Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Minggu, 29 November 2020

Sirnanya Cinta Buta oleh Pengetahuan

Di masa remaja dulu, sebelum lulus kuliah, ada dorongan besar utk mendukung apapun yg berbau Islam. Semangat ini meluap, melampaui ilmu. Namun seiring dgn pertambahan usia, pengetahuan, dan pergaulan, semangat ini menjadi lebih bisa dikendalikan agar tdk dipimpin oleh perasaan, tetapi dipimpin oleh ilmu. 

Saat itu, amrik nampak sebagai musuh besar Islam seperti pandangan Khomeni, sehingga kampanye di kalangan aktivis yg menempatkan Osama sebagai pahlawan Islam sangat mudah utk diterima. Revolusi Islam di Iran nampak seperti mimpi yg menjadi kenyataan, sehingga ingin menjadi bagiannya, tanpa tahu perbedaan Syiah dan Sunni. Khilafah dan darul Islam menjadi mimpi setiap saat, tanpa tahu apa itu khilafah dan darul islam. Kepala ini selalu memiliki jalan utk membenarkan kekerasan atas nama jihad atau amar ma'ruf nahyi munkar yg muncul dalam pemberitaan. Hayalan mengangkat senjata di medan jihad menjadi hiburan. 

Namun seiring dgn bertambahnya asupan pengetahuan dan meluasnya pergaulan, ghiroh ini semakin bisa dikendalikan. Saya menjadi lebih selektif dlm memilih siapa yg harus saya benarkan amalnya yg dilakukan dgn mengatasnamakan nama Islam. Saya mulai memahami pentingnya moderasi beragama dlm mewujudkan tatanan kehidupan plural yg baik. Pemahaman tsb meruntuhkan pemahaman sebelumnya yg berfikir kalangan puritanlah yg dapat memimpin umat di atas keragaman pendapat keagamaan. 

Sekarang ini, pemahaman persaudaraan ini meluas, tdk hanya sebatas kalangan yg sefaham saja, tetapi menjadi persaudaraan islam, kebangsaan, kemanusiaan, dan kemahlukan. Setiap kekerasan yg ditujukan kpd siapapun terasa menyakitkan, sekalipun pelakunya dipandang oleh sebagian kalangan sebagai pejuang Islam. Musyawarah mufakat menjadi lebih bermakna, sehingga ada kecenderungan utk menerapkannya dlm rangkaian aktivitas bersama siapapun, bahkan  dgn murid sekalipun. 

Konten atau ilmu dan kawan pergaulan sangat menentukan perubahan tsb. Gelapnya cinta buta sirna oleh terangnya cahaya pengetahuan. Jalan menuju cahaya tersebut diantaranya adalah memperhatikan masukan atau nasihat. Namun butuh waktu yg tepat atau hidayah utk dapat mengindahkannya. Nasihat itu mudah utk didengarkan setelah membiasakan utk menasihati diri sendiri.

Faktor pengubah penting lainnya adalah lingkungan pergaulan yg menjadi pintu masuk menuju sumber pengetahuannya. Bila lingkungannya ekstremis, maka semakin bertambahan pengetahuan ekstremnya. Bila lingkungannya moderat, maka semakin bertambah pengetahuan moderatnya. 

Benarlah apa yg disabdakan Nabi SAW, "Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang buruk, bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu, engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak sedap.” (HR. Imam Bukhari).

Ibnu Hajar Al Asqalani dlm Fathul Bari menjelaskan, "Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.

#BiografiCahyana

Untuk Janji dan Kebahagiaan

Satu tahun yg lalu, tepatnya tanggal 29 November 2019, saya sendirian menyetir mobil ke Bandung utk menjemput Prof Didik Sulistyanto di Bandara Husein. Rencananya beliau akan mengisi kegiatan workshop proposal penelitian dlm acara yg saya selenggarakan di kampus. Komunikasi dgn beliau terjalin sejak saya mengikuti kegiatan yg sama di Cimahi.

Beliau tiba di Bandara Husein pada sore hari. Saya langsung menyapa beliau begitu melihatnya di gerbang keluar. Kemudian kami beranjak ke tempat di mana kendaraan saya terparkir.

Sepanjang perjalanan itu saya berbincang banyak dgn beliau. Ternyata beliau sosok rendah hati yg religius. Sekilas saya mendengar obrolan beliau melalui telp tentang manfaat salat malam dan mandi sebelum subuh. Beliau duduk di samping kiri saya, sehingga saya dapat mendengar dgn jelas sebagian obrolan beliau dgn seseorang di telp tersebut.

Kami memutuskan salat maghrib di rest area. Selepas salat, kami berbincang sebentar. Dlm perbincangan itu, saya bertanya seputar usaha alternatif di luar pekerjaan yg bisa dijalankan oleh dosen. Beliau menyarankan kpd saya utk menjalankan usaha kost mahasiswa, dgn mencontohkan usaha serupa yg beliau jalankan.

