebut. Ada yang mendukung orang yang mempersekusi, dan ada juga yang mendukung orang yang dipersekusi. Tulisan ini saya buat tidak dengan maksud membela siapapun, tetapi mencoba untuk memahami salah satu komentar netizen yang mengatakan orang yang dipersekusi tersebut adalah setan sebab dianggap takut mengucapkan takbir.

Dasar dari komentar netizen tersebut adalah hadits Nabi SAW berikut ini:

إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ

“Apabila panggilan shalat (adzan) dikumandangkan maka setan akan lari sambil kentut hingga dia tidak mendengarkan adzan lagi” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menurut Syaikh Majdi Abdul Wahab al-Ahmad dalam Syarah Hisnul Muslim, kondisi setan tersebut disebabkan karena ketakutan. Setan tidak bisa menguasai dirinya dalam ketakutan tersebut sehingga saluran seni dan kotorannya terbuka. Sangat sering kita mendapatkan orang yang sangat ketakutan tidak bisa menahan diri sehingga terkencing-kencing.

Berdasarkan hadits tersebut, indikator capaian batin yang harus dipenuhi untuk mengidentifikasi seseorang sebagai setan adalah ketakutan dan menjauh dari Allah. Indikator capaian lahirnya adalah berhadas kecil. Menyimak dari video tersebut, orang yang dipersekusi sama sekali tidak mencapai dua indikator tersebut. Ia sama sekali tidak menjauhi Allah, apalagi sampai berhadas kecil. Orang yang dipersekusi menolak mengucapkan takbir yang dimintakan oleh orang yang mempersekusinya untuk membuktikan keislamannya bukan karena tidak bisa ber-takbir atau takut, tetapi karena adanya ilmu yang mencegahnya. Dikatakan olehnya kepada orang yang mempersekusinya, bahwa keislaman itu ditunjukan bukan oleh takbir tetapi oleh syahadatain. Ia mengatakan penjelasan tersebut dengan tenang, tidak seemosi orang yang mempersekusinya. Dengan demikian gugurlah tuduhan netizen yang mengatakan orang yang dipersekusi itu adalah setan, sebab tidak ada satupun indikator capaiannya yang terpenuhi. 

Indikator takut, bukan hanya menjadi pengenal setan, tetapi juga orang beriman. Hanya saja bedanya, setan dalam takutnya menjauhi Allah, sementara orang beriman dalam takutnya mendekati Allah. Indikator takutnya orang beriman adalah bergetar hati. Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanan mereka. Dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” (QS. al-Anfal: 2)

Imam Ibnu Katsir r.m. menjelaskan maksud dari ungkapan ‘bergetarlah hati mereka’ demikian: “Yaitu mereka merasa takut kepada-Nya sehingga mereka pun melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya.” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim 4/11)

Berbeda dengan setan yang ketakutannya sampai membuat dirinya tidak bisa menahan diri dan berhadas, orang beriman merasa tenang dalam ketakutannya karena mendekat kepada Allah.


الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ


"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. ar-Ra’du: 28).

Dari video tersebut kita menyaksikan bahwa di antara keduanya yang mengucapkan takbir hanyalah orang yang mempersekusi. Ucapan takbir adalah salah satu dari sekian banyak dzikrullah yang biasa diucapkan orang beriman.

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ. لاَ يَضُرُّكَ بَأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ.

Dari Samuroh bin Jundub, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ada empat ucapan yang paling disukai oleh Allah: (1) Subhanallah, (2) Alhamdulillah, (3) Laa ilaaha illallah, dan (4) Allahu Akbar. Tidak berdosa bagimu dengan mana saja kamu memulai” (HR. Muslim: 2137).

Tetapi indikator capaian orang beriman saat mengingat Allah adalah takut kepada Allah dan mendekat kepada Nya dengan memenuhi perintah Nya dan menjauhi larangan Nya dalam keadaan yang tenang. Kondiri orang yang mempersekusi sama sekali tidak demikian, ia mengucapkan takbir, tidak takut dengan takbir tersebut, namun menjauhi Allah. Penyebab ia menjauhi Allah adalah karena melanggar perintah dari Allah untuk menaati Rasul-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّـهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّـهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan kepada para pemimpin di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan RasulNya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisa: 59)

Perintah mana yang dilanggar orang yang mempersekusi tersebut? Dari video tersebut kita melihat beberapa pelanggaran, yakni tidak mau menyelesaikan perselisihan dengan mengembalikannya kepada Allah dan Rasul-Nya, malah mengkafirkan muslim, menyebut muslim dengan nama hewan. Padahal orang yang dipersekusi telah berusaha menghentikan perselisihan dengan menjelaskan syahadatain sebagai tanda keislaman sebagaimana yang disampaikan oleh baginda Nabi SAW,

الإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ ، وَتَحُجَّ البَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً .

“Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.” (penggalan HR. Muslim: 8)

Berikut ini dalil yang menjelaskan pelanggaran orang yang mempersekusi:

لاَ يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالفُسُوقِ، وَلاَ يَرْمِيهِ بِالكُفْرِ، إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ، إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ

“Janganlah seseorang menuduh orang lain dengan tuduhan fasik dan jangan pula menuduhnya dengan tuduhan kafir, karena tuduhan itu akan kembali kepada dirinya sendiri jika orang lain tersebut tidak sebagaimana yang dia tuduhkan.” (HR. Bukhari no. 6045)

سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

“Mencela seorang muslim adalah kefasikan (dosa besar), dan memerangi mereka adalah kekafiran.” (HR. Bukhari no. 48 dan Muslim no. 64)

Menurut imam an-Nawawi asy-Syafi’i r.m.,

ومن الألفاظ المذمومة المستعملة في العادة قوله لمن يخاصمه، يا حمار ! يا تيس ! يا كلب ! ونحو ذلك؛ فهذا قبيح لوجهين : أحدهما أنه كذب، والآخر أنه إيذاء؛ وهذا بخلاف قوله : يا ظالم ! ونحوه، فإن ذلك يُسامح به لضرورة المخاصمة، مع أنه يصدق غالباً، فقلّ إنسانٌ إلا وهو ظالم

“Termasuk di antara kalimat yang tercela yang umum dipergunakan dalam perkataan seseorang kepada lawannya (adalah ucapan), 'Wahai keledai!', 'Wahai kambing hutan!', 'Hai anjing!', dan ucapan semacam itu. Ucapan semacam ini sangat jelek ditinjau dari dua sisi. Pertama, karena itu ucapan dusta. Ke dua, karena ucapan itu akan menyakiti saudaranya".

Sampai di sini kita mengidentifikasi tiga indikator capaian yang menggambarkan jati diri seseorang: 1) Takut dan menjauh dari Allah; 2) Takut dan mendekat kepada Allah; dan 3) Tidak takut dan menjauh dari Allah. Indikator capaian batin yang pertama menggambarkan jati diri setan; yang kedua menggambarkan jati diri orang beriman; dan yang ketiga menggambarkan jati diri yang lebih buruk dari setan. Seseorang yang mengucapkan takbir atau membawa bendera berlafadz syahadatain atau kondisi lainnya yang serupa, bila tidak membuatnya tercegah dari melanggar perintah Allah atau Rasul Nya, maka kondisinya lebih buruk dari setan; sebab dzikrullah tidak menyebabkannya dirinya menjadi takut dan mendekati Allah.

Semoga Allah menjauhkan kita semua dari kondisi buruk, mengangkat kita dari kondisi buruk ke kondisi baik, menjadikan segala kejadian sebagai pelajaran yang bermanfaat, membantu kita untuk memperbaiki akhlak agar menjadi lebih saleh lagi. Amin. Nabi SAW bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).




Senin, 02 Desember 2019

Jalan Beramal Relawan Teknologi Informasi


Memutuskan utk menjadi relawan teknologi informasi bagi kampus pada awalnya didorong oleh niat utk membersihkan diri dengan amal kebaikan membantu sesama melalui pelayanan relawan secara berjenjang, mulai dari: 1) belajar ilmu pelayanan relawan, 2) mengajarkan kembali apa yg dipelajari sambil ikut membantu pelayanan relawan, 3) mengelola pelayanan relawan (informasi, pengguna, dan teknologi), dan 4) merintis basis relawan baru di luar kampus seraya mengelola kegiatan usaha yg bisa menghidupi pelayanan relawan. Bila dikaitkan dengan piramida pelayanan yang diformulasikan pada tahun 2009, tahapan 1 dan 2 berada pada lapisan Education; tahapan 3 berada pada lapisan Dedication; dan tahapan 4 berada pada lapisan Donation

Jenjang tsb sama sekali bukan jalan pensucian yg biasa ditapaki oleh kalangan ahli pensucian diri. Menurut Haromain, jalan pensucian kaum sufi di antaranya: 1) mengajarkan ilmu kepada manusia; 2) memperbanyak wirid; 3) melayani ulama fikih dan kaum sufi; 4) berusaha di mana hasilnya kemudian dsedekahkan. Walau demikian, sezarah kebaikan itu bisa membersihkan diri bila dilakukan dengan niat dan cara yang baik dan benar. Relawan teknologi informasi yang ingin mensucikan diri selalu menjaga niat dan cara pelayanannya, seraya tetap berusaha menautkan hatinya kepada Tuhan yang diharapkan ridha Nya.