Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Minggu, 23 Desember 2018

Pembekalan Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut


Semester ganjil 2018/2019 ini mahasiswa program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut mengambil mata kuliah pada kurikulum baru yang bernama KKN (Kuliah Kerja Nyata). Dalam rancangannya, pembelajaran terkait PkM (Pengabdian kepada Masyarakat) ini meliputi fase Persiapan pada semester genap dalam mata kuliah Relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), fase Pelaksanaan pada saat libur panjang atau semester antara, dan fase Evaluasi dalam mata kuliah KKN. 








Penerapan kurikulum baru dilaksanakan pada semester ganjil 2018/2019 sehingga keseluruhan fase harus dilaksanakan pada semester berjalan. Agar tidak mengganggu perkuliahan maka fase Pelaksanaannya dilaksanakan hanya lima hari dari umumnya waktu KKN yang berkisar satu hingga dua bulan. Sebagai penanggung jawab taktis dan operasional kegiatan pengajaran, saya menyusun proposal untuk diajukan kepada lembaga untuk menjelaskan bagaimana KKN akan dilaksanakan oleh program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut.

Proposal tersebut dibahas dalam rapat pimpinan. Dalam kesempatan tersebut saya menjelaskan bagaimana rencana kegiatan yang telah dibuat sejalan dengan Standar Nasional PkM. Merespon pengajuan tersebut, rapat menjelaskan bahwa pelaksanaan KKN di Sekolah Tinggi Teknologi Garut adalah multi disiplin yang harus melibatkan mahasiswa dari seluruh program studi. Dengan mempertimbangkan kondisi di mana program studi lainnya telah mengkonversi nilai kegiatan ekstra kurikuler menjadi nilai KKN pada semester berjalan, rapat memutuskan pelaksanaan KKN pada program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut dapat dilaksanakan mono disiplin dalam bentuk kegiatan serupa yang dipilih oleh program studi dan dikelola oleh kepanitiaan dari kalangan mahasiswa.

Berdasarkan keputusan rapat pimpinan tersebut, saya memutuskan untuk menjadikan nilai kegiatan ekstra kurikuler Relawan TIK Abdi Masyarakat sebagai nilai KKN sejalan dengan misi PkM program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut, yakni "Menyelenggarakan layanan informasi, teknologi, dan pengguna secara mandiri atau kolaboratif dan sukarela yang memberikan kuntungan kompetitif bagi masyarakat dan pemerintah dari pemanfaatan informasi dan teknologinya". Selanjutnya pada tanggal 2 November 2018, saya mengumpulkan perwakilan kelas untuk membentuk kepanitiaan mahasiswa. Saya pun mengundang ketua Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut agar kegiatan tersebut sinkron dengan program kerjanya dan dapat mengakses sumber daya penting yang dibutuhkan oleh lembaga. 


Setelah menunggu hampir satu bulan, nampaknya kepanitiaan mahasiswa yg telah dibentuk belum berjalan secara efektif, sementara waktu telah menuju ke penghujung semester ganjil 2018/2019. Setelah bertemu di kantor program studi diketahui ternyata personel panitia yang efektif bekerja hanya tiga orang. Dalam pertimbangan saya hal tersebut tidak cukup baik untuk keberlangsungan kegiatan pembelajaran penting tersebut. Saya memutuskan untuk membentuk kepanitiaan dari kalangan dosen dan mahasiswa. Akhirnya diputuskan ketua tim pengusulnya / pelaksana adalah Dr Dini Destiani. Ketua Relawan TIK Indonesia yang kebetulan adalah dosen program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut dimasukan sebagai anggota pengusul. Kepanitiaannya melibatkan seluruh dosen yang menjadi pengurus Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan tiga mahasiswa yang duduk di kepanitiaan sebelumnya.

Setelah berhasil mendapatkan persetujuan dari ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Teknologi Garut, saya dan ketua pengusul menghadap ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Dijelaskan kepada beliau bahwa pelaksanaan program Relawan TIK Abdi Masyarakat ini menggunakan biaya penuh dari mahasiswa dengan nominal sama dengan biaya Kerja Praktek yang jumlah SKS nya sama. Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut sempat menanyakan kecukupan dana tersebut. Saya meyakinkan beliau bahwa kepanitiaan akan berusaha sedapat mungkin untuk mencukupkan biaya kegiatan yg mencapai 22 juta lebih tersebut. Saya pun menjelaskan bahwa dana yang terkumpul dari mahasiswa dan catatan penggunaannya ditangani oleh Asri Mulyani, salah satu dosen yang menjadi bendahara. Bukti pembayarannya diperiksa oleh staf program studi dalam proses pengesahan buku kendali setiap kelompok. Setelah mendapatkan kepastian tersebut, kegiatan ekstra kurikuler yang dikelola oleh dosen dan mahasiswa tersebut pada akhirnya disetujui. 

Setelah mendapatkan kepastian waktu penyelesaian pakaian dinas lapangan Relawan TIK dari mahasiswa yang menggarapnya, dan dengan mempertimbangkan Ujian Akhir Semester yang akan dilaksanakan pada minggu akhir bulan Januari 2019, saya mengarahkan agar pelaksanaan kegiatan peningkatan kemampuan / pembekalan dilaksanakan pada saat kampus sudah diliburkan. Kegiatan pembekalan pada tanggal 23-24 Desember 2018 tersebut cita rasanya seperti kegiatan KKN yang dilaksanakan pada saat libur panjang. Sebenarnya dalam rencana awal yang dibuat oleh program studi, kegiatan pembekalan ini dilaksanakan sebelum bulan Desember 2018. Namun karena harus menunggu keputusan lembaga dan gerak kepanitiaan sebelumnya, kegiatannya menjadi mundur. Sempitnya waktu menjadikan program Relawan TIK Abdimas ini semacam Mission Impossible. Tetapi sebagai penanggung jawab kegiatan pembelajaran, saya harus tetap optimis dan memastikan program tersebut berjalan sesuai rencana.


Beberapa tamu diundang dengan beberapa pertimbangan. Ketua pengurus pusat Relawan TIK Indonesia dan ketua pengurus Relawan TIK Indonesia wilayah Jawa Barat diundang untuk memperpanjang kerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Kerjasama pertama dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2012 dan berakhir pada tahun 2017 yang silam. Kerjasama ini penting mengingat banyaknya manfaat yang diperoleh Sekolah Tinggi Teknologi Garut dari Relawan TIK Indonesia, mulai dari kerjasama nasional hingga internasional terkait pengabdian kepada masyarakat serta reputasi dalam menerima kesempatan hibah dari Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia serta National Information Society Agency South Korea. 

Tamu lainnya yang diundang adalah Ipan Zulfikri, Relawan TIK Tasikmalaya yang ikut menggiatkan Pandu Desa. Dalam pertemuan sebelumnya pada tanggal 9 Oktober 2018 dengan Solihin di rumah makan Cibiuk, saya diminta untuk menjadi instruktur Pandu Desa untuk wilayah Garut. Bulan November 2018 undangan Workship Pandu Desa di Tasikmalaya pun tiba. Saya bersama dua mahasiswi peserta mata kuliah KKN berangkat ke lokasi. Sayangnya kegiatan tersebut tidak berhasil diikuti karena lokasi kegiatanya tidak berhasil ditemukan. Maksud mahasiswi dikutsertakan adalah agar ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dalam kegiatan KKN. 


Tamu lainnya adalah Dr Djadja Sardjana. Pada tahun yang silam beliau mengajak program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk melaksanakan kegiatan bersama di Tasikmalaya. Kebetulan fokus kegiatan beliau adalah blended learning dan program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut mengusung call-sign: the Power of Digital Culture, maka saya berkepentingan mengundang beliau untuk menjelaskan kepada dosen dan mahasiswa tentang bagaimana budaya digital diterapkan dalam pembelajaran melalui elearning atau dengan cara blended learning

Tamu lainnya yang diundang adalah Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut untuk memperpanjang kerjasama sebelumnya. Dinas Koperasi dan UMKM kabupaten Garut untuk menindaklanjuti rencana pemberdayaan UMKM secara kolaboratif di Garut. Dinas Pariwisata kabupaten Garut untuk menunjang pelaksanaan catak biru penelitian Smart TIGER program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang menjadikan Tourism dan Industri penyertanya sebagai core business yang harus dimudahkan dengan aplikasi informatika. Forum Kelompok Masyarakat Informasi kabupaten Garut untuk pemanfaatan keluaran riset Smart TIGER terkait media informasi dan komunikasi yang dapat diakses oleh masyarakat. 

Penginapan untuk empat tamu sekaligus pembicara dipesankan oleh panitia pada tanggal 13 Desember 2018 untuk tanggal inap sesuai konfirmasi kedatangannya yakni tanggal 22 Desember 2018. Tamu pertama yang datang adalah Dr Djadja Sardjana. Saya agak telat menjemput beliau, karena banyak mahasiswa bimbingan yang datang selepas kegiatan Pemodalan Nasional Madani. Sebelum ke hotel, beliau meminta untuk memeriksa konseksi internet di lokasi kegiatan. Beliau diantarkan ke hotel Cipaganti menjelang Maghrib. Malam harinya selepas Isya beliau diajak makan malam di rumah makan Cibiuk. Beberapa rencana kerjasama penerapan teknologi Ingenio dalam praktek blended learning dibahas dalam kesempatan tersebut.


Fajar Eri Dianto (ketua pengurus pusat) dan Fajar Muharom (ketua pengurus wilayah Jabar) masih terjebak macet panjang di Nagreg. Keduanya baru sampai di Garut pukul 2 pagi dan tidur pukul 4 pagi. Sementara Ipan Zulfikri membatalkan kedatangan tanggal 22 Desember 2018 karena harus mengikuti kegiatan dulu di desa Mandalamekar Tasikmalaya. Datang ke Garut sekitar pukul 6 pagi. Saya mengajaknya untuk menjemput tamu yang menginap. Sekitar pukul 8 kurang saya membawa tamu dari Cipaganti ke Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Ketua Relawan TIK Jawa Barat menyusul beberapa saat kemudian.

Sambil menunggu dimulainya acara, Fajar Eri Dianto mengenalkan Relawan TIK Indonesia kepada mahasiwa peserta program Relawan TIK Abdi Masyarakat. Beberapa saat kemudian acara pembukaan dimulai dengan laporan pelaksanaan yang diwakili oleh Leni Fitriani (ketua Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut). Dr Dini Destiani selaku ketua pelaksana kebetulan sedang melaksanakan ibadah Umrah. Dalam laporannya disampaikan perjalanan kerjasama Sekolah Tinggi Teknologi Garut dengan Relawan TIK Indonesia. Disebutkan bahwa kerjasama telah memberikan manfaat bersama, seperti pengukuhan Relawan TIK Garut oleh menteri Pembangunan Daerah Tertinggal yang menandai peluncuran buku C2C (Component to Cloud) yang merupakan modul KOMTIK (Kompetensi Relawan TIK) tingkat dasar. Selain itu kerjasama telah membukakan kiprah pada tingkat internasional, seperti kerjasama Korea Information Technology Volunteers (2013, 2014, 2015, 2017) dengan National Information Society Agency South Korea, dan Indonesian ICT Volunteers di Thailand kerjasama dengan International Telecommunication Union / United Nations. Pada tingkat nasional terbuka kerjasama dengan Majelis Muwasholah baina Ulama'il Muslimin dengan luaran berupa Sistem Informasi Geografis Pondok Pesantren Indonesia yang diluncurkan di Pondok Pesantren Lirboyo.


Setelah itu sambutan dari Relawan TIK Indonesia diwakili oleh ketua umum pengurus pusat. Dalam sambutannya tersebut disampaikan bahwa Sekolah Tinggi Teknologi Garut merupakan wadah pemikir (think-tank) dengan hasil berupa konsep-konsep yang berpengaruh bagi perkembangan Relawan TIK Indonesia baik di tingkat Jawa Barat ataupun nasonal. Termasuk di antaranya adalah konsep KOMTIK yang diterapkan dalam pembekalan dalam program Relawan TIK Abdi Masyarakat di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Peserta program dianggap sebagai peserta Pendidikan dan Pelatihan TIK Nasional angkatan Pertama yang langsung menerapkan KOMTIK nya di desa dengan luaran yang bisa diukur. Beliau berharap agar Sekolah Tinggi Teknologi Garut berkenan menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Nasional Relawan TIK Indonesia untuk pengembangan sumber daya manusia Relawan TIK di Indonesia.

Pada akhirnya sambutan disampaikan oleh Dr Hilmi Aulawi (ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut) sekaligus membuka acara. Beliau mengucapkan terima kasih atas kehadiran perwakilan Dinas Komunikasi dan Informatika dan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil kabupaten Garut. Kehadiran perwakilan pemerintah daerah ini menjadi penting mengingat 91 Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang mengikuti pembekalan akan turun ke pemerintahan desa, lembaga pendidikan, dan UMKM sepanjang bulan Januari 2019. Pembekalan melibatkan pihak Bukalapak sesuai permintaan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil kabupaten Garut. Sementara pembekalan terkait internet CAKAP sejalan dengan program Dinas Komunikasi dan Informatika kabupaten Garut.

Stakeholders lainnya yang penting dan telah diundang namun berhalangan hadir adalah Dinas Pariwisata kabupaten Garut, terkait aplikasi informatika yang merupakan keluaran dari peta jalan riset Smart TIGER yang meletakan Tourism dan Industri lainnya sebagai core business di Garut. Selain itu juga Forum Komunitas Informasi Masyarakat Garut yang dapat memanfaatkan keluaran yang sama terkait media informasi dan komunikasi yang dapat diakses oleh  masyarakat di area Tourism, Indusries, Government, Education, dan Religious.

Beliau juga menyampaikan apresiasi kepada Dr Dini Destiani (ketua pelaksana) dan Leni Fitriani (ketua Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut) yang telah berusaha mewujudkan kegiatan, serta kepada pemateri nasional yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk datang ke Garut memberikan materi pembekalan bagi peserta program. Beliau merasa senang atas kepercayaan yang diberikan kepada Sekolah Tinggi Teknologi Garut sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Nasional Relawan TIK Indonesia yang menunjang fokus Perguruan Tinggi pada Pengabdian kepada Masyarakat. Diharapkan kerjasama Sekolah Tinggi Teknologi Garut dengan Relawan TIK Indonesia juga diarahkan untuk dapat lebih bersinergi dengan Pemerintah Daerah, menjadi motor penggerak utama pembangunan Smart City di kabupaten Garut.


Setelah dibuka, dua perwakilan peserta dikukuhkan sebagai anggota Relawan TIK Indonesia. Selanjutnya dilaksanakan penandatangan piagam kerjasama oleh ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan ketua Relawan TIK Indonesia. Diserahkan pula piagam kerjasama kepada perwakilan Dinas Komunikasi dan Informatika serta Dinas Koperasi dan Usaha Kecil kabupaten Garut. 


Hari pertama adalah pembekalan materi umum seputar Pengantar Relawan TIK Indonesia, Pengantar TIK yang mengangkat Blended Learning, Pengantar Internet CAKAP, dan Pengantar Sistem Informasi Desa dan Kawasanyang disampaikan oleh pemateri nasional. Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut menaruh perhatian kepada peningkatan penerapan Blended Learning di kampus. Sebelumnya program Google Application for Education yang diterapkan di kampus lebih dari lima tahun telah memberikan kesempatan kepada dosen program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk mempraktekan Blended Learning dengan aplikasi Classroom dan Google Cloud Apps. Pengalaman tersebut disampaikan dalam acara pembekalan kepada Relawan TIK yang akan memberikan pelayanan di lembaga pendidikan. 


Hari kedua pembekalan diisi oleh instruktur dari kalangan dosen program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang merupakan pengurus Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Setiap kelompok Relawan TIK memiliki 5 personel yang terdiri dari ketua dan wakil kelompok, serta tiga anggota yang akan mengelola pelayanan untuk kelompok mitra penerima manfaat dari unsur lembaga pendidikan, pemerintahan desa, dan UMKM. Pembekalan dilaksanakan di laboratorium Ilmu Komputer untuk materi TIK pemerintahan desa, laboratorium Rekayasa Perangkat Lunak untuk materi TIK lembaga pendidikan, serta Sistem dan Teknologi Informasi untuk materi TIK UMKM. 


Secara keseluruhan materi yang disampaikan dalam pembekalan meliputi aplikasi informatika (pengetahuan dan teknologi) milik pemerintah (Bank Indonesia serta Pemerintah Republik Indonesia), perusahaan (Bukalapak, Ingenio), kampus (MIT, STTG), dan masyarakat (Relawan TIK Indonesia). Materinya sebagai berikut :

  1. TIK Umum, yang meliputi :
    • Pengantar Relawan TIK (Relawan TIK Indonesia), disampaikan oleh Fajar Eri Dianto
    • Pengantar TIK (Ingenio), disampaikan oleh Dr Djadja Sardjana
    • Pengantar Internet CAKAP (Kementrian Komunikasi dan Informatika), disampaikan oleh Fajar Muharom
  2. TIK Khusus Lembaga Pendidikan
    • Komputasi - Scratch (MIT), disampaikan oleh Sri Rahayu, M.Kom.
    • Kampus Digital 1 - Elearning (Google), disampaikan oleh Leni Fitriani, M.Kom.
    • Kampus Digital 2 - Sistem Pembayaran (STTG), disampaikan oleh Asri Mulyani, M.Kom.
  3. TIK Khusus Desa
    • Kantor Digital 1 & 2 - Sistem Informasi Desa dan Kawasan (Pemerintah Republik Indonesia), disampaikan oleh Ipan Zulfikri dan Ridwan Setiawan, M.Kom.
    • Kantor Digital 3 - Hosting Domain dan Web Desa (STTG), disampaikan oleh Dede Kurniadi, M.Kom.
    • Kantor Digital 4 - Peta Desa (Google Earth Outreach), disampaikan oleh Dewi Tresnawati, M.T.
  4. TIK Khusus Wirausaha
    • Wirausaha Digital 1 - Ecommerce (Bukalapak), disampaikan oleh Eri Satria, M.Si.
    • Wirausaha Digital 2 - Si APIK (Bank Indonesia), disampaikan oleh Yosep Septiana, M.Kom.

Senin, 03 Desember 2018

Dua Hari Tiga Kota : Kampus, Relawan TIK, dan Orang Tua

Kebetulan sekali wisuda sarjana Sekolah Tinggi Teknologi Garut tahun ini bertepatan waktunya dengan Festival TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang digelar oleh Relawan TIK Indonesia, sehingga saya tidak bisa banyak membantu panitia hingga hari pembukaannya sebagaimana pengurus pusat lainnya. Hari Sabtu itu saya mengikuti prosesi Wisuda, melepas puluhan sarjana Informatika Sekolah Tinggi Tekologi Garut. Acaranya berlangsung dari pukul delapan hingga tengah hari. 


Setelah wisuda usai, saya segera pulang ke rumah, mencoba tidur sebentar. Saat wisuda tadi, rasa ngantuk terasa menerpa akibat susah tidur semalam. Setelah mencoba memejamkan mata, ternyata tubuh ini menolak untuk tidur. Akhirnya saya memutuskan untuk mandi agar tubuh menjadi segar. 

Satu hari sebelumnya janji sudah dibuat dengan staf program studi dan Ipan Setiawan (perwakilan Relawan TIK Garut) untuk berangkat ke Festival TIK pada pukul dua siang. Pukul dua siang itu saya langsung berangkat menjemput keduanya. Kendaraan melaju menuju Sumedang sekitar pukul setengah tiga. Jalanan dari Sumedang ke gerbang tol Cikopo itu lumayan menantang, banyak sekali kelokan dan truk besar.

Setelah menempuh perjalanan selama sekitar empat jam, akhirnya kami sampai di lokasi kegiatan selepas Isya. Di area kompleks Radar Cirebon tersebut saya langsung menemui ketua umum Relawan TIK Indonesia yang sedang berbincang dengan panitia. Di sana juga ada ketua Relawan TIK Jawa Barat. Sebelum bergerak menuju lokasi rapat kerja nasional, saya sempatkan dulu salat Magrib dan Isya di mushala. 

Di dalam aula pertemuan itu ternyata sudah banyak sekali delegasi Relawan TIK Indonesia dari berbagai wilayah di Indonesia yang telah hadir. Acara dimulai dengan flashmob dipimpin oleh mas Bahruddin dari Relawan TIK Pasuruan dan mas Shela dari Relawan TIK Bojonegoro. Di tengah acara, staf program studi menghubungi karena jemputannya sudah datang. Saya pun beranjak dari lokasi acara menuju parkiran. Di sana saya berkenalan dengan calon suaminya yang menjemput. Setelah semua barang diambil oleh staf saya dari mobil, keduanya pamit meninggalkan lokasi. 

Sekitar puluh sembilan malam, rapat kerja nasional mulai mengatur pembahasan program kerja ke dalam divisi literasi yang telah dibentuk sebelumnya pada rapat kerja nasional di Pemalang. Saya memimpin pembahasan program kerja divisi kampus. Turut hadir dalam pembahasannya sejumlah komisariat kampus dari berbagai wilayah di pulau Jawa. Hanya saya dan pak Wijayanto dari kalangan dosen, selebihnya adalah mahasiswa. 


Sebelum pembahasan yang dibagi ke dalam kelompok tersebut, saya berkesempatan untuk menyampaikan pendapat kepada forum dalam kapasitas sebagai ketua bidang pengembangan SDM (sumber daya manusia) terkait perubahan kondisi organisasi Relawan TIK Indonesia dari mandiri menjadi madani. Pendapat tersebut sebenarnya sudah dituliskan dalam buku tentang pengembangan SDM Relawan TIK Indonesia. Saya sampaikan bahwa seyogyanya setiap anggota diberikan pengalaman karir dari tingkat komisariat hingga pusat dan berujung pada pengalaman mengelola unit bisnis yang menghidupi program relawan. Dengan demikian maka organisasi mendapatkan SDM yang cukup sehingga dapat beranjak dari kondisi mandiri menjadi madani. 

Pendapat lainnya yang juga dituliskan di dalam buku tersebut adalah terkait rantai komando. Untuk keperluan dokumentasi, bidang terkait memiliki SDM yang bekerja pada bidang tersebut dari pusat hingga komisariat. Saya berpendapat, dengan adanya SDM tersebut tidak perlu lagi dibuat divisi khusus. Semua gagasan tersebut baik yang dituliskan dalam buku ataupun disampaikan dalam rapat kerja nasional tersebut semata untuk memajukan Relawan TIK Indonesia. Dan saya kira semua amaliah pengurus pusat dalam kesempatan tersebut juga untuk tujuan yang sama. Oleh karenanya miris sekali bila ada yang bersangka buruk menganggap para pengurus pusat mengurusi popularitas diri yang tidak penting. Relawan itu tdk mencari popularitas, tapi mencari pahala dgn cara berbagi.

Kembali ke pertemuan divisi kampus, dalam pertemuan tersebut setiap wakil komisariat menyampaikan permasalahannya. Sebagai ketua divisi kampus saya mencatat dan memberikan tanggapan. Beberapa masalah dan solusinya yang menjadi pembahasan dalam pertemuan tersebut adalah sebagai berikut:

Masalah ke-1: Sebagian kampus tdk menerima organisasi eksternal kampus.

Solusi: dua legalitas, eksternal dari Relawan TIK Indonesia dlm bentuk organisasi komisariat sebagai dasar kolaborasi nasional, internal dari kampus dlm bentuk yg dikehendaki kampus.

Masalah ke-2: Kampus umumnya blm memahami arti penting relawan TIK Indonesia.

Solusi: Deskripsi kontribusi Relawan TIK yg menunjang pemenuhan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Masalah ke-3: Proker relawan TIK kampus belum seragam. 

Solusi: Dibuat proker nasional yg diterapkan sesuai visi & misi kampus, dan proker lokal yg sesuai dgn kebutuhan atau kondisi lokal.

Proker dpt berbentuk : Pelatihan terjadwal selama 14 minggu / 1 semester sebagai proker mingguan layanan eksternal; Seminar online yg dihadiri semua komisariat sebagai proker semesteran; Pendampingan masyarakat dlm wujud program Relawan TIK Abdi Masyarakat selama 5 hari hingga 1 bulan saat libur panjang sebagai proker tahunan.

Masalah ke-4: Belum ada upaya utk memberikan kesempatan pengalaman kegiatan yg berbeda setiap tahunnya kpd anggota sehingga mhs blm banyak yg tertarik gabung, bingung setelah bergabung, dan jenuh setelah bergabung.

Solusi: Menerapkan sistem penjenjangan dlm proker internal organisasi (peserta, pelatih, pengelola, perintis) sesuai tahun akademik di kampus.

Masalah ke-5: belum ada kegiatan kolaboratif di antara komisariat kampus.

Solusi: Prokernas hrs mewujudkan kolaborasi lintas komisariat

Masalah ke-6: Diperlukan OC selaku pengelola prokernas.

Solusi: Penggarapan BAKORTIKA ID (Badan Koordinasi Relawan TIK Kampus Indonesia) sebagai elemen organisasi Relawan TIK Indonesia harus diseriuskan.

Setelah rapat kerja nasional berakhir pada tengah malam, saya meluncur ke hotel Permata Hijau sesuai arahan ketua umum Relawan TIK Indonesia. Ikut dalam perjalanan ke sana mas Shela, mas Baharuddin, dan mas Faun. Setibanya di hotel saya tidak langsung tidur, saya beranjak ke luar untuk membeli makanan di mini market yang berada piggir hotel. Ternyata mas Faun dan kawan-kawan masih ada di depan hotel dan mengajak saya untuk minum kopi di pinggir jalan. Saya turut berbincang dengan teman-teman tentang hubungan Relawan TIK cabang dengan Relawan TIK pusat, pemerintah, dan mitra sponsor, sambil duduk di pinggir jalan dan menyeruput susu panas. Barulah setelah menjelang pukul dua pagi, kami pun menuntaskan obrolan tersebut.


Setelah tertidur beberapa saat, saya pun bangun sekitar pukul lima pagi. Saya tidur lagi setelah melaksanakan salat Subuh karena tubuh ini terasa masih lemas dan ngantuk, mungkin karena efek kegiatan wisuda dan perjalanan empat jam ke Cirebon pada hari sebelumnya. Dan waktu telah menunjukan pukul delapan lebih saat saya membukakan mata. Setelah membersihkan tubuh, saya pun beranjak keluar dari hotel dan mengajak Ipan Setiawan untuk berangkat ke lokasi kegiatan. Di lobi saya coba hubungi teleponnya, ternyata suara deringnya terdengar di atas kursi depan saya. Sepertinya Ipan sedang pergi ke luar dulu. Akhirnya saya putuskan untuk belanja minuman dulu ke mini market.

Sepulangnya dari mini market, terlihat Ipan Setiawan keluar dari kamarnya. Sesaat setelah meneguk minuman vitamin C, saya tersadar perut ini belum diisi makanan. Saya pun membuka smartphone dan mencari lokasi makanan khas Cirebon terdekat. Setelah lokasinya ditemukan, saya dan Ipan bergerak menuju rumah makan nasi Jamblang tersebut, sebelum menuju lokasi kegiatan.

Ternyata di waktu pagi menjelang siang itu banyak pengunjung mendatangi rumah makannya sehingga antriannya mengular hingga ke luar pintu. Nasi Jamblang itu dituangkan di atas piring berlapiskan daun jati. Saya memilih beberapa makanan yang jarang dan belum pernah saya makan. Alhamdulillah, makannya nikmat sekali. Lebih nikmat lagi karena makannya gratis, karena saya mendapatkan transferan yang sengaja dikirim oleh Rikza, ketua Relawan TIK Garut, untuk keperluan kegiatan Relawan TIK Garut di Cirebon dalam rangka mengikuti rapat kerja nasional Relawan TIK Indonesia. 




Selepas makan, tidak lupa menyempatkan diri untuk melihat sentra oleh-oleh tidak jauh dari rumah makan. Saya membeli beberapa batik untuk ibu di Subang, ibu mertua di Garut, dan istri. Setelah itu kami pun berangkat menuju lokasi kegiatan. 

Siang itu di Graha Pena saya bertemu dengan pak Bambang Tri Santoso, kepala Sub Direktorat Komunitas Kementrian Komunikasi dan Informatika. Kesempatan tersebut saya gunakan untuk mengkonsultasikan program Relawan TIK Abdi Masyarakat Sekolah Tinggi Teknologi Garut, pilot project divisi kampus Relawan TIK Indonesia. Beberapa waktu sebelumnya saya telah meminta kesediaan beliau untuk membubuhkan tanda tangannya sebagai bukti anggota relawan TIK kampus yang terlibat dalam program tersebut membantu pemerintah. Dalam kesempatan pertemuan di Cirebon tersebut beliau menegaskan kembali kesediaannya untuk membubuhkan tanda tangannya bersama ketua umum Relawan TIK Indonesia dalam sertifikat keikutsertaan yang akan diberikan kepada anggota Relawan TIK kampus yang terlibat dalam program tersebut.


Saat kami berbincang tentang fokus beliau pada upaya menggalakan pemrograman bagi masyarakat, saya sampaikan informasi seputar kegiatan Tantangan Bebras / kompetisi Computational Thinking yang diselenggarakan setiap tahun. Kebetulan beberapa komisariat kampus Relawan TIK Indonesia turut ambil bagian sebagai biro Bebras Indonesia di kabupaten / kota nya masing-masing. Saya sampaikan pendapat kepada beliau bahwa masyarakat informasi di era Revolusi Industri 4.0 secara umum membutuhkan Computational Thinking sebagaimana kebutuhannya terhadap perangkat lunak umum. Coding merupakan kebutuhan khusus bagi masyarakat yang berminat mengembangkan platfrom teknologi. Saya menyarankan agar sub direktorat beliau fokus pada komunitas Computational Thinking tidak hanya Coding. Agar tidak sama programnya dengan Kementrian Pendidikan Nasional, sebaiknya sub direktorat beliau mengambil ruang kegiatan ekstra kurikulernya.


Dalam perjalanan menuju lokasi kegiatan kedua saya bertemu dengan Ridha yg ngajak foto bareng di gerbang masuk. Selain itu juga bertemu dengan kang Ipan dari Relawan TIK Tasikmalaya. Kami membahas soal rencana pelatihan SID (Sistem Informasi Desa) kepada peserta matakuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang akan dilaksanakan pada bulan Desember ini. Saya juga menjelaskan bahwa saat ada pelatihan SID di Tasikmalaya, saya sudah membawa dua mahasiswi untuk dilatih sebagai pelatih SID. Hanya saja saat itu lokasinya tidak ketemu sehingga kami kembali pulang ke Garut. Kang Ipan menyatakan siap membantu pelatihan pada bulan Desember nanti di Sekolah Tinggi Teknologi Garut untuk menyukseskan upaya Relawan TIK Sekolah Tinggi Teknologi Garut dalam menerapkan SID di perdesaan Garut. Tugas penerapan ini sebenarnya dipercayakan kang Solihin kepada saya, namun saya dan dua mahasiswa tidak berhasil ikut pelatihannya beberapa minggu sebelumhya.

Setelah itu saya menuju kantin dan menemukan Dr Johan (Ketua Bidang Litbang Pengurus Pusat Relawan TIK Indonesia) sedang dikerubungi kawan-kawan Relawan TIK. Tidak lama kemudian pak Onno W. Purbo ikut mengisi obrolannya sambil makan siang. Obrolan ringan kami siang itu mulai dari lisensi perangkat lunak hingga computational thinking. Obrolan itu banyak diselingi oleh candaan yang membuat kami banyak tertawa. 


Selepas melaksanakan salat Dzuhur saya pergi menuju lokasi kegiatan di Graha Pena. Nampak dari kejauhan pak Yamin melambaikan tangan menyapa. Saya langsung menemui beliau dan mengeluarkan buku garapan dosen-dosen Forum Dosen Indonesia untuk diberikan kepada beliau. Buku itu diterimanya dengan sangat senang. Di sana kami memperbincangkan soal digital native dan mesin yang mempengaruhi cara belajar cepat mereka. Di tengah perbincangan tersebut, pak Indriyanto Banyumurti (ketua umum Relawan TIK Indonesia yang pertama) datang hendak melewati meja kami. Saya pun menyapa dan menyalami beliau.

Karena hari itu ada agenda mengunjungi orang tua di Subang, saya memutuskan untuk pulang sekitar pukul dua siang. Saat kendaraan mulai keluar dari parkiran, pak Yamin menanyakan soal tujuan perjalanan. Saya bilang akan mengunjungi gua Sunyaragi. Beliau kemudian memutuskan ikut ke lokasi cagar budaya tersebut. Kami pergi ke lokasi dengan kendaraan masing-masing. Sekitar satu jam kami melihat lokasi cagar dan ngobrol soal pendidikan tinggi, setelah itu kami pulang menuju gerbang tol Cipali.


Hanya perlu satu jam dua puluh empat menit untuk tiba di Subang. Saya bertemu dengan kedua orang tua yang telah menunggu pada waktu menjelang Magrib. Tidak lupa kain batik yang saya beli di Cirebon diberikan kepada ibu. Setelah makan dan mandi, kami pamit pulang. Dan mobil ini pun melaju menuju Garut malam itu sekitar pukul delapan malam. Sekitar pukul setengah dua belas kami sampai di Garut. Ipan Setiawan turun di SMK Negeri 2 Garut karena hendak menyiapkan kegiatan di sana.

Setibanya di rumah saya lihat ada motor terparkir. Lalu saya buka Whatsapp dan membaca pesan kalau ibu dan bapak mertua malam itu menginap di rumah. Rumah saya tidak besar. Karena khawatir kedatangan saya membangunkan beliau berdua, saya pun memutuskan untuk menginap di Cipanas.

Ternyata harganya tidak murah, penjaga penginapannya menawarkan harga empat ratus ribu satu malam, itu harganya sama dengan penginapan yang saya tempati di Cirebon malam kemarin. Untunglah bisa saya tawar menjadi tiga ratus ribu rupiah. Di penginapan itu saya coba obati kelelahan tubuh ini dengan berendam air panas. Saya baru bisa tidur sekitar pukul tiga pagi.

Pagi itu saya terbangunkan oleh petugas penginapan yang mengedarkan sarapan. Saya agak kaget karena uvula terasa memanjang / bengkak. Langsung saja Google dipanggil untuk menemukan solusinya. Solusinya adalah mendinginkan ovula. Dengan penuh semangat saya wisata kuliner minuman dan makanan dingin hari itu, mulai dari jus mangga hingga es krim. Alhamdulillah hari kedua ovulanya mulai normal kembali. Demikianlah cerita perjalanan dua hari itu dari Garut, Cirebon, dan Subang. 

Kamis, 29 November 2018

Meneruskan ke Banyak Alamat Email di Gmail

Misalnya anda memiliki alamat email mymail@gmail.com. Anda ingin agar setiap pengiriman email ke alamat tersebut diteruskan ke dua alamat email berikut ini: mymail1@domain.com dan mymail2@domain.com. Dalam praktiknya anda bisa mengganti alamat email contoh tersebut dengan alamat email milik anda sendiri. 

Anda dapat memafaatkan fitur filter untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Langkahnya adalah sebagai berikut:

  • Buka Settings, lalu klik tab Forwarding and POP/IMAP;
  • Klik tombol Add a forwarding address, lalu tuliskan alamat email yang akan menerima penerusan email (mymail1@domain.com dan mymail2@domain.com);

 
  • Untuk setiap penambahan alamat email tersebut anda harus mengkonfirmasinya di alamat email yang dimaksud;
  • Masih di bagian Settings, pindah ke tab Filters and Blocked Address, kemudian klik Create a new filter;

 
  •  Isi alamat target nya (to) dengan alamat email mymail@gmail.com, lalu klik tombol Create Filter;


  • Bila alamat forwarding address sudah ada, maka anda bisa memberi tanda cek pada Forward it dan memilih alamat email yang pertama, yakni mymail1@domain.com;

  • Lakukan langkah pembuatan filter yang sama untuk alamat email mymail2@domain.com.

Senin, 26 November 2018

Menyatu dalam Satu Hati


Saat usia remaja dulu saya pernah mendengar bisikan di dalam hati yang mengatakan bahwa saya akan bisa mengetahui isi hati orang lain. Bisikan itu ditanggapi dgn penolakan karena khawatir terjerumus ke dalam dosa prasangka. Saya tdk memiliki ilmu untuk membedakan mana bisikan hati yang merupakan prasangka dan bukan.

Suatu saat di masa SMA saya pernah ikut bela diri. Sore itu dalam posisi duduk bersila kami semua diminta oleh guru untuk memejamkan mata. Dalam kondisi mata terpejam terlihat banyak hal, mulai dari diri yg pergi melayang meninggalkan tubuh, sebilah pedang yg berputar di samping kanan, hingga sebuah tiang yg melayang di langit. Semua itu baru saya lihat dan alami. Setelah itu guru menanyakan apa yang di lihat oleh kami, dan ternyata setiap orang memiliki penglihatan atau pengalaman yg berbeda-beda.


Sepulangnya dari sana saya buka buku Durotun-Nashihin, dan saya mendapatkan informasi tentang satu tiang di langit seperti ini:

Sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan sebuah tiang di hadapan Arsy. Maka, apabila seseorang mengucapkan: ”Laa ilaaha illallaahu, Muhammadur Rasulullah”, bergoyanglah tiang itu. Lalu, Allah Ta'ala berfirman: “Diamlah, hai tiang”. Namun, tiang itu menjawab: “Bagaimana aku bisa diam, sedang Engkau belum mengampuni orang yang mengucap kalimat tadi?” Maka Allah Ta'ala berkata: “Sungguh, Aku telah mengampuninya.” Barulah ketika itu dia mau diam.

Walau saya tidak menganggap tiang yang dilihat sore itu adalah tiang yang dimaksud dalam Durotun-Nashihin, namun keimanan kepada yang Ghaib terkokohkan dengan pengalaman tersebut.


Dalam kesempatan lain saya duduk melingkar dengan beberapa teman. Lalu saya minta semuanya memejamkan mata dan di ruang gelap itu semuanya fokus pada satu titik. Setelah itu saya imajinasikan seberkas cahaya berwarna beberapa saat. Setelah selesai saya menanyakan apa yang mereka lihat. Ternyata ada yang melihat cahaya tersebut dengan warna yang persis. Hal tersebut menjelaskan kepada saya bahwa seseorang dapat mengkomunikasikan sesuatu dalam alam fikiran.


Sekian belas tahun kemudian, saya pernah mengendarai motor bersama isri. Tiba-tiba saya ingin mengarah ke bakso Malang. Sesaat setelah berada tepat di pinggir bakso tersebut dan hampir berhenti, saya memacu kendaraan meninggalkan tempat tersebut. Istri saya kemudian berkata dengan nada kesal, bahwa sebelum menepi ia sudah ingin makan bakso tersebut.


Suatu ketika dalam perjalanan mudik, saya berhadapan dengan persimpangan jalan. Kemudian terbetik dalam fikiran ini bahwa saya harus mengambil jalur ke arah kanan utk menghindari kemungkinan macet. Dalam waktu bersamaan istri meminta agar kendaraan diarahkan ke jalur yang saya fikirkan. Seraya tersenyum saya bilang kepadanya agar ia tdk perlu repot mengatakannya karena kendaraannya memang akan mengarah ke sana.


Suatu ketika dalam perjalanan menuju bengkel motor, terbetik keinginan di dalam hati untuk mendinginkan kerongkongan dengan es Kepu sepulang dari bengkel. Beberapa saat kemudian istri saya mengusulkan agar kami singgah dulu di es Kepu sepulangnya dari bengkel karena ia ingin mendinginkan kerongkongannya. Saya sampaikan kepadanya memang saya berencana pergi ke sana selepas dari bengkel sebelum ia mengatakannya.


Suatu ketika saya dan istri duduk menunggu kendaraan yang sedang dicuci. Lalu saya melihat di layar TV ada daging rendang. Saat itu istri saya tidak menghadap TV. Saya kemudian mengatakan kepadanya keinginan untuk makan nasi Padang. Istri saya tertawa, karena ternyata pada saat yang bersamaan ia sedang membayangkan lezatnya ayam Pop.


Lepas dari kebetulan atau tidak, namun kondisi terbetik keinginan yang sama dalam hati itu seringkali terjadi. Jiwa yang menyatu bisa saling mendengar isi hati atau mengetahui kondisi seseorang yang dicinta walau tidak dibunyikan dengan lisan. Jiwa bisa mengetahuinya melalui bersitan hati atau mimpi. Sebagaimana bila ibu saya ingin bertemu, maka saya pasti merasakan dorongan ingin pulang di dalam hati. Dulu bila saya ingin bertemu teman dekat saya, ia memimpikan saya pulang dengan pakaian yang sama persis dengan pakaian yang saya kenakan. Saya pun pernah mengetahui pilihan suami seseorang, apa pekerjaan orang yg dinikahinya (guru), dan apa alasannya (keluarga religius), melalui mimpi melihatnya bersama pria berbaju seperti yang biasa dikenakan oleh seorang ustadz.


Hal tsb terjadi dlm hati dua jiwa yg saling bertalian. Terbayang bagaimana bila hamba Allah memiliki hati yang sanggup menerima keinginan Nya, sehingga tangan dan kakinya bergerak sesuai dengan keinginan Nya tanpa perlu Allah berkata kepadanya. Hamba tersebut memahami kenapa ia melakukannya setelah selesai berbuat. Ia melihat Tuhan ingin melimpahkan kasih Nya kepada seseorang dengan tangan dan kakinya.

Teringat hadits Qudsi yang artinya, "... Jika Aku telah mencintainya, maka (Aku) menjadi pendengarannya yang dia mendengar dengannya, (Aku) menjadi penglihatan yang dia melihat dengannya, menjadi tangan yang dia memukul dengannya, menjadi kaki yang dia berjalan dengannya ..."

Saya tutup cerita ini dengan do'a nabi Daud a.s. ini,

Allahumma inni asaluka hubbak, wa hubba ma yuhibbuk. Wal amalaladzi yubalighuni hubbak. Allahummaj'al hubbaka ahaba ilayya, min nafsi, wal ma'i, wal barod


Jumat, 23 November 2018

Melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat dengan Relawan TIK


Dunia relawan dalam bidang TIK sudah digeluti sejak Sekolah Tinggi Teknologi Garut menunjuk saya (saat masih menjadi mahasiswa) pada tahun 2002 sebagai relawan dengan tugas membantu pemeliharaan perangkat komputer dan jaringan di Laboratorium Komputer. Beberapa bulan menjadi relawan membuat saya merasa terpanggil untuk membangun infrastruktur TIK kampus, sehingga lapisan platform, personel, dan layanannya dibangun hingga tahun 2008 saat di mana Unit Sistem Informasi mulai saya fungsikan.

Setelah lulus kuliah, saya direkrut oleh kampus menjadi kepala Laboratorium Komputer. Dalam posisi jabatan tersebut ada keleluasan bagi saya untuk mempertahankan tradisi perekrutan mahasiswa sebagai relawan. Dan tradisi itu berhasil dipertahankan hingga beberapa generasi, sehingga layanan JAKI (jaringan, aplikasi, komputer, dan informasi) dapat terus dibantu oleh mahasiswa.

Relawan TIK Memasang Jaringan Komputer di Kampus

Keinginan agar pengalaman lapangan relawan sampai kepada mahasiswa lainnya diwujudkan dengan membentuk Forum TIK pada tahun 2007, yang kemudian berkembang menjadi unit kegiatan mahasiswa bernama Kelompok Pecinta TIK pada tahun 2011. Perhimpunan tersebut berubah nama menjadi Kelompok Penggerak TIK / KPTIK pada tahun 2012 dan Komunitas TIK pada tahun 2013.

Komunitas dan Relawan TIK Garut

Keempat relawan yg membantu saya menjalankan layanan JAKI berhasil menekan biaya operasional TIK kampus. Mereka mengajak serta anggota Forum TIK dalam pelayanan sukarelanya dengan menjanjikan pengetahuan tambahan yang diperoleh dari pengalaman lapangan dan tidak diperoleh di bangku kuliah. Pengabdian kepada almamater pun dilaksanakan oleh anggota Forum TIK dalam Kelompok Kerja Mahasiswa JAKI yang dipimpin oleh relawan terkait.

Pelatihan TIK Dasar Kelompok Penggerak TIK

Selain itu mereka juga melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan  melaksanakan aktivitas pendampingan terhadap Komunitas TIK sekolah untuk mewujudkan mimpi saya menularkan manfaat relawan ke luar kampus. Aktivitas yang dilaksanakan di belasan sekolah tersebut berhasil membentuk KPTIK pelajar, yang darinya program studi Informatika berhasil mendapatkan satu kelas mahasiswa baru.

Olimpiade Komunitas TIK Pelajar Garut

Semangat kolaborasi mendorong terbentuknya Komunitas TIK Garut pada bulan Oktober 2012, yang dengannya forum Quadruple Helix, Seminar dan Pelatihan, serta Olimpiade TIK berhasil digelar beberapa kali setiap tahunnya dengan melibatkan banyak Komunitas TIK sekolah. Hingga kemudian Gubernur Jawa Barat menganugerasi Komunitas TIK Garut sebagai Komunitas TIK Terbaik se Jawa Barat kategori Mandiri pada tahun 2014. 

Penghargaan Komunitas TIK terbaik se Jawa Barat

Pada tahun 2011 mulai berdiri Relawan TIK Indonesia, yakni organisasi sosial kemasyarakatan tempat berhimpunnya komunitas dan relawan TIK untuk berkoordinasi, berkomunikasi dan bekerjasama dalam mewujudkan visi pembangunan masyarakat informasi Indonesia bersama pemerintah, perguruan tinggi, perusahaan, dan unsur masyarakat lainnya. Saat itu saya ikut bergabung dalam milisnya. Media komunikasi tersebut dimanfaatkan untuk meminta Relawan TIK Indonesia agar dapat menyentuh Garut. Pada akhirnya ketua umum pengurus pusat Relawan TIK Indonesia berkenan hadir dalam Seminar dan Pelatihan TIK keempat pada tanggal 16 Januari 2012, kegiatan rutin tahunan yang digelar oleh Unit Sistem Informasi yang saya pimpin. Dalam kesempatan itu saya yang juga menjabat selaku Sekretaris Program Studi Teknik Informatika berhasil mewujudkan kesepakatan kerjasama antara Program Studi dengan Relawan TIK Indonesia.

Pengukuhan Relawan TIK Garut oleh Menteri PDT

Dengan kesepakatan itulah Relawan TIK Garut terbentuk pada tanggal 24 November 2012, dan Sekolah Tinggi Teknologi Garut terus berupaya melaksanakan isi kesepakatan kerjasama dengan Relawan TIK Indonesia terkait Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat. Hingga kini, program studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut berhasil mengintegrasikan Relawan TIK Indonesia dengan Tridharma. Perguruan Tinggi. Dalam bidang Pendidikan, diselenggarakan matakuliah IT Volunteering yang merupakan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pembelajaran yang menurut Standar Nasional Pendidikan Tinggi wajib dilaksanakan oleh mahasiswa program sarjana. Dalam bidang Penelitian, berhasil disebarluaskan karya ilmiah terkait relawan bidang TIK di dalam konferensi ataupun jurnal ilmiah. Dalam bidang Pengabdian kepada Masyarakat, program studi menyelenggarakan kegiatan semesteran bersama Relawan TIK Garut.

Relawan TIK Tanggap Bencana Banjir Bandang Garut

Pengetahuan yang diperoleh dari perjalanan tersebutlah yang mengisi buku Relawan TIK Abdi Masyarakat. Buku yang dibuat dari tanggal 8 hingga 23 Februari 2018 tersebut merupakan intisari dari pengalaman usaha mengintegrasikan Relawan TIK dengan Tridharma Perguruan Tinggi di Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan pengalaman berinteraksi dengan anggota dan pengurus Relawan TIK Indonesia. Buku tersebut merupakan luaran kepemimpinan saya dalam kepengurusan Relawan TIK Indonesia pusat selaku kepala Divisi Kampus. Buku ini penting dibuat agar ada kesamaan persepsi tentang Relawan TIK Kampus. Diharapkan buku ini menjadi bahan diskursus di antara pegiat, anggota, dan pengurus Relawan TIK Indonesia tentang penelitian dan pengembangan komisariat kampus yang disediakan bagi sivitas akademik perguruan tinggi. Semoga bermanfaat.


Selasa, 20 November 2018

Saya, Persepsi, dan MAPALA


Tahun 2000 an saya aktif mengelola Buletin Kampus sendiri bernama PERSEPSI. Buletin tersebut di antaranya berisi ide dan gagasan saya selaku mahasiswa utk pengembangan kampus. Di antara manfaat buletin yang dirasakan sampai sekarang adalah kebijakan kampus tentang sumbangan lulusan berupa buku. Munculnya kebijakan tersebut didorong oleh tulisan dalam buletin PERSEPSI tentang menggunungkan ilmu dengan latar cerita perpustakaan Baghdad di masa kejayaan Islam. Kepastian manfaat buletin tersebut saya dapatkan dari pak Syakur Amin. 

Pada masa tersebut saya berkesempatan berdiskusi seputar sosialisme dengan kang Prisani dari MAPALA. Diskusinya malam hari di sekretariat MAPALA, yang sekarang tempatnya menjadi mini market Ponpes al-Musaddadiyah. Awal pertemuannya tidak disengaja, niat awalnya hanya membantu MAPALA memperbaiki komputernya yang rusak. Hubungan saya dgn tokoh MAPALA Sekolah Tinggi Teknologi Garut tersebut pada awalnya hanya sebatas kawan diskusi saja. Pemahamannya tentang sosialisme sama sekali berbeda dengan saya. Diskusi seputar kampuslah yang lebih banyak mempertemukan pemikiran saya dengannya.

Dalam satu kesempatan ia meminta saya untuk membuat jejak pendapat tentang kenaikan uang kuliah. Saya siapkan kuesionernya, dicetak dengan tinta warna hijau di atas kertas putih. Satu lembarnya berisi dua kuesioner. Jejak pendapat tersebut disebarkan kepada sejumlah mahasiswa lintas jurusan. Setelah datanya saya olah dan analisis, hasilnya didiskusikan dengan MAPALA.


Saya diajak untuk menyampaikan hasil tersebut kepada kampus. Saat itu yang menemui saya dan kang Prisani adalah pak Eko Retnadi yang saat itu menjabat sebagai wakil ketua bidang kemahasiswaan. Beliau menerima kami dengan baik dan menganggap yang saya lakukan sebagai bentuk pengembangan diri. Diskusi dengan beliau berjalan cukup baik, namun saya lupa apa saja yang kami bicarakan saat itu.

Interaksi saya dengan kang Prisani menguatkan pemahaman bahwa tidak perlu pemahaman yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Saya tidak berminat membangun jarak dengan memanfaatkan perbedaan pemahaman sosialisme. Minat saya adalah kontribusi kepada kampus. Saya sangat menyayangkan kondisi yang nampak di media sosial sekarang ini. Banyak fans-army yang lebih fokus dengan mempertikaikan pemahaman berbeda dari pada merajut silaturahmi dan bekerjasama membangun Indonesia.

Sayangnya tradisi menulis ini tidak berhasil saya wariskan saat dipercaya sebagai bidang Jurnalistik dan Pengembangan Masjid oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Juga tidak berhasil saya wariskan ke Kelompok Penggerak Teknologi Informasi dan Komunikasi, sekalipun saya sudah membentuk kelompok kerja khusus bidang informasi. Walau demikian saya berhasil mendorong Rikza Nasrulloh anggota kelompok kerja tersebut untuk membangun sub domain situs web kampus yang bernama liputan kampus dan masih bermanfaat hingga sekarang. Saat itu saya memang fokus pada community development dan platform development. Semoga akan tiba lagi masa bagi mhs utk membangkitkan kembali jurnalistik di kampus sebagai jalan kontribusi pembangunan kampus melalui pemikiran.


Sabtu, 17 November 2018

Dzikr dalam OSPEK yang Memicu Tangisan


Di masa SMA dulu, saya pernah diberi tahu oleh mas Yudho sebuah buku yang berjudul al-Hikam. Saya temukan buku itu di perpustakaan masjid sekolah pada jam istirahat. Begitu saya baca, ternyata isinya menarik. Tulisan Ibnu Athaillah tersebut memunculkan dorongan jiwa untuk membangun perasaan dekat dengan Sang Pencipta. Dorongan yang terbentuk dengan sendirinya, seakan bacaan itu adalah makanan hati yang membuat hati tumbuh dan sehat. Dorongannya semakin kuat saat saya mengikuti kebiasaan memperbanyak bacaan dzikr di dalam hati yang menjadi kebiasaan beberapa teman di Generasi Muslim al-Muhajirin. Umumnya kami saat itu selalu membawa tasbih 33 biji atau alat penghitung mekanis. Pada puncaknya, saya memilih untuk melepaskan alat hitung tersebut karena merasa dzikir nya tidak perlu dihitung dan tidak perlu terlihat oleh siapapun. Dzikir pilihan saya waktu itu adalah "Allah" dan dilafadzkan di dalam hati seharian terus menerus. 

Rasa kedekatan dan dzikir itu masih ada saat saya mengikuti OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Setiap hari di awal waktu kegiatannya, kami dibariskan sesuai jurusan dan memasuki sesi uji mental. Melihat kegiatan uji mental di awal waktu itu mengingatkan saya kepada kegiatan uji mental yang dilakukan oleh alumni pramuka saat perkemahan pramuka penggalang. Dari dulu saya tidak pernah memahami manfaatnya sehingga saya tidak menyukainya. Ketidaksukaan itulah yang membuat saya dulu menolak permintaan pembina Pramuka di SMA untuk bergabung di pramuka penegak dan lebih memilih aktif di Palang Merah Remaja. 

Saat duduk berbaris itu, saya memilih untuk tidak menyibukan hati dengan kegiatan yang secara pribadi dianggap tidak bermanfaat. Suruhan panitia agar teman saya menghisap banyak rokok sekaligus sebagai hukuman hanya memberikan kesenangan bagi panitia tetapi tidak memberikan faidah apapun bagi teman saya tersebut. Mata ini dipejamkan lalu dzikir pun dilisankan di dalam hati. Anehnya karena memilih kesibukan seperti itu, saya hampir "tidak disentuh" oleh kakak tingkat sampai akhir kegiatan. Sementara saya mendengar beberapa teman di sekitar menjadi objek uji mental. Dan pada suatu kesempatan ada kakak tingkat yang menyempatkan memeriksa denyut nadi. Sepertinya saya disangka sakit, mungkin karena terlihat tidak banyak bergerak atau merespon lingkungan. 

Mungkin agak sulit bagi siapapun untuk memastikan kondisi saya hanya dengan melihat penampakan lahir saja. Lain halnya dengan sopir yang kendaraan umumnya saya naiki. Saat itu saya duduk di jok depan. Dalam perjalanan saya memutuskan untuk melaksanakan salat Ashar di dalam kendaraan. Beberapa waktu kemudian, saya mendengar sopir menurunkan penumpang. Saat kondektur mau menurunkan saya, sopirnya melarang. Begitu selesai salat, saya melihat kendaraan sudah terparkir di terminal Cileunyi. Sopirnya masih duduk di kursinya. Saya pun pamit meninggalkan mobil elf tersebut. 

Di hari terakhir itu ada mahasiswi dari panitia OSPEK yang membuka komunikasi dengan saya. Bagian perbincangan yang masih diingat adalah tentang apakah saya sudah memiliki kekasih atau belum. Waktu SMA dulu saya memegang prinsip, tidak akan mencintai siapapun (memiliki kekasih) sebelum mampu mencintai Allah dengan benar. Saat itu saya merasa belum dapat mencintai Allah dengan benar sehingga tidak layak menjadi kekasih siapapun. Oleh karenanya hingga masa menjadi mahasiswa baru saya memilih untuk menjomblo. Rasa suka saya terhadap teman di SMA atau di Generasi Muslim al-Muhajirin saya tepiskan karena prinsip tersebut.

Mungkin karena pemahaman dan istiqamah dalam prinsip tersebut, pertanyaan kakak tingkat tersebut saya jawab "sudah", tetapi dengan pemahaman di dalam hati bahwa kekasih yang dimaksud adalah Allah. Saat ia bertanya di mana kekasih tersebut, saya jawab, "ada di mana saja". Saat mahasiswa kakak tingkat lain yang berkaca mata mengatakan bahwa saya play-boy, saya tidak menanggapi. Jawaban tersebut yang disampaikan dengan sikap merendah bagi orang yang tidak faham maksud kekasihnya akan terasa provokatif. Hasilnya saya dicecar dengan pertanyaan lainnya yang sampai kapanpun tidak akan bertemu karena si penanya dan yang ditanya berhadapan dengan noise semantik akibat perbedaan konteks tersebut. 

Semua ungkapan tentang Allah itu membukakan celah di dalam hati sehingga munculah gelombang rasa yang memicu banjir air mata. Saya benar-benar tidak bisa menahan dan menghentikannya, bahkan hingga acara mushofahah antara mahasiswa baru dengan panitia. Kakak tingkat itu menyatakan permohonan maafnya, dan saya tidak bisa berkata apa-apa karena merasa bukan kesalahannya yang menyebabkan air mata ini mengalir. Air mata itu disebabkan karena pilihan jawaban dari dua pilihan yang saya ambil. Mahasiswi itu kini menjadi istri salah satu wakil ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Ia selalu menyapa dengan ramah hingga sekarang kalau bertemu di kampus. 

Selepas OSPEK itu saya tetap memandang uji mental dan perpeloncoan sebagai aktivitas tidak bermanfaat. Sebagian adik tingkat dan teman seangkatan yang menjadi panitia OSPEK pada tahun 2001 itu tidak menyukai pandangan tersebut. Mereka ingin uji mental dan perpeloncoan yang sudah menjadi tradisi turun temurun tersebut tetap ada. Walau demikian, ketua BEM sependapat dengan saya dan meminta agar dibuatkan buku panduan OSPEK untuk merubah tradisi tersebut. Kesempatan tersebut saya gunakan dengan baik dengan niat untuk membangun perubahan. 


Sofyan Munawar (ujung kiri), Ketua BEM STTG era 2001

Di dalam buku tersebut saya sampaikan bahwa pengalaman penting yang dibutuhkan oleh mahasiswa baru adalah simulasi pengalaman perkuliahan dan sikap intelektual. Perpeloncoan yang dilakukan oleh siapapun demi kesenangan emosional tidak boleh menjadi bagian dari budaya intelektual. Secara ekstrim saya menyebut perpeloncoan sebagai aksi balas dendam yang rantainya harus diputus. Itulah sebab kenapa sebagian panitia OSPEK menyoraki saya saat dipanggil ke depan untuk diperkenalkan kepada mahasiswa baru. Bagi saya saat itu, kritik terhadap perpeloncoan dan perubahan lebih berharga dari menanggapi sorakan kekanak-kanakan tersebut.


Pada akhirnya kementrian riset teknologi dan pendidikan tinggi menerbitkan kebijakan baru OSPEK tahun ajaran 2015/2016. Kepanitian tidak lagi dipegang oleh mahasiswa, tetapi oleh lembaga. Menteri riset teknologi, dan pendidikan tinggi mengatakan bahwa aturan baru diberlakukan untuk menghindari kecenderungan panitia dalam melakukan misi balas dendam kepada mahasiswa baru. Kementrian mengundang pimpinan perguruan tinggi untuk mencegah OSPEK menjadi ajang perpeloncoan.