Keesokan harinya, selepas kegiatan, saya mengantarkan beliau dan pak Muhammad Said Hasibuan ke statsiun kereta api Cibatu. Seperti di awal, saya kendarai sendiri mobilnya. Sebelum masuk mobil, saya telp dulu beberapa dosen yg menjadi panitia utk memastikan kegiatan dapat selesai sampai akhir dgn baik.

Di tengah perjalanan, prof Didik memberi masukan agar saya dapat mendistribusikan pekerjaan dlm kepanitiaan, sehingga tdk perlu menjemput dan mengantarkannya sendirian. Saya tdk menyampaikan kepada beliau kalau anggota tim pelaksananya sedikit orang dan ibu-ibu semua, sehingga tdk bisa menyuruh salah satunya utk antar jemput atau menemani saya dlm antar jemput. Saya sampaikan bhw menjemput dan mengantar pulang orang berilmu seperti beliau merupakan suatu kehormatan, seperti mahasiswa menghormati mahaguru, sekalipun saya blm pernah menjadi mahasiswanya.

Kegiatan ini saya selenggarakan dgn uang pribadi dan uang pendaftaran peserta kegiatan, utk menghantarkan pengetahuan Prof Didik kpd kolega di kampus dan peserta lainnya, dan utk menepati janji menghadirkan beliau ke Garut. Kegiatan ini juga merupakan realisasi dari keinginan utk menyelenggarakan kegiatan seperti yg diikuti di Cimahi. Ibu Dewi Tresnawati yg ditugaskan bersama saya utk mengikuti kegiatan di Cimahi juga antusias dgn keinginan tsb, dan turun membantu dlm pelaksanaannya.

Insya Allah, selalu ada jalan utk berbuat baik dlm berbagai hambatan atau keterbatasan. Kegiatan seperti ini tdk jauh beda dgn kebiasaan mentraktir teman di masa bujang dulu yg dilakukan utk menambah kebahagiaan diri dgn rasa senang yg muncul dlm hati teman. Saya senantiasa diingatkan oleh ayat dalam surat Ali Imran, sehingga tdk merasa ragu sedikitpun kpd pertolongan Allah dlm melaksanakan kegiatan yg telah diazamkan.

"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah" (QS Ali Imran: 159)

Ayat lainnya yg sering disampaikan oleh alm Mas Yudho senantiasa menjadi penyemangat dlm melaksanakan amal kebaikan. Oleh karenanya saya tdk merasa risau dgn seberapa mampu saya mewujudkan rencana kegiatannya. Dikaruniakan sedikit keberhasilan saja sudah lebih dari cukup bagi saya yg mungkin tdk layak menerima karunia tsb.

"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan larangan-Nya), niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya), serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya, dan (Ingatlah), barangsiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendaki-Nya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu.” (QS At-Talaq: 2-3)

Sabtu, 28 November 2020

Saya Bukan Lektor Agama

Semasa sekolah dulu, saat aktif di masjid desa, ada masanya bagi remaja masjid utk menyampaikan ceramah subuh secara bergiliran di bulan Ramadhan. Saya termasuk yg mendapat giliran. Saat itu saya menyajikan materi terkait firman Allah yg artinya sebagai berikut:

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS Ali Imran: 31)

Tdk seperti biasanya, sesepuh masjid naik ke atas mimbar setelah saya turun. Beliau mengekpresikan rasa senangnya dgn materi yg saya sampaikan. Entah bercanda atau serius, beliau mempersilahkan saya utk berjodoh dgn keturunannya yg mana saja. Suaranya terdengar ke mana-mana krn disampaikan melalui speaker menara masjid. Fikiran saya belum sampai ke sana, sehingga saya tdk memikirkan ucapan beliau lebih jauh. Selepas itu, ibu-ibu di kampung yg kebetulan menyimak suara dari menara masjid ramai menanyakan perihal orang yg dimaksud oleh sesepuh masjid.

Selama aktif di Generasi Muslim al-Muhajirin, saya sering berbagi pengetahuan keagamaan dgn sesama remaja masjid. Walau demikian, saya tdk mengisi pengajian remaja masjid sebagaimana dilakukan oleh teman lainnya. Saya lebih sering diskusi dgn satu atau dua orang saja. 

Saat kuliah saya dikondisikan orang tua utk mondok di ponpes mahasiwa. Selama kuliah itu saya banyak membaca buku agama dan menuliskan kembali hasil bacaannya dlm buletin yg disebarkan di antara teman dekat sebagai bahan diskusi, dan ditempelkan di papan informasi kampus. Terkadang saya juga menuliskan hasil perenungan berkenaan dgn masalah dunia nyata dlm bagian khusus di Buletin tsb. Oleh krnnya, buletin itu saya namai Persepsi. 

Bila saatnya Ramadhan tiba, saya buatkan ringkasan materi dari Fiqh Sunnah di dalam Buletinnya, agar teman2 turut menikmati pengetahuannya. Saya juga membuatkan ringkasan aurod harian yg diamalkan dari Buku Dzikr nya Prof Hasbi sebagai panduan kegiatan riyadhah remaja masjid. 

Di penghujung kuliah, kesibukan saya mulai beralih ke teknologi informasi dan komunikasi. Tetapi minat kpd pembahasan keagamaan tetap ada, sekalipun kegiatan buletin mulai menurun krn kesibukan tsb. Saya menjadikan pembahasan itu utk memperkaya atau menguji pemahaman diri saja. Saya telah dipilihkan jalan utk menjadi penceramah (lecturer/lektor) informatika, dan bukan penceramah agama. 

Saya tdk merasa diri sebagai penceramah agama, sekalipun beberapa teman memanggil dgn sebutan ustadz di dunia nyata atau maya. Mereka demikian mungkin krn melihat saya sering membicarakan soal keagamaan, kebiasaan masa remaja yg masih ada hingga sekarang. Saya selalu mengabaikan sebutan tsb, tetapi tdk menyengajakan diri utk menolaknya demi menghormati teman. Kpd mahasiswa saya sampaikan agar tdk "memakan" begitu saja "hidangan materi agama" yg saya tuliskan atau sampaikan, sebab saya bukanlah ahli agama. 

Materi agama yg saya buat sebenarnya utk konsumsi sendiri yg sengaja dipublikasikan utk mendapatkan kontribusi dari siapapun agar ada peningkatan pemahaman. Oleh krn itu saya sering merespon komentar teman atas publikasi tsb, semata utk menguji dan memperbaiki pemahaman diri sebagai bagian dari manajemen pengetahuan. Penyampaian materi keagamaan tsb bukan merupakan dakwah saya kpd orang lain, tetapi bagian dari proses perenungan utk diri sendiri. Saya tuliskan di buku atau di medsos agar ilmunya tdk hilang. 

Saya tdk cukup ilmu utk menjadi penceramah agama. Hanya dgn alasan itu, cukup bagi saya utk menolak berceramah keagamaan, kecuali sebatas pembelajaran seperti masa remaja dulu. Syeikh Nawawi al-Bantani berkata, "Orang yang berpengetahuan minim tidak layak melakukan dakwah, karena mafsadat yang ditimbulkan akan lebih besar dari pada maslahatnya". 

Saya pernah beberapa kali berceramah utk santri atau sekumpulan ustadz pondok pesantren yg datang dari berbagai tempat di Garut dan Indonesia. Materinya seputar Teknologi Informasi dan Komunikasi. Melalui forum itu kita berbagi pengetahuan, dan saling mencelupi. Sehingga penceramah agama faham sedikit ttg informatika sebagai bekal ceramahnya, dan penceramah informatika faham sedikit ttg agama sebagao bekal ceramahnya. 

Jumat, 27 November 2020

Keteladanan di Medsos

Menjaga diri di Medsos itu sangat penting, mengingat setiap orang dapat mempengaruhi banyak orang dgn konten yg disebarkannya. Amal medsos kita bisa disalahkan, tetapi juga bisa dibenarkan dan diikuti oleh satu atau beberapa atau banyak orang. Kemudian orang yg meneladani kita menjadi teladan bagi banyak orang lainnya, dan demikian seterusnya. 

Semoga kita senantiasa menjadi teladan yg baik dlm setiap amal medsos yg dilakukan, jemari kita tdk bergerak di atas gawai saat akan berbuat buruk, dan diberi Nya petunjuk bila sebaliknya, amin. 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 مَنْ سَنَّ فِـي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ ، وَمَنْ سَنَّ فِـي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِـّئَةً ، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ 

Barangsiapa yang memberi teladan (contoh) perbuatan yang baik, ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut serta pahala orang yang mengikutinya (sampai hari kiamat) tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang memberikan contoh kejelekan, maka ia akan mendapatkan dosa perbuatan tersebut serta dosa orang-orang yang mengikutinya (sampai hari kiamat) tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun. (HR Muslim)

Hobi Pengabdian Tanpa Perlu Penghargaan

6 tahun yg lalu, saat berada di tengah acara RAKERNAS Relawan TIK Menado, saya menerima telp dari panitia seleksi dosen berprestasi KOPERTIS IV, katanya saya ditunggu di Bandung utk proses seleksi tsb. Saya kaget dgn informasi tsb krn tdk ada informasi dari KOPERTIS IV ataupun kampus yg saya terima terkait kegiatan tsb. 

Kemudian saya sampaikan kpd Panitianya kalau saya sedang berada di Menado sehingga tdk bisa mengikuti kegiatannya. Lalu Panitia bertanya, apakah saya mau mengundurkan diri?. Dgn mempertimbangkan ketidakmungkinan utk menghadiri kegiatannya saat itu, sayapun menyetujuinya.

Di dalam acara RAKERNAS, ibu Mariam Barata yg saat itu menjabat sebagai Direktur Pemberdayaan Informatika DITJEN APTIKA Kemenkominfo RI menyebut saya sebagai inisiator sistem penjenjangan Relawan TIK. Sebutan tsb berkaitan dgn praktik penjenjangan dlm manajemen sumber daya Kelompok Penggerak TIK di Garut yg konsepnya diminta beliau utk dapat diadopsi di Relawan TIK Indonesