Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Selasa, 27 Juli 2021

Memperluas Penetrasi Literasi Digital

Tantangan terbesar pemerintah dlm #literasidigital adalah menjangkau masyarakat yg enggan atau tdk punya waktu utk membangun kemampuan literasi digitalnya. Saya menduga, warganet yg berinteraksi secara tdk etis di sosmed atau buta digital umumnya enggan menyengajakan diri mendengar ceramah etika digital. Dugaan ini menarik utk dibuktikan melalui survei.

Cara efektif utk menjangkau seluruh pengguna perangkat digital mungkin bukan dgn seminar insidental, tetapi dgn mengintegrasikannya ke dlm sistem / kurikulum pendidikan wajib. Integrasi tsb menjadi jaminan setiap WNI yg melewatinya akan mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap literasi digital. Kurikulum memberi kesempatan bagi stakeholders utk mengukur kemampuan kompetensi literasi digital setiap jenjang dan setiap tahunnya.

Buta digital di era digital seperti buta aksara di masa kolonial.

#PersepsiCahyana

Logika Makan 20 Menit

Entah sebagian warganet itu usil atau benar-benar julid sehingga tidak mau menanggapi aturan makan 20 menit di RM (Rumah Makan) secara logis. Fahami dan terapkan saja aturannya dengan logis, 20 menit terhitung setelah makanannya tersaji. Kalau ada makanan yg waktu memakannya lebih dari itu, take away saja. 

Aktivitas menyiapkan makan tidak bisa diatur secara kaku, setiap jenis dan ukuran makanan punya durasi waktu penyiapan yang berbeda. Kalau durasinya tidak terpenuhi, makanan tidak akan tersaji secara layak, dan tentunya pelanggan akan kecewa. Sementara aktivitas pelanggan setelah makan bisa diatur. 

Di masa PPKM, kebiasaan sebagian pelanggan seperti saya yg menjadikan kunjungan ke RM sebagai rekreasi / kumpulan dengan keluarga / teman harus ditiadakan dulu demi kepentingan umum. Dicukupkan hanya dengan memuaskan keinginan menyantap makanannya saja, khususnya yang hanya tersedia di RM tersebut; setelah selesai makan langsung pergi. Di beberapa RM, saya harus menunggu waktu penyajian yang tidak secepat RM Padang. Di masa menunggu itulah kita bisa ngobrol atau internetan dengan tetap menerapkan prokes.

Pembuat konten bisa menjadikannya sebagai konten pembuktian, apakah benar memakan makanan yang tersaji di RM itu membutuhkan waktu lebih dari 20 menit? Tapi aktivitasnya makan saja ya, jangan sambil ngobrol di dunia maya atau di dunia nyata. Pengalaman saya pribadi, kalau makan sambil ngobrol, kerja daring, atau interaksi sosial yang penting di dunia maya, memang membutuhkan waktu makan yang lebih lama. Harapannya bisa teridentifikasi jenis makanan apa yang bisa dimakan di RM, dan mana yg harus take away.

Hari ini, 27 Juli 2021, saya makan siang di rumah makan nasi Padang. Di sana hanya ada 3 pengunjung saja yg makan di lokasi. Saya memilih ruang belakang yg tdk ada pengunjung sama sekali. Duduk rapat dinding utk menjauh dari perlintasan pengunjung. 

Setelah makanannya tersaji, stop watch pun dinyalakan. Saya berusaha utk bersikap senatural mungkin. Setelah selesai makannya, stop watch pun dihentikan. Ternyata saya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit utk makan siang tsb, hanya setengah persen dari waktu yg ditentukan oleh pemerintah.


#PersepsiCahyana

Saat Saya Kelaparan

Suatu hari di masa muda saya pernah kelaparan, tidak punya uang yang cukup untuk membeli makan. Lalu Tuhan mengaruniakan fikiran utk memakan buah-buahan yg tumbuh di kebun dengan bumbu sekedar garam. Itulah usaha yang dilakukan kala itu untuk mengisi perut. Memang bukan makanan yang mengenyangkan, tetapi terasa lebih dari cukup. 

Apabila melihat ibadah pada Tuhan Sang Pemberi Rejeki yang belum seberapa, dosa yang ada, nikmat tersebut terasa belum layak saya terima. Saya tidak meminta bantuan kepada lingkungan sekitar, atau keluarga, atau kepada Tuhan selama Tuhan masih menunjukan jalan keluarnya. Cukuplah sabar dan syukur sebagai wasilah untuk mendapatkan pertolongan Nya, Tuhan memberikan jalan rejeki yang tidak disangka-sangka kepada hambanya yang bertakwa. 

Syekh Abdul Qadir Jailani r.m. mengajarkan kepada muridnya, bahwa beliau meminta kepada Tuhan apabila sudah sama sekali tidak mampu berusaha.

Minggu, 25 Juli 2021

Organisasi dan Luapan Out-of-the-Box

Dialog antar personal secara tertutup atau sesi berbagi pengetahuan secara terbuka dapat menjadi media pengukuran keselarasan setiap orang dgn organisasinya. Setiap gerak langkah atau putaran roda organisasi hrs sejalan dgn visi, misi, tujuan, sasaran, dan prokernya. 

Setiap orang harus dapat mengendalikan gerakannya dan setiap elemen yg menggerakannya. Setiap kekuatan di dlm organisasi dan kesempatan yg ada di luar organisasi, serta sumber daya yg dapat diakses di kedua sisi tsb harus dimanfaatkan utk melengkapi, menggerakan, meningkatkan kecepatan, atau memperbaiki roda organisasi. 

Pemikiran atau usaha orang2 yg out-of-the-box berikut hasil kerjanya merupakan hasil interaksinya dgn dunia luar yg kondisinya berbeda dgn kondisi organisasinya. Interaksi tsb merupakan kebiasaan orang yg tdk "kurungbatokeun" atau tdk "seperti katak dlm tempurung". Pemikiran atau usaha tsb baru bisa dimengerti atau diterima oleh organisasinya di saat kebutuhan masa depan organisasi yg telah diupayakannya sdh mulai muncul ke permukaan, atau ada praktik terbaik dari pesaing yg memperoleh daya saing atau keuntungan kompetitif dgn menerapkan pemikiran atau melakukan usaha tsb.

Organisasi hrs memberi ruang inovasi & kreativitas selama tdk melemahkan organisasi atau menimbulkan hambatan eksternal organisasi. Inovasi dan kreativitas merupakan kunci sukses organisasi, fase akhir literasi organisasi yg tdk boleh diabaikan. Secara teori, lingkungan yg inovatif dan kreatif tdk mudah terwujud dlm sistem kepemimpinan terpusat. 

Sementara itu, luapan inovasi dan kreatifitas itu merupakan kecenderungan, sehingga cenderung sulit dibendung. Luapannya bisa menggenangi organisasinya saja, atau meluap hingga sampai ke pesaingnya apabila kondisinya bukan merupakan aset bernilai bagi organisasinya atau organisasinya tdk memproteksi aset tsb. 

Rabu, 21 Juli 2021

Altruisme Mengokohkan Pembatasan Sosial Luas

Sumber Gambar: https://news.detik.com/berita/d-5026437/banyak-cara-antarkansemangat-untuk-pejuang-transportasi-saat-pandemi

Saya memperhatikan, di kita bansos menjadi satu2nya yg sering disebut warganet sebagai penyambung hidup di kala terdampak kebijakan pembatasan sosial secara luas. Padahal di medsos, saya melihat ramai penggalangan dana oleh NGO di saat terjadi krisis kemanusiaan atau konflik di LN. 

Masih teringat kisah penggalangan dana utk pembelian kapal selam yg sukses mengumpulkan banyak dana, sekalipun tdk sampai berhasil membelinya. Sementara itu potensi zakat di Indonesia tdk kalah besarnya. 

Ketika Pakistan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial lebih luas untuk memerangi virus corona, sebuah hukum Islam tentang kedermawanan (zakat) telah membantu menyelamatkan mereka yang sedang tidak bisa bekerja. 

Lihat: https://www.google.co.id/.../indonesia/vert-tra-52194435.amp

Warganet hanya perlu mengkampanyekan Altruisme dan melawan Egoisme utk menguatkan ikhtiar pembatasan sosial yg luas utk menangani pandemi. Idul Adha mengajarkannya kpd penduduk muslim. Sumber dayanya sdh ada, hanya apakah mau bahu membahu dgn mengabaikan perbedaan dan ketidaksukaan, atau tdk? Ingatlah bahwa kita ini manusia, dan kita ini satu bangsa. 

#PersepsiCahyana

Senin, 19 Juli 2021

Tipu Daya Ketaatan yg Merupakan Ketidaktaatan


Syarat yg hrs dipenuhi utk berhaji adalah telah divaksin 2x dan disiplin menjaga jarak. Di sini, vaksinasi dan salat dgn menjaga jarak masih dipermasalahkan. Begitu pula dgn wacana vaksinasi 2x sebagai syarat perjalanan. 


Dgn mudahnya kalangan awal menyebut ketaatan kpd upaya vaksinasi dan prokes yg diberlakukan oleh pemerintah sebagai ketaatan kpd selain Allah, entah siapa yg mempengaruhinya. Padahal sdh jelas ulama telah menunjukan kesesuaian vaksinasi dan prokes tsb dgn ajaran agama, bahkan sudah dipraktikan di tanah suci. 

Wajib bagi kalangan Aswaja utk mentaati kebijakan pemerintah yg sejalan dgn agama. Hal berbeda dgn kaum Khawarij dan semisal lainnya yg menjual agama demi syahwat politik. Istilah yg digunakan kalangan radikal utk ketaatan model demikian adalah ketaatan kpd toghut atau arbaban min dunillah.

Kalau membaca fatwa al-Azhar Mesir terkait salat ied di rumah, dapat disimpulkan bahwa ketaatan kpd prokes yg seperti demikian itu sama dgn ketaatan kpd Allah, dan pelanggarannya merupakan perbuatan dosa. 

Dewan Ulama Senior Al-Azhar menyatakan di dalam fatwanya, "Setiap orang yang mengundang kerumunan massa seperti itu untuk berdoa dan memohon ampunan, padahal telah nyata bahaya yang mengancam, dinilai telah berdosa dan melanggar hukum Allah. Agama meminta agar mereka berdoa kepada Allah di rumah masing-masing, dengan penuh kekhusyukan dan kerendahan hati, memohon agar Allah menganugerahkan kesehatan, mengangkat wabah ini, dan bencana segera sirna dari semua orang".


Bahkan Dewan Ulama Senior Al-Azhar memutuskan, diperbolehkan secara syar’i untuk meninggalkan shalat Jumat dan shalat berjamaah sementara waktu sebagai upaya menghentikan penyebaran virus corona yang membahayakan. Walau demikian, tetap wajib hukumnya mengumandangkan azan pada setiap waktu shalat. Pada setiap azan, muazin diperbolehkan mengumandangkan “Shollu fii buyuutikum (shalatlah di rumah kalian)”.


Lucunya, ada kalangan awam yg mempertanyakan, apakah ulama yg berfatwa seperti itu tergolong ulama baik atau buruk?. Ia berupaya menolaknya hanya berbekal kitab kitab Safinah. Selevel gurunya saja banyak yg menaruh hormat kpd Dewan Ulama al-Azhar dan ingin belajar di Universits al-Azhar. 

Sungguh merupakan talbis iblis apabila seseorang berfikir utk mentaati Allah, atau tdk mentaati selain Allah, tetapi dgn cara yg berlawanan, yakni menegakan ketaatan dgn amal ketidaktaatan. Hidup kita akan kembali normal baru kembali dgn herd immunity setelah kebijakan vaksinasi dan prokes ditaati dan sukses dilaksanakan.

#PersepsiCahyana

Rabu, 14 Juli 2021

Ikhtiar Tanpa Atribut Agama

Mencari uang hrs seperti akang beca ini. Ia punya tanggung jawab menafkahi keluarganya. Tdk berhenti kerja dan berharap bansos, walau mungkin jumlah konsumennya menurun terimbas PPKM. Memang serba salah, dgn PPKM konsumennya menurun krn banyak yg diam di rumah; tanpa PPKM pun mungkin kondisinya sama krn banyak konsumennya yg sakit dan meninggal.

Saat ditemui, akang becanya bilang beberapa hari ini blm mendapat penumpang. Sebenarnya penumpang menurun sejak ojek online tumbuh berkembang. Dan di masa PPKM ini, penumpangnya semakin sepi. Menurut saya, ada dua solusi utk akang ini, perusahaan digital memberi layanan digital sebagaimana halnya ojek, atau upgrade usahanya menjadi ojek online.

Lembaga penggalang dana kemana ya? Kenapa iklannya muncul di medsos saat ada krisis kemanusiaan di luar negeri. Bahkan penggalangan dananya dilakukan di perempatan jalan sambil bawa bendera negara yg dibantu dan atribut agama. Saat PPKM, atribut agama itu di lingkungan saya hilang di telan bumi, seakan tdk laku jadi "alat pemasaran" utk penggalangan dana bagi warga terdampak PPKM. Yang terlihat anak kecil yg membawa kotak dan orang berjoget dalam baju karakter sedang mencari sesuap nasi.

Kita sebenarnya tdk butuh atribut agama utk membantu kesulitan orang seperti akang penarik beca, cukup bermodalkan rasa kemanusiaan saja, dan usaha semampunya, minimal berbagi konten informasi atau gagasan di medsos, dukungan imateri atau bantuan materi. Kalau hati tdk tergerak, agama bisa dijadikan terapi bagi mereka yg punya agama, tdk perlu "dijual" utk mengambil keuntungan bisnis penggalangan dana.

Sabtu, 10 Juli 2021

Penapisan Sebelum Mengabsolutkan


Semuanya kembali kpd hati dan lingkungan. Kalau rumus absolut diterapkan di dalam hati, maka semua masukan berupa data negatif bisa diproses menjadi informasi yg positif. Tetapi kalau intensitas data negatifnya tinggi sehubungan dgn arus data yg besar dari lingkungan interaksi sosialnya, pemrosesan absolutpun bisa jebol juga. 

Kalangan intelek hanya tertolong oleh satu hal, yakni sikap rasional, atau kemampuan menapis di fase sebelum mengabsolutkan yg membuatnya hanya bisa menerima masukan berupa data valid. Ada banyak dari mereka yg akhirnya menemukan kebenaran walau berangkat dari kondisi skeptis. Sebesar-besarnya arus data, kaum rasionalis bisa mendayung ke tepian, sehingga tdk tenggelam dan terliputi data negatif yg menghilangkan akal dan rasa.

#PersepsiCahyana

Guyub dan Solutif di Masa Bencana


Saat ada ruang kosong yg belum terisi oleh pemerintah, maka biasanya dlm lingkungan guyub/rukun yg solutif, masyarakat berinisiatif mengisinya utk membantu pemerintah, terpanggil oleh negaranya utk mengabdi. Misalnya, kalau dana bansos di masa PPKM tdk ada atau kurang, maka masyarakat dapat berpartisipasi dgn mengadakan atau menambahinya. Di lingkungan sebaliknya, masyarakat memberatkan beban pemerintah dgn doa buruk atau lainnya.

Di lingkungan yg baik, masyarakatnya mengembangkan prasangka baik, misalnya: mungkin pemerintah lupa, sehingga perlu diingatkan; atau mungkin pemerintah punya beban pembiayaan lain yg sama pentingnya, seperti vaksinasi, pengobatan, atau lainnya, sehingga perlu dibantu. Saya pribadi percaya, di lingkungan yg demokratis dan modern seperti sekarang ini, di mana penguasa dipilih oleh rakyat secara langsung, tdk ada penguasa yg bertujuan utk menghilangkan kesejahteraan rakyatnya utk meningkatkan kesejahteraan dirinya sendiri seperti halnya raja atau kaisar atau pewaris tahta kekuasaan dari keluarga di masa lalu.

Kembali ke sampel solusi. Kalau masyarakat tdk bisa melunasi cicilannya krn penghasilannya menurun akibat terdampak penanganan bencana pandemi, ada dua pilihan bagi masyarakat: 1) Menjual aset cicilan tsb bila tdk produktif; atau 2) Gerakan pembebasan hutang memperbesar kampanyenya, sehingga tersedia dana yg besar utk menutupi banyak cicilan aset produktif masyarakat terdampak bencana. Produktif dlm arti mempengaruhi kebutuhan mendasarnya. Kalau asetnya konsumtif, misalnya aset lebih, seharusnya dijualpun tdk apa2, sekiranya tdk lagi punya tabungan yg bisa dimanfaatkan. Kalau tdk mau menjualnya, ya berarti tamak atau tdk ingin berkorban utk kepentingan bangsa dan negara.

Bencana harus dijadikan ajang menambah kawan dan bukan musuh, agar psikologi kita tdk terganggu. Bencana harus dijadikan ajang menambah pahala kebaikan dan bukan keburukan, agar masa depan kita lebih baik. 

#PersepsiCahyana

Kamis, 08 Juli 2021

Ulah Sompral

Waktos seeur jalmi nu kainfeksi dirawat di RS, aya sapalih jalmi nu nyapirakeun kondisi eta ku cariosan, "Ah, paling oge covidisasi, nu puguh mah nuju perubahan musim"

Disangki na kalangan Medis mutuskeun jalmi kainfeksi teh ku cara ngetang kancing. Disangki na jalmi nu ngantri ka IGD teh olo-olo, teu keresa ngobatan nyalira panyawat na di bumi ku jajamuan. 

Teras urang teh ku Allah diuji deui. Nu seeur kajantenan teh ayeuna mah jalmi nu parupus. Pasti aranjeuna ayeuna bingung bade nyalahkeun kanu musim naon, da saumur-umur nu karaos ku abdi mah asa nembean hampir sadaya WhatsApp Group aya wae berita nu pupus. 

Kade ujang, nyai ... eta cariosan na kedah dijagi. Ulah sompral deui kanu ujian Allah. Hayu sauyunan sareng pamarentah dina ikhtiar nurunkeun penularan virus. Sing sabar mayunan kebijakan nu ngabates lengkah urang di luar bumi. Naon hartos na "Bebas ti na Batesan", pami bebas na eta aya di luhureun layon jalmi nu rentan ku infeksi virus nu sakitu seeur na.

Selasa, 06 Juli 2021

Pakar dan Pemerintah Harus Bersinergi di Masa Pandemi


Dlm kondisi bencana luar biasa seperti ini, siapapun yg merasa diri sebagai pakar tdk boleh merasa paling benar, sekalipun pendapatnya memang benar. Sebab ada banyak jalan benar menuju satu tujuan dgn efektifitas yg beragam yg dimiliki oleh banyak pakar. Para pakar cukup memberi nasihat jalannya kpd pemerintah, setelah itu kewajibannya gugur.

Bila pemerintah mengambil jalan pakar lain utk tujuan yg sama dan ternyata belum efektif, maka masih ada kewajibannya utk memberi nasihat jalan ke depan. Tdk perlu menyalahkan apa yg sdh terjadi di masa lalu, apalagi ekspresinya disampaikan di ruang publik. Sikap tsb tdk bermanfaat utk penanganan bencana; hanya membuka pintu pengakuan, di mana ada banyak orang yg akan membenarkannya dan menyalahkan selainnya.

Sekarang ini kita semua perlu solusi dan kerjasama, bukan pengakuan siapa yg paling benar, bukan sekedar menyatakan kesalahan atau kekurangan. Ancaman terhadap keselamatan banyak jiwa akan terus ada selama waktu dan energi ini habis dgn perdebatan, mempromosikan diri sebagai manusia paling benar, dan saling menyalahkan. Kesatuan pakar dan pemerintah sangat diperlukan utk menangani pandemi ini.

#PersepsiCahyana

Senin, 05 Juli 2021

Duka dan Suka di Masa PPKM Darurat


Beberapa minggu ini, saya merasa sedih krn ada lebih dari satu berita meninggal setiap minggunya yg mengisi ruang kelompok2 WhatsApp dan beranda2 Facebook. Di awal pandemi, saya melihat kenaikan angka positif di bawah 100 orang. Sekarang ini seakan jumlah konten pasien positif tsb terkalahkan oleh jumlah konten kematian krn dampak Covid-19. Bukan hanya suara ambulance yg lalu lalang, malaikat maut tak bersuara pun seakan nampak berlalu lalang.

Saya tdk takut dgn kondisi tsb, tetapi sedih. Tahun yg lalu Tuhan menunjukan lonjakan angka kasus paska mudik, dan tahun ini kita tdk berhasil memperbaiki nasib krn masih banyak yg tdk perduli dgn angka statistik tsb. Saya tdk ingin menyebut kita terkutuk krn mengalami kondisi yg lebih buruk dari tahun kemarin. Saya ingin menyebutnya sebagai peringatan yg lebih keras, agar kita dapat memperbaiki diri, menjadi pribadi yg lebih terdidik, perduli dgn ujian Tuhan ini, serta bahu-membahu utk menangani kondisinya.

Pagi tadi saya berencana pergi ke dua tempat utk urusan yg penting, yakni ke bank dan klinik internis. Tempat pertama yg akan dituju adalah bank di Pengkolan. Di bunderan jalan Pramuka saya harus berbelok arah ke Ramayana krn ada penyekatan. Rupanya skenario penyekatannya seperti malam takbiran, semua jalan masuk menuju Pengkolan ditutup dan dijaga aparat gabungan. Ikhtiar ini dilakukan oleh pemerintah utk menurunkan angka kasus yg mengalami outbreak.

Saya tdk merasa kesal dgn penutupan tsb, sekalipun harus berputar2 mencari jalan keluar, krn saya berharap angka kasusnya segera menurun. Saya suka dgn adanya ikhtiar tsb. Harapannya, dgn ikhtiar tsb berdampak pada penurunan intensitas informasi kematian di WhatsApp Group dan beranda Facebook teman, menurunkan rasa sedih dan khawatir. Sebagai pemimpin keluarga, saya sangat mendukung langkah apapun yg diambil oleh pemerintah, ilmuan, dan ulama yg dapat melindungi diri, anak dan istri, orang tua dan saudara. Bersusah-susah dahulu, hidup normal baru kemudian.

Malam sebelumnya saya mendebat teman yg membagikan konten menyesatkan yg kontra ikhtiar tsb di grup WhatsApp dan sejumlah thread Facebook. Ruwaibidhah yg berbicara tanpa ilmu dan merasa diri lebih ahli dari ahli memang menyebalkan. Mereka dan kampanyenya di medsos merupakan hambatan penanganan pandemi, membuat banyak orang yg literasinya rendah menjadi orang yg tdk terdidik karena menyangkal pendapat ahli dgn rumor dan prasangka.

Saya percaya, semakin banyak orang yg terdidik, semakin cepat bencana ini mereda. Oleh krnnya saya tdk mendiamkan Ruwaibidhah dan pasukannya yg ingin meraih kebebasan seperti yg akan terjadi negara maju tanpa mau berusaha. Mereka kehilangan akal dan rasa, sehingga lupa kalau Tuhan tdk akan merubah nasib bangsa mayoritas muslim ini menjadi seperti bangsa di luar sana, termasuk seperti bangsa Cina, kalau bangsa ini tdk berusaha.

Semoga amal sukarela yg diniatkan utk ikut berpartisipasi bersama pemerintah tsb bernilai ibadah, walau ada orang yg menyebut saya sebagai sales Covid-19 atau buzzer pemerintah. Saya senang dgn sebutan tsb dari pada disebut sales atau buzzer Ruwaibidhah yg buruk di mata Rasulullah SAW.

#BiografiCahyana

Sabtu, 03 Juli 2021

Sepenggal Ingatan Masa Kecil

Semakin berumur ingatan masa kecil semakin kabur. Sebelum menghilang, saya tuliskan dulu apa yg masih diingat semasa usia TK ke bawah. 

Saya masih ingat dibawa main oleh kakak dan teman-temannya ke tempat yg ada banyak bunga kuning. Saya juga pernah dipangku oleh kakak dan diperlihatkan cicak di depan rumah. Saya pernah dibelikan oleh kakak mobil jeep plastik berwarna hijau. Saya juga pernah dibawa nonton film layar tancab, tapi lupa lagi siapa yg bawa. Saat itu entah sdh masuk TK atau belum. 

Saat bersekolah di TK PTPN XIII Subang, saya melihat gambar polisi menempel di dinding. Lalu teman sebangku bilang, gambar tsb dibuat oleh teman kami. Saat itu saya tdk mempercayainya. Seperti umumnya anak TK saat itu, kami diajari menggambar pemandangan yg berisi dua gunung, jalan, sawah, dan burung. 

Saat jam istirahat, saya suka pergi ke meja yg di atasnya ada tumpukan balok2 kayu membentuk istana. Di rumah, saya menjadikan kotak kaset tape utk membuat bangunan. Kotak2 kasetnya banyak yg pecah krn saya mainkan. Walau demikian, saya tdk pernah mendengar orang tua marah krn hal tsb. Sampai anak pertama lahir, saya mencari balok2 tsb di toko mainan utk dimainkan anak. Tetapi yg ada di masa kini adalah lego.

Suatu saat saya dan teman2 dibawa ke luar TK, menyusuri jalanan desa sekitar TK sambil berbaris. Di depan TK ada perosotan dan lainnya. Saat itu saya tdk berani menaiki palang besi bertingkat krn merasa terlalu tinggi. Walau demikian, di rumah saya malah suka memanjat lemari tiga tingkat hingga ke atasnya. Perkiraan, tinggi saya saat itu hampir sama dgn dua tingkat lemari. 

Suatu ketika ada kunjungan ke LANUD Kalijati yg tdk jauh dari TK. Saat itu pesawat nampak tinggi, mungkin krn tubuh saya saat itu masih kecil. Di sana saya dgn salah seorang teman bermain di unit kendaraan pemancar yg ada banyak instrumennya. 

Pernah suatu ketika saya dibawa ibu ke pasar utk membeli baju aparat militer. Seingat saya warnanya putih / Angkatan Laut. Rupanya baju itu digunakan utk keperluan pentas dlm acara di TK. Waktu itu saya dilatih menyanyikan lagu anak-anak, lalu manggung bersama teman lainnnya dgn mengenakan seragam tsb. 

Sepulang dari TK saya singgah dulu di rumah teman sampai dijemput bapak atau temannya bapak. Rumah teman adalah rumah milik perkebunan, bentuknya panggung. Teman yg tinggal di rumah itu memiliki banyak mainan mobil yg tertata di dalam lemari. Saat itu mobil tsb nampak berukuran besar. 

Kami sering main di bawah rumah panggung nya. Permainan yg sering dimainkan adalah membuat serabi. Awalnya tanah dikumpulkan, lalu air dituangkan di tengahnya. Setelah itu tanah basah itu dipisahkan dari tanah lainnya, sehingga terbentuklah kue serabi tanah. 

Kami juga pernah diajari cara membuat senjata dari pelapah daun pisang. Sangat mudah membuat dan memainkannya. Yg sampai sekarang tdk bisa ditiru adalah membuat wayang dari daun singkong. 

Kami juga pernah main ke pabrik tempat bapak bekerja. Di sana ada lori yg biasa digunakan utk mengangkat lateks. Rel lori tsb menarik perhatian saya, dan saat itu saya sama sekali tdk tahu kereta api. 

Saya berangkat dgn bapak naik motor dgn duduk di atas tanki bensinnya. Pulangnya saya suka dijemput teman bapak dan naik mobil jeep biru inventaris kantor di kursi belakang. Dgn menggunakan mobil yg sama saya pernah diajak bapak pergi ke Ciamis. Saat itu saya blm memiliki rasa kesal atau bosan menempuh perjalanan jauh tsb, sehingga dgn psikologi demikian, perkiraan usia saya masih sangat kecil.

#BiografiCahyana

Jumat, 02 Juli 2021

Mendulang Pahala di Rumah Saat Penyakit Merajalela

Outbreak atau wabah adalah ujian yg mendatangkan pahala syuhada.

Dari Siti Aisyah RA, ia berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha‘un, lalu Rasulullah SAW memberitahukanku, dahulu, tha’un adalah azab yang Allah kirimkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Maka tiada seorang pun yang tertimpa tha’un, kemudian ia menahan diri di rumah dengan sabar serta mengharapkan ridha-Nya seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan menimpanya selain telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid (HR. Bukhari, Nasa’i dan Ahmad).

Dari 'Uqbah bin 'Amir RA, suatu ketika, ia bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu keselamatan?"

Rasulullah SAW menjawab, "Jaga lisanmu, tetaplah di rumahmu, tangisilah dosa-dosamu."

(HR. Tirmidzi, 2406)

Menurut Tuhfah Al-Ahwadzi, ungkapan "tetaplah di rumahmu" dapat dimaknai agar menyibukkan diri beribadah kepada Allah di rumah. Sementara menurut Faidh Al-Qadir, maksudnya adalah tindakan menjauh dari kerumunan yang lebih-lebih dilakukan pada masa fitnah, yakni ujian atau bala. Dan ungkapan "tangisilah dosamu" dapat dimaknai sebagai imbauan agar umat bertaubat.

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri  (QS An-Nisa, 79), dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (QS asy-Syura, 30)

#PersepsiCahyana

Kamis, 01 Juli 2021

Bersyukur Tidak Di-PHK

Sore tadi saya belanja ke salah satu supermarket di Garut dgn berbekal daftar belanjaan yg dikirimkan oleh istri melalui WhatsApp. Biasanya istri yg belanja, dan saya hanya mengantarnya saja. Namun krn istri baru melahirkan, kegiatan rutin bulanan tsb saya tangani. Beberapa jam sebelumnya, saya juga menggantikan kegiatan belanja istri utk memenuhi stok makanan anak selama satu bulan. Kami melakukannya utk mencegah anak keluar rumah selama kondisi pandemi masih outbreak. 

Ternyata belanja itu melelahkan, karena ada aktivitas selain berjalan, yakni menafsirkan sejumlah item dlm daftar belanja tsb. Ada beberapa item yg saya tdk mengetahuinya, seperti misalnya bumbu dapur merk tertentu. Google membantu saya menemukan kemungkinan wujud item tsb. Dan saya merasa risi saat membeli pembalut wanita, apalagi di sana hanya ada kaum hawa saja.

Di lift itu saya turun ke GF bersama pegawai supermarket. Saya bertanya kepadanya tentang jam tutup supermarket. Ia menjawab supermarket tutup jam 7. Dari jawaban tersebut saya menyimpulkan kalau kebijakan pembatasan jam operasional Pemkab Garut sudah efektif berjalan. 

Teteh pegawai supermarket tersebut mengatakan kalau sekarang kerjanya tdk setiap hari, tetapi selang satu hari, di hari genap saja atau ganjil saja. Ia bersyukur masih bisa bekerja dan tdk di-PHK.

Saya merasa sedih mendengarnya, ternyata pandemi ini sangat memukul ekonomi banyak perusahaan dan pekerjanya. Dgn informasi tersebut saya lebih meyakini arti penting kebijakan, protokol kesehatan, dan vaksinasi yg merupakan ikhtiar penanganan pandemi. 

Saya semakin heran dgn orang yg melawan ikhtiar tsb, sehingga pada akhirnya ia mengeluh atas dampaknya. Tdk sedikit orang seperti mereka yg menyebut dampak tsb sebagai kondisi yg sengaja diciptakan oleh kalangan medis atau farmasi utk bisnis, dan diciptakan oleh pemerintah utk menyulitkan rakyat. Bagi saya, orang yg kondisinya demikian itu sangat menyedihkan, karena ia tdk menyadari keburukannya dan tdk berhenti menambah keburukannya. Ada banyak orang yg terdampak olehnya, seperti mengalami kesulitan beraktivitas dan keuangan, hingga kehilangan orang yg dikasihinya atau kehilangan nyawanya sendiri. 

Saat iktiar tsb diindahkan, secara tdk langsung kita telah turut serta memulihkan kondisi ekonomi. Semakin cepat pulih, para pegawai seperti teteh tsb akan dapat bekerja seperti sedia kala. Ikhtiar ini harus dilakukan oleh kita semua, utk kesejahteraan bersama.  

#BiografiCahyana