Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Rabu, 02 Agustus 2017

Sosialisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental melalui Medsos se Jateng


2 Agustus 2017 ini saya membantu Kementrian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam acara pelatihan media sosial bagi pelajar dan penggiat relawan TIK. Kegiatan tersebut merupakan kerjasama dua institusi pemerintahan tersebut dengan Relawan TIK Indonesia. Ada dua kesempatan materi hari itu, dan saya kebagian mengisi materi Literasi Digital mewakili Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia pada pagi harinya plus malam ditemani kang Johan ketua bidang Penelitian dan Pengembangan Relawan TIK Indonesia. 

Beberapa hari sebelumnya, tepatnya satu hari sebelum Musyawarah Relawan TIK Indonesia wilayah Jawa Barat, saya dihubungi Unggul Sugena pelaksana harian Relawan TIK Indonesia yang meminta saya untuk dapat mewakili Relawan TIK Indonesia untuk menjadi pemateri kegiatan tersebut di Bandung. Saat itu saya menjawab belum bisa karena masih ada yang harus dikerjakan dalam kegiatan Korea Information Technology Volunteers di Garut. Beberapa harinya lagi kang Unggul kembali menghubungi dan menanyakan kesediaan saya untuk dapat mengisi kegiatan tersebut di Yogyakarta atau Semarang. Karena waktu pelaksanaan di Yogyakarta terlalu mepet dengan waktu kepulangan Relawan TIK Korea Selatan, maka saya memilih lokasi kegiatan di Semarang. Satu hari sebelum keberangkatan saya menemui Relawan TIK Korea Selatan di Hotel Redante untuk memastikan mereka baik-baik saja sebelum saya tinggalkan sebentar ke Semarang. 

Alhamdulillah saya tidak perlu mengeluarkan uang, karena transfortasi sudah ditangani panitia kegiatan. Perjalanan dari Garut ke Bandara sempat berputar-putar karena seperti biasa Google memberikan jalan terpendek yang tidak bisa dilalui kendaraan yang saya pake. Maklumlah ini kunjungan pertama sendirian ke Bandara Husein. Agak dag-dig-dug karena khawatir tidak sempat boarding akibat habis waktu dipake puter-puter jalan. Alhamdulillah sampai beberapa menit sebelum waktu tenggat, dan ternyata pesawat Wings Air ini delay lama. 

Setelah melewati perjalanan dengan pesawat ATR yang lumayan kerasa goyangannya, tibalah di Bandara Ahmad Yani Semarang. Di sana saya ditemui sopir yang dikirim oleh panitia, namun saya meminta maaf tidak bisa ikut karena ada teman Relawan TIK Semarang akan datang menjemput. Mas Wijayanto pun datang menjemput dan langsung meluncur ke hotel Grand Candi tempat nginap pemateri dan panitia kegiatan malam itu. Di sana sudah lebih dulu tiba kang Johan, kita ngobrol lama tentang Relawan TIK hingga hampir tengah malam.


Keesokan harinya saya menyampaikan materi Literasi Digital - Peran Relawan TIK Indonesia : Mewujudkan Revolusi Mental dengan INCAKAP di hadapan pelajar pilihan dari sejumlah sekolah se Jawa Tengah. Anak-anak ini cukup responsif dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bagus seputar pemanfaatan internet dalam keseharian hidup mereka. 


Malam harinya saya bertemu dengan teman-teman Relawan TIK di Semarang dan mendengarkan rencana Musyawarah Relawan TIK Indonesia wilayah Jawa Tengah. Dalam pembicaraan tersebut saya memberikan masukan agar sebelum melaksanakan pemilihan ketua umum baru untuk wilayah Jawa Tengah dan menyusun program kerja, sebaiknya didengarkan kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan hambatan yang ada di setiap cabang. 


Setelah itu saya bersama kang Johan duduk bersama perwakilan Dinas Komunikasi dan Informatika provinsi Jawa Tengah dan Kementrian Kordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan untuk mengisi acara panel di hadapan pegiat sosial media se Jawa Tengah. Dalam kesempatan itu saya menjelaskan konsep Hijrah Digital yang meliputi hijrah kondisi dari buta menjadi melek serta hijrah perangkat dari offline menjadi online. Konsep ini pertama kali saya sampaikan dalam seminar pendidikan karakter di Garut yang diselenggarakan oleh Yayasan Intan Pembangun Karakter. 

Keesokan harinya sambil menunggu waktu boarding, mas Wijayanto menawarkan kesempatan untuk berkunjung ke objek wisata di Semarang. Saya ingat dulu pernah membaca di media ada kawasan pemandian di puncak bukit mirip Darajat di Garut, hanya saja airnya tidak panas kalau di sana. Mas Wijayanto bersedia mengajak saya ke sana, yang ternyata berada di luar kota, tepatnya di kabupaten Semarang. Lokasinya ternyata di perdesaan melewati jalan kecil dan menanjak. Sekilas jalan setapak di pemandian Unggul Sidomukti ini seperti Karacak Valley, dan pemandangannya yang menampilkan pemandangan panorama kabupaten Semarang seperti Puncak Darajat. Tiket masuknya murah, pengelolaannya profesional. 


Magrib itu saya tiba di Bandara Husein Bandung. Di pintu parkir saya mendengar dua opsi pembayaran dari petugas pintu parkir. Untuk parkir selama tiga hari ini saya harus membayar mahal. Tapi saya maklum karena parkiran di sini padat sekali. Keluar dari area Bandara bertemu dengan macet yang menghiasi Bandung setiap waktu pulang kerja. Baru sekitar pukul sepuluhan saya pun tiba di rumah kembali, bertemu dengan anak dan istri yang telah tidur lelap.