Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Senin, 29 Mei 2017

Menjadi Dosen adalah Takdir yang Tidak Diusahakan


Entah apa yang menjadi pertimbangan kakak tingkat sehingga saya direkomendasikan untuk menggantikan posisinya sebagai relawan yang membantu kepala Laboratorium Komputer di kampus. Saya lebih senang menyebutnya sebagai relawan dari pada asisten kepala karena pada dasarnya semua yang dilakukan adalah demi pengetahuan, dan demi amal atau pengabdian kepada kampus. Dari awal saya menduga kegiatan relawan ini akan menyita waktu dzikir harian, tetapi hati ini diteguhkan dengan keyakinan bahwa amaliah relawan itu dapat membantu membersihkan jiwa. Dan ternyata bukan hanya dzikir harian yang tersita waktunya, tetapi juga kegiatan jurnalistik. Buletin Persepsi yang berisi masukan kepada kampus hampir tidak lagi bisa saya kerjakan, bukan karena saya sudah menjadi bagian dari kampus. 

Kesempatan sebagai relawan itu membukakan pintu pengetahuan teknis terkait teknologi informasi yang diperoleh secara otodidak dan tidak diperoleh dari perkuliahan di kelas. Kesempatan itulah yang membuat saya dapat menjawab pertanyaan teknis dan mempraktekannya saat sesi wawancara kerja di PT Pratita Prama Nugraha Jakarta. Alasan manfaat itulah yang mendorong saya untuk mempertahankan keberadaan relawan di kampus. Dan usaha tersebut berhasil, sehingga sepuluh generasi relawan yang beramal di kampus berhasil dibentuk hingga terakhir saya menjabat sebagai kepala UPT Sistem Informasi. Di penghujung generasinya berhasil dibentuk Kelompok Pecinta TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dengan forum berbagi pengetahuan dan keterampilan TIK nya, yang kemudian saya leburkan dalam Komunitas TIK Garut dan diapresiasi oleh Gubernur sebagai Komunitas TIK terbaik se Jawa Barat. 

Walau tugasnya hanya melayani persoalan teknis di Laboratorium Komputer, tetapi  saya tidak berpangku tangan saat ada persoalan teknis di kantor. Mungkin karena niat awalnya memang untuk mengabdi kepada kampus dan bukan kepada kepala Laboratorium Komputer saja. Syukurlah KH Ir. Abdullah Marghani Musaddad sebagai ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut senantiasa memudahkan kegiatan relawan, seperti membelikan semua kebutuhan pengembangan infrastruktur TIK mulai dari penyediaan kabel jaringan, buku bacaan dan majalah, akses ruangan selama 24 jam, dan kegiatan seminar dan pelatihan untuk mahasiswa dan umum. Pernah saya sendirian memelihara komputer dua malam tanpa tidur, dan sempat dimarahi dosen karena data praktikumnya saya pindahkan ke server untuk sementara tanpa izin beliau. 

Pagi itu beberapa minggu selepas lulus kuliah pada tahun 2003, dalam perjalanan menuju keluar kompleks saya dipanggil oleh KH Ir. Abdullah Marghani Musaddad. Beliau menanyakan rencana saya selanjutnya setelah lulus kuliah. Saya jawab belum ada rencana kerja di manapun. Kemudian beliau meminta saya untuk dapat mengajar di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Tetapi tidak adajawaban pasti yang saya sampaikan kepada beliau saat itu.

Siang harinya, ibu Dini Destiani (ketua jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut) datang ke salah satu Laboratorium Komputer di mana saya sedang melakukan pemeliharaan perangkat. Beliau meminta saya untuk bersedia mengampu salah satu matakuliah terkait perangkat komputer. Sama seperti jawaban kepada ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut, saya tidak memberikan kepastian. Namun karena beliau menyatakan harus segera menetapkan pengajar untuk semester yang akan berjalan, pada akhirnya kepada beliau saya meminta agar berkenan memaklumi sekiranya di tengah perjalanan pada akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Subang. 

Tidak ada yang menjelaskan apa itu dosen dan bagaimana seharusnya tampil?. Saya hanya berusaha mengajar berdasarkan pengalaman dan menyampaikan pengalaman lapangan dalam perkuliahan. Saya masih tampil dengan rambut gondrong, baju kaos dan celana lapangan. Saya masih menjadi relawan di kampus sehingga tidak sungkan untuk naik tangga yang dibawa sendiri untuk memperbaiki kabel jaringan di saat mahasiswa berlalu lalang di kampus. Penampilan saya berubah setelah Dr Muhammad Ali Ramdhani memberi tahu sebaiknya saya mengenakan kaos berkerah sekiranya senang mengenakan kaos. 


Di kelas saya mengajari adik tingkat semua keterampilan yang diperoleh dari pengalaman menjadi relawan. Selalu saya ingatkan pentingnya usaha mencari pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman nyata di luar kelas. Dan syukurlah mahasiswa yang menjadi asisten saya di Laboratorium Komputer kini ikut menyiarkannya kepada teman-temannya setelah mereka melihat sendiri bukti dari apa yang saya sampaikan dalam kegiatan relawan yang diikutinya. Saya melihat mahasiswa di kelas lebih tertarik mendengarkan sesuatu yang berasal dari dunia nyata dari pada sekedar beberapa teori yang sudah dibayangkan wujudnya seperti apa. Teringat dulu saya pernah menanyakan kepada guru tentang seperti apa wujud memori yang sedang beliau bahas. Ternyata jawaban jelas dari pertanyaan tersebut saya temukan dalam kegiatan relawan di Laboratorium Komputer. 

Buku-buku bidang informatika mulai banyak saya baca untuk keperluan mengajar tersebut. Seperempat bagian dari rak buku saya sekarang sudah berisi buku tersebut. Pada awalnya buku-buku itu saya simpan di lemari perpustakaan Pondok Pesantren. Saya memang tidur di perpustakaan itu sejak kamar tidur saya berikan kepada teman yang ingin tidur di Pondok Pesantren. Sejak perpustakaan itu dibongkar, buku-buku itu saya simpan di lemari bekas kantor Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan yang saya rekondisi sendiri dan diletakan di salah satu tempat tidur yang disediakan oleh kampus. Saat buku itu dibawa ke rumah mertua dalam dus besar, mertua menyangka saya jualan buku. Buku itu masih ada sampai sekarang walau sebagian diantaranya belum tuntas saya baca. 


Siang itu di depan masjid kompleks, guru SMA Ciledug al-Musaddadiyah memberi informasi lowongan kerja sebagai Dosen di Kopertis IV. Saya pun segera berajak ke kampus untuk memberi tahu guru-guru. Syukurlah beliau semua tennyata sudah tahu dan mengurusnya. Sayapun pada akhirnya ikut menyiapkan lamarannya. Dr Muhammad Ali Ramdhani yang saat itu selaku wakil ketua bidang Akademik sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan dokumen yang diperlukan. 

Di tempat kost kakak, niat untuk tidak melanjutkan prosesnya sempat terucapkan kepada pak Eri Satria, salah satu Dosen saya yang juga ikut seleksi. Namun beliau menyemangati agar saya tidak berhenti di tengah jalan. Hingga pada akhirnya tahun 2015 saya dan beliau ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Hingga kini saya adalah Rinda Cahyana, Aparatur Sipil Negara Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang diperbantukan sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Teknologi Garut.  Saya hanyalah manusia biasa saja, yang menapaki karir sebagai Dosen karena kehendak Allah. Semoga Allah menjadikan karir ini barokah di dunia dan di akhirat, menjadi jalan penghapus dosa dan sedekah yang tidak terputus. 


Pada Akhirnya Kenikmatan Informatika Terasa


Informatika, bidang ini dipilihkan oleh Bapak untuk saya dengan pertimbangan pengumuman lowongan kerjanya senantiasa ada di surat kabar. Pagi itu saya dibawa Bapak berangkat ke Garut, setelah beberapa minggu sebelumnya proses seleksi Sekolah Tinggi Pendidikan Dalam Negeri tidak saya tuntaskan karena marah setelah ditelanjangi masal untuk pemeriksaan kesehatan. Ibu dan bapak memutuskan saya kuliah di jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut agar dapat sekalian menimba ilmu agama di al-Musadddiyah, padahal saat itu saya sudah terdaftar sebagai mahasiswa jurusan teknik mesin Sekolah Tinggi Teknologi Kutawaringin Subang. Saya tidak menolak dimasukan ke sana dan harus mukim jauh dari orang tua, sekalipun pada tahun-tahun awal kuliah saya sering sekali mudik. Saya menyengajakan diri memanfaatkan batas minimum presensi di setiap matakuliah agar dapat mudik. Saat itu rasa kangen dengan keluarga dan teman-teman Generasi Muslim al-Muhajirin senantiasa melingkupi hati, hingga saya bermimpi perjalanan saya selama satu tahun di Garut. 

Pada awal tahun kuliah di Garut itu saya belum menikmati cita rasa materi informatika yang diperoleh di kelas. Saya malah lebih asik mendengarkan dan menulis bisikan hati yang terbesit di sela-sela ceramah dosen. Saya tidak melakukan usaha yang luar biasa untuk menguasai bidang informatika. Kesanggupan untuk menyerap materi algoritma dan pemrograman lebih karena pengalaman sebelum kuliah dengan kalkulator warisan kakak yang dapat diprogram. Buku terkait informatika bekas studi kakak di matematika komputasi IPB tidak pernah saya baca. Bahkan beasiswa peningkatan prestasi akademik yang diberikan oleh KH Dr Maman Abdurrahman Musaddad (ketua Pondok Pesantren Mahasiswa) malah saya belikan satu set buku Fiqh Sunnah yang sering disebut oleh ustadz fiqh di Pondok Pesantren. Bolehlah saya sebut diri ini saat itu sebagai jiwa yang terkurung di dalam tubuh informatika. 

Tetapi perubahan terjadi setelah siang itu dibawa masuk oleh orang tua ke dalam kamar di Subang. Saya tidak menyebutnya sebagai kamar saya karena sepanjang hidup tidak pernah menetapkan satu kamarpun di rumah sebagai kamar sendiri. Di sana ternyata sudah ada Personal Computer yang dibelikan khusus untuk saya. Setelah itu saya mulai banyak menuliskan kode program Pascal dan buletin kampus. Buku pemrograman mulai mengisi rak buku di kamar. Mesin tersebut menyebabkan saya bertemu dengan teman di bengkel komputer yang mengajarkan cara otodidak memasang perangkat lunak dan meningkatkan kapasitas perangkat kerasnya. Mesin itu menghantarkan saya kepada pengalaman menjadi relawan teknologi informasi dan jurnalistik di kampus. Kegiatan relawan teknologi informasi di kampus saya sebut sebagai usaha penghapusan dosa, sementara kegiatan relawan jurnalistik disebut sebagai sedekah pengetahuan.

Perkenalan Pertama Mengajar


Pada waktu itu saya berdiri di hadapan adik kelas di SMP Negeri 2 Subang, dan semuanya mengenakan seragam Pramuka Penggalang. Dengan mengandalkan buku agenda milik kakak yang berisikan catatan materi kepramukaan, saya mengajarkannya hingga akhir studi di sekolah itu. Adakalanya sebelum mengajarkan lagu Pramuka di sekolah, lagu itu dinyanyikan bersama-sama dengan kakak dan ibu di rumah.  

Saya mengajarkan materi yang baru diketahui dari buku tersebut. Beberapa kode sandi baru yang dibuat setelah polanya ditemukan pun diajarkan. Kegiatan menyampaikan pengetahuan kepramukaan di sekolah itu berakhir pada tahun 1994 dengan pemasangan majalah dinding Pramuka dalam kertas A3 yang ditulis tangan.

Mungkin itulah pertama kalinya di dalam hidup ini saya merasakan bagaimana mengajar, mengembangkan bahan ajarnya, dan mengenal majalah dinding sebagai sarana pengajaran tidak langsung. Pengalaman itu membantu saya untuk dapat berdiri menyampaikan materi kepalangmerahan kepada anggota Palang Merah Remaja Wira Patut di SMA Negeri 1 Subang, pengetahuan keagamaan kepada teman-teman Generasi Muslim al-Muhajirin, dan pengetahuan informatika kepada teman-teman kuliah di kamar Pondok Pesantren Mahasiswa al-Musaddadiyah.


Saya mengenal sumber ilmu yang lain selain buku dan orang semasa kegiatan saya di Generasi Muslim al-Muhajirin dan Pondok Pesantren al-Musaddadiyah. Saat itu dalam kegiatan jelajah alam saya menyampaikan pendapat keilmuan kepada Mariam. Saya mengikuti alur fikir yang berjalan di dalam benak untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan. Entah kenapa alur itu terlihat selalu memiliki cabang. Setiap kali cabang itu dipilih, muncul cabang baru lagi. Sejak saat itu saya memahami bahwa menjawab pertanyaan atau mengajarkan pengetahuan itu dapat membukakan kesempatan untuk  mendapatkan pengetahuan baru.  


Selama kuliah dan mukim di Pondok Pesatren al-Musaddadiyah saya mengetahui adanya sumber pengetahuan lainnya yang tidak perlu mengikuti alur fikir. Beberapa tahun itu saya senantiasa untuk tetap bersuci dan dzikr. Suatu ketika dalam kegiatan dzikr rutin setiap Magrib yang dipimpin oleh KH Ir. Abdullah Margani Musaddad, saya mendengar suara di luar lantunan dzikir yang berisi pengetahuan seputar akidah Islam. Kemudian saya beranjak dari masjid menuju kamar untuk menuliskan apa yang saya dengar di buku tulis. Ada kalanya pengetahuan itu datang diawali dengan berubahnya bentuk dalam benak menjadi rangkaian kalimat. Adakalanya kalimat itu melesat dalam wujud cahaya yang harus saya ikuti terus agar kalimatnya tidak putus. Kondisinya seperti mimpi dalam keadaan sadar.

Satu buku catatan saya konsultasikan kepada ustadz Tauhid di Pondok Pesantren. Satu buku catatan lainnya saya bakar di Subang karena khawatir isinya menimbulkan fitnah. Pengetahuan akidah Islam yang saya peroleh di Pondok Pesantren seringkali digunakan untuk mengimbangi kalimat-kalimat yang saya tangkap. Saya tidak berusaha meyakinkan diri dari mana datangnya itu semua, sekalipun saya sudah mempelajari soal bisikan hati dari kitab Minhajul Abidiennya Imam al-Ghazali. Kepentingan saya hanyalah kepada kalimat-kalimatnya dan kesesuaiannya dengan pengetahuan yang saya terima dari ustadz saya.


Rabu, 24 Mei 2017

Menyampaikan Gagasan Karakter Digital Nusantara


Pada tanggal 24 Mei 2017, bertempat di Pendopo Garut, saya menyampaikan materi Karakter Digital Nusantara dalam kegiatan Seminar Pendidikan berbasis Karakter yang dilaksanakan oleh Yayasan Intan Pembangun Karakter. Acara tersebut dihadiri umumnya oleh guru, dosen, dan mahasiswa. Tadinya saya akan memberikan gambaran tentang kelas digital, hanya saja mengenalkan teknologinya dalam seminar tidak lebih penting dibandingkan pemahaman karakter digital nusantara yang diperlukan oleh pendidik saat berinteraksi di ruang digital dengan peserta didiknya. Ketua pelaksananya adalah bapak Dikdik Hendrajaya, yang selalu menemani kegiatan pemberdayaan informatika di Garut semasa beliau menjabat selaku kepala Diskominfo Garut.


Dalam kesempatan waktu yang terbatas tersebut saya mengenalkan beberapa istilah kepada audien. Dimulai dari dunia berbasis sinyal data / digital dan interaksi antar node (manusia dan / atau mesin) di dalamnya yang dipengaruhi oleh perilaku digital. Di dunia digital, eksistensi manusia sama dengan mesin sehingga tidak lagi dikenal sebagai someone tetapi somethink. Wlaau demikian karakter node sangat mempengaruhi interaksi dan komunikasi yang terbangun satu sama lainnya. Noise psikologi yang berkaitan dengan karakter, mengganggu komunikasi di antara node (pengirim dan penerima sinyal) di ruang antara  / media. 

Persoalan psikologi itu saya ungkapkan dalam hubungan digital native yang hampir seluruh waktunya dihabiskan bersama perangkat digital, dengan digital immigrant yang kondisinya berkebalikan. Saya sampaikan bahwa digital immigrant tidak dapat mencegah digital native memperoleh keuntungan lebih dengan perangkat digital. Hijrah digital merupakan solusi agar digital immigrant memperoleh kesempatan yang sama, di mana digital native bertindak sebagai penolong / anshar bagi para immigrant / muhajirin tersebut. Digital anshar membantunya dengan memudahkan akses menuju perangkat digital yang digunakannya. 

Saya menjelaskan bahwa etika nusantara perlu diterapkan di dunia digital dalam wujud network etiquete (yang saya istilahkan etika digital). Setiap orang Indonesia harus tetap berkepribadian nusantara saat berinteraksi di dunia digital. Para pendidik memiliki tanggung jawab membangun karakter nusantara anak didiknya bukan hanya untuk digunakan di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Karakter nusantara yang digunakan di dunia digital itu saya istilahkan Karakter Digital Nusantara. Setiap orang Indonesia harus memegang teguh Pancasila dan menerapkannya dalam kehidupan digital sehari-hari. 




Selasa, 16 Mei 2017

Diskusi Kolaborasi Pengelolaan Informasi Publik di Diskominfo Garut


16 Mei 2017 saya menghadiri kegiatan Focus Group Discussion di Diskominfo (Dinas Komunikasi dan Informasi) kabupaten Garut. Diskusi tersebut mengundang perwakilan akademisi dan wakil pegiat informasi di kabupaten Garut. Kepala Diskominfo Garut mengarahkan perhatian kami semua kepada pentingnya penyediaan saluran informasi dan komunikasi yang menjembatani pemerintah dengan masyarakat. Ketersediaannya menjamin aspirasi dan masukan dari masyarakat dapat ditangkap oleh pemerintah.

Dalam kesempatan tersebut saya menyampaikan beberapa point masukan sebagai berikut :
  • Agar pemerintah melaksanakan UU Keterbukaan Informasi Publik secara penuh dari tingkat desa / kelurahan hingga kabupaten. Dalam kesempatan kerja praktek 2017, mahasiswa informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut telah membuatkan aplikasi Lapor dan CMS badan publik yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan UU tersebut. 
  • Agar pemerintah mengoptimalkan saluran informasi dan komunikasi yg ada, seperti radio, TV, vidconf, dan kelompok informasi masyarakat di Garut, dan membuatkan portal di internet atau di aplikasi smartphone yang menjadi jalan masuk ke MEDIKOM (media informasi dan komunikasi). Di antara penelitian informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut tahun 2017 adalah Portal Web Kelompok Informasi Masyarakat.
  • Agar Diskominfo Garut mengoptimalkan kapasitas pentahelix (pemerintah, perguruan tinggi, perusahaan, komunitas, dan media) melalui forum yg dikelola dan dipelihara, dengan kegiatan yang tidak sekedar diskusi, tetapi juga merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengelolaan informasi publik di Garut. Sejak tahun 2014 Sekolah Tinggi Teknologi Garut bersama Diskominfo Garut telah merintis Konferensi komunitas TIK Garut dan FORMIGA (Forum Masyarakat Informasi Garut) untuk menjalin kerjasama program di antara helix. 
  • Agar masyarakat diberi kemudahan akses menuju saluran informasi dan komunikasi melalui beragam platform teknologi informasi dan komunikasi, seperti aplikasi smartphone, situs web, atau anjungan informasi dan komunikasi yang tersedia di ruang publik. Pengembangan teknologi tersebut dapat melalui kegiatan lomba yang diselenggarakan bersama Komunitas TIK Garut, atau praktek kerja nyata dan / atau penelitian yang diselenggarakan setiap tahunnya pada jurusan informatika, komunikasi, dan telekomunikasi seluruh lembaga pendidikan di Garut. 
  • Agar dilakukan pendampingan masyarakat dalam kaitannya dengan pemanfaatan informasi dan TIK yang dilakukan bersama elemen masyarakat seperti pegiatan atau relawan TIK baik di dalam kegiatan ekstrakurikuler di lembaga pendidikan (seperti satuan karya pramuka informatika) atau kegiatan tahunan bersama. 

Tidak lupa disampaikan di dalam forum bahwa ketua Relawan TIK Indonesia di Garut sudah tidak lagi dijabat oleh saya tetapi sudah diserahkan kepada Muhammad Rikza Nasrulloh. Kepada Sekretaris Diskominfo saya berjanji akan membuat skema atau model usulan saya tersebut. Malam harinya saya buat skema dengan nama Integrasi MEDIKOM, dan dibagikan di media sosial. 




Senin, 15 Mei 2017

Pelatihan Ecommerce untuk UKM di Garut Bersama Nawala


12 Mei 2017 merupakan hari pertama pelatihan ecommerce untuk UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di Garut yang diselenggarakan oleh Prodi (Program Studi) Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut dengan Nawala. Pelatihan diselenggarakan selama dua hari, di mana setiap harinya diikuti oleh kelompok peserta yang berbeda. Kegiatan ini diselenggarakan sekalian mengenalkan keberadaan Area 306 di Garut yang fokus pada ekonomi digital di Garut. 

Kegiatan ini tidak lepas dari interaksi saya dengan Nawala sejak tahun 2012. Saat itu diselenggarakan kegiatan pengukuhan Relawan TIK Garut di mana Nawala saya hadirkan sebagai salah satu pembicaranya. Saat itu yang mewakili Nawala adalah kang Irwin Day dan kang Aditrantra. Sengaja saya hadirkan untuk memperkaya pengetahuan masyarakat bahwa penapisan konten tidak hanya dengan pendekatan pengetahuan seperti yang dilakukan oleh ICTWatch (yang juga saya hadirkan saat itu, dan diwakili oleh kang Donny B.U.), tetapi juga dengan pendekatan teknologi.  

Kegiatan ini didorong pelaksanaannya oleh kang Yamin dari Nawala. 3 April 2017 kang Yamin menginformasikan melalui aplikasi Telegram bahwa Nawala akan berada di Majalengka pada tanggal 4 - 6 Mei 2017. Saya diminta beliau untuk hadir tanggal 5 April 2017. Beliau bahkan menyediakan hotel untuk menginap pada tanggal 5 dan menyediakan ongkos transfortasi. Beliau ingin mengadaptasikan hasil di Majalengka ke Garut. 

Namun pada tanggal 5 April itu saya memberi kabar tidak bisa hadir karena sibuk menyiapkan tim teknis VMeet untuk Musrenbang Online Jawa Barat, bertemu dengan Diskominfo Garut terkait integrasi sistem, dan penyiapan studi lanjut. Kang Yamin kemudian mengatakan Nawala akan langsung masuk Garut, Saya diminta untuk menghubungi kang Irwin untuk kegiatan pelatihan bagi UKM di Garut.

Sebelumnya kang Yamin sebenarnya telah menyatakan bahwa konsumsi merupakan urusan kami. Namun saya tidak punya banyak waktu untuk mendapatkan sponsor. Di lain sisi saya ingin kegiatan ini terlaksana mengingat manfaatnya bagi UKM di Garut. Dalam pembicaraan selanjutnya saya mengajukan pertanyaan apakah panitia boleh menerapkan uang pendaftaran untuk keperluan konsumsi bagi peserta? Alhamdulillah akhirnya Nawala setuju biaya konsumsi peserta juga akan ditanggung. Dengan demikian saya hanya perlu menyiapkan Area 306 sebagai tempat kegiatannya dan peserta dari UKM di Garut. Peserta dapat mengikuti kegiatannya dgn bebas biaya.

Tidak susah mengumpulkan peserta kegiatan dari kalangan UKM, karena saya diberi kesempatan oleh Allah sehingga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Garut menunjuk saya sebagai pemateri dalam kegiatan seminar yang dihadiri oleh UKM kluster handycraft dan Dr Dudi Sudrajat - kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Barat mendorong ketua GUMKEMINDO (Gabungan UKM Indonesia) cabang Garut untuk menemui saya. Dalam kegiatan seminar itu saya menyampaikan rencana untuk mengundang peserta untuk dapat ikut dalam pelatihan ecommerce. Dan dalam kesempatan berbincang di kantor Prodi Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut saya menyampaikan rencana kerjasama kegiatan di Area 306 dengan ketua GUMKEMINDO, yang diawali dengan kegiatan pelatihan ecommerce. Ketua GUMKEMINDO ini ternyata juga pengurus HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Garut satu angkatan dengan saya.

Setelah saya mengirimkan poster kegiatan di grup Forum Masyarakat Informasi Garut, rupanya kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Barat menghubungi ibu Kiki dari Nurbaya dan memintanya untuk menemui saya. Hal tersebut saya ketahui berdasarkan penjelasan ibu Kiki. Pak Dudi Sudrajat memang bukan sejak menjabat kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Barat saja menunjukan sikap perduli kepada apa yang saya usahakan di Garut, tetapi sejak beliau menjabat sebagai kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat. Beliau banyak memberikan kesempatan kepada saya untuk membagikan gagasan kepada Dinas Komunikasi dan Informatika di lingkungan Jawa Barat dan juga Bappeda Jawa Barat. Semoga Allah memberikan pahala yang sama saya dapatkan saat membagikan gagasan tersebut. Amien.


Dalam kesempatan komunikasi melalui Whatsapp, ibu Kiki menawarkan diri kepada saya untuk melengkapi kegiatan pelatihan dengan Seminar. Namun saya sampaikan kepada beliau bahwa acaranya telah fix dan saya menjanjikan akan membuat kegiatan khusus dengan beliau pada kesempatan yang lain. Karena ibu Kiki ingin bertemu dengan saya, namun kesempatan beliau hanya pada tanggal yang sama dengan dua kegiatan tersebut, maka saya menjanjikan akan mengutus Rikza - koordinator bidang Inkubasi Bisnis Area 306 untuk bertemu dengan beliau. 

Pada tanggal 3 Mei 2017 saya kirimkan surat permohonan penyelenggaraan kegiatan atas nama Area 306 Sekolah Tinggi Teknologi Garut kepada Nawala. Di dalam surat tersebut terlampir estimasi waktu dan biaya yang diajukan kepada pihak Nawala. Estimasi tersebut saya susun untuk kebutuhan konsumsi peserta dan panitia gabungan (Area 306 dan Nawala). Walau biayanya disetujui oleh Nawala untuk diganti, namun saya harus mencari dananya dulu. Syukurlah Ridwan Setiawan, sekretaris saya di Prodi mengambil inisiatif menggunakan dana kegiatan lain yang ada di Prodi, sehingga pengadaan konsumsi dapat diatasi. Namun setelah diskusi dengan Risa Kristalia yang menyediakan konsumsinya, ternyata jumlah kebutuhannya melampaui estimasi yang saya buat. Saya memilih untuk tawakal saja karena yakin Allah membukakan jalan bagi setiap hamba-Nya yang hendak berbuat baik. 

Dalam kondisi kelelahan paska kegiatan satu hari sebelumnya menyiapkan Area 306 bersama Rikza dan melaksanakan pelatihan TIK Kementrian Agama Pusat di kampus, saya pun menghadapi saat pertama kegiatan pelatihan ecommerce. Karena ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut berhalangan hadir, maka saya serahkan pelaksanaan kegiatannya langsung kepada kang Irwin Day dari Nawala. Hari itu saya harus merasa cukup meluncurkan Area 306 dengan dimulainya pelatihan ecommerce pada tanggal 12 Mei 2017 tersebut.  

Sementara itu dalam waktu yang sama saya juga mengawasi pelaksanaan kegiatan pelatihan TIK Kementrian Agama Pusat di tempat lain. Syukurlah ada panitia dari Kementrian Agama Pusat yang mengkondisikan kegiatan di lokasi, sehingga saya dapat fokus hanya pada pemenuhan jadwal oleh instruktur saja. Beberapa dosen yang menjadi instruktur dan juga panitia pelatihan ecommerce juga ikut membantu. Sekretaris dan staf saya di Prodi tidak bisa maksimum membantu sehubungan dalam waktu yang bersamaan Prodi tengah menghadapi agenda seminar proposal penelitian. 



Kebetulan di laboratorium Data ada kegiatan pelatihan TIK untuk Pondok Pesantren yang diselenggarakan oleh Kementrian Agama Pusat. Saya ajak sekalian kang Yamin dan kang Irwin untuk mengenalkan Nawala, khususnya content filtering nya. Kebetulan kang Indriyatno pernah menyampaikan kepada peserta tentang content filtering tersebut. 


Lepas kegiatan hari itu, pak Yamin meminta saya bersiap pukul 7 untuk menjadi pemandu ke rumah makan sate Maranggi yang lezat di Garut sekaligus pergi melihat Garut dari ketinggian Puncak Darajat. Rupanya kang Irwin Day ini penikmat sate dan soto, sehingga ini adalah hari kedua baginya menikmati sate. Setelah itu kami menuju Puncak Darajat untuk menikmati panorama Garut, terutama gunung Cikuray malam hari, hingga pukul 11 malam. 


Begitu sampai di gerbang rumah, istri saya menyambut keluar dan mengabarkan kalau orang tua dan kakak saya sudah sampai di rumah dan sedang beristirahat. Istri mengajak saya untuk belanja ke Alfa untuk keperluan di rumah. Tengah malam itu pun saya mencoba memperbaiki pelampung toilet duduk yang bermasalah, yang ternyata tidak bisa diperbaiki walau waktu telah menunjukan pukul setengah satu. Saya lihat istri telah tertidur pulas di kasur bersama keponakan, lalu kemudian saya pun tertidur. 

Esok harinya karena lelah saya pun tertidur sehingga tidak dapat hadir pada waktu kegiatan pelatihan TIK ponpes dimulai. Syukurlah instruktur yang bertugas hari itu telah siap di kampus sehingga saya tidak perlu datang untuk memastikan kegiatan tanggal 13 Mei 2017 ini berjalan. Saya berangkat ke Area 306 setengah jam sebelum pelatihan ecommerce dimulai. 

Dalam rentang waktu hingga menjelang Dzuhur, saya selesaikan slide presentasi untuk materi pelatihan TIK yang harus saya laksanakan pukul 13.00. Dalam rentang waktu tersebut pula saya baru sempat melaporkan secara langsung dua kegiatan tersebut kepada ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Sebelumnya saya melaporkan rencana dan pelaksanaan kegiatan melalui Whatsapp dengan mengirimkan data kegiatan berupa gambar terkait kegiatan. Beliau mengapresiasi kegiatan tersebut dan berharap Prodi Informatika dapat bersinergi dengan Prodi Teknis Industri yang juga memiliki perhatian terhadap UKM di Garut. Saya sampaikan kepada beliau bahwa sebelumnya saya tidak memahami apa yang bisa dilakukan oleh Prodi Teknis Industri dan Prodi Informatika dalam usaha pendampingan UKM di Garut. Namun setelah melihat kegiatan yang dilakukan oleh kedua Prodi ini, saya memiliki masukan kegiatan ke depan yang dapat dilaksanakan oleh kedua Prodi, dan mungkin juga melibatkan Prodi Teknik Sipil di Area 306.  

Siang hari itu saya mengucapkan terima kasih kepada kang Yamin dan kang Irwin melalui SMS dan Whatsapp atas kesediaan Nawala menyelenggarakan kegiatan pelatihan ecommerce di Garut. Saya melakukannya karena khawatir tidak dapat menemui tim Nawala di akhir kegiatan sehubungan dalam waktu yang sama saya menjadi instruktur pada kegiatan pelatihan TIK ponpes. 

Akhirnya dua kegiatan pengabdian kepada masyarakat itu berakhir, dan saya bisa melepas kesibukannya pada pukul 18 lebih. Siang itu saya melewatkan acara wisata keluarga ke Cangkuang. Saat tengah siang itu saya ke rumah semuanya berfikir saya akan ikut. Tetapi saya menjelaskan kalau acara tersebut harus dilewatkan karena ada kewajiban menjadi instruktur yang harus ditunaikan. Namun syukurlah hari itu saya bisa pulang lepas Magrib untuk memenuhi janji kepada istri untuk ikut mengantar ponakan makan Ramen dan membeli oleh-oleh khas Garut. 


Sedikit waktu interaksi saya dengan orang tua, kakak, dan keponakan dalam dua hari itu karena subuh hari Minggu semuanya kembali pulang ke Subang. Teringat beberapa minggu sebelumnya saya menyampaikan rencana kepada istri untuk mengunjungi keluarga menjelang Ramadhan. Alhamdulillah Allah memudahkan pertemuan itu, dan memudahkan semua kegiatan yang dikaruniakannya kepada saya dan Sekolah Tinggi Teknologi Garut. 

Selanjutnya saya akan melihat bagaimana Allah membantu saya untuk menangani kekurangan biaya yang tidak masuk bantuan Nawala. Setidaknya dengan bantuan pak Nahdi Hadiyanto dan juga pak Yamin, saya telah berhasil menyediakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat bagi Dosen di lingkungan Prodi Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk semester ini. Tawasul saya dgn amal baik untuk menyelesaikan masalah.

Minggu, 14 Mei 2017

Apabila Pasal Penistaan Agama Dihapuskan


Apabila pasal penistaan agama dihapus, maka pemeluk agama akan bebas menistakan agama lainnya. Kebebasan tsb memicu munculnya konflik agama yang tidak berkesudahan baik di dunia maya ataupun nyata, yang tidak dapat diselesaikan atau dicegah oleh hukum atau negara, hingga pada akhirnya pengebirian Pancasila dianggap sebagai solusinya setelah agama sukses dianggap sebagai racun mematikan.

Pengebirian tersebut terjadi karena agama dibatasi ruang pengamalannya, tidak diamalkan dalam seluruh sila Pancasila. Inilah tujuan akhir yang diharapkan oleh sekelompok yang memaksakan ismenya dan menganggap NKRI hanya miliknya sendiri. Kondisi akhir tsb tidak membangun persatuan, keluar dari semangat pendiri bangsa, dan menempatkan NKRI pada posisi yang rawan.

Kerawanan inilah yang disenangi oleh pengamal penjajahan gaya baru, sehingga Indonesia walau nampak maju berkembang tetapi "kunci hartanya" dipegang oleh sekelompok orang saja baik dari kalangan pribumi ataupun penjajah, jika itu semua terjadi. Karenanya tidaklah mengherankan apabila negara yang berkepentingan terhadap sumber daya Indonesia atau sekelompok pribumi yang menjadi satelit, atau mitranya, atau zombinya, menjadi sangat vokal terhadap usaha penghapusan pasal tersebut.

Kamis, 11 Mei 2017

Pelatihan TIK Nasional Ponpes bersama Kemenag RI


Kamis 11 Mei 2017 adalah hari pertama kegiatan Diklat Teknis Substantif Ponpes (Pondok Pesantren) materi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang diselenggarakan oleh Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag (Kementrian Agama) Republik Indonesia. Dilaksanakan di Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan melibatkan dosen program studi informatika serta ustadz Ponpes al-Musaddadiyah sebagai instruktur. Ketua tim instruktur - Dr Nahdi Hadiyanto menunjuk saya seperti biasa sebagai perumus materi pelatihan. Kegiatan ini merupakan pelaksanaan hasil komunikasi antara perwakilan Badan tersebut dengan perwakilan Yayasan al-Musaddadiyah pada tanggal 24 Februari 2017. 


Kesempatan ini saya gunakan untuk melibatkan dosen sebanyak mungkin sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh program studi teknik informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut pada semester ini. Saya menangkap dari susunan acara yang disampaikan oleh panitia dari Kemenag bahwa materinya terkait pembelajaran dengan pemanfaatan TIK. Asalnya satu materi berlangsung setengah hari, kemudian saya split menjadi tema2 tertentu agar lebih variatif dan banyak dosen yang terlibat. Susunan materi tersebut dapat diterima untuk kemudian dijalankan oleh dosen yang saya pilih atau mengajukan diri sebagai instruktur.


Pembukaan kegiatan dilaksanakan pada malam hari tanggal 10 Mei 2017 di Hotel Sabda Alam, tempat panitia dan pesertanya menginap. Saya diajak Dr Nahdi Hadiyanto untuk menghadiri pembukaan tersebut. Turut hadir bersama kami pimpinan Ponpes al-Musaddadiyah yang dalam acara pembukaan tersebut menyampaikan profil KH Anwar Musaddad. Saya mewakili tim pelatih diberi kesempatan pula untuk menjelaskan materi yang akan diberikan instruktur kepada peserta. 


Dalam pelatihan hari pertama nampak peserta antusias se antusias saat sesi penjelasan materi malam itu. Peserta tertarik dengan penggunaan aplikasi internet yang saya gunakan untuk keperluan pelatihan, sehingga saya mintakan kepada Ridwan Setiawan pengampunya untuk menyertakan di dalam materinya. Sebelumnya saya juga menerima informasi dari pemateri sesi sebelumnya di Jakarta - Indriyatno Banyumurti bahwa peserta minta diajari blog dan aplikasi penapisan konten. 

Menariknya mas Indriyatno Banyumurti yang mewakili Kemkominfo ini adalah ketua umum Relawan TIK Indonesia Pusat periode sebelumnya, dan saya di sesi keduanya adalah ketua bidang pengembangan sumber daya manusia Relawan TIK Indonesia Pusat. Dengan demikian acara ini telah disentuh oleh Relawan TIK Indonesia walaupun dalam pelaksanaannya Relawan TIK Indonesia secara organisasi tidak terlibat. Pada pertemuan bulan Februari itu saya telah mengenalkan Relawan TIK Indonesia yang dibidani kelahirannya oleh Kemkominfo RI kepada rombongan dari badan tsb. Saya sampaikan bahwa Relawan TIK Indonesia dapat membantu pemanfaatan TIK di Ponpes. Dan saya kira kebetulan juga kalau dalam kegiatan Diklat ini, saya dan mas Indriyatno dari Relawan TIK Indonesia ikut melatih peserta kegiatan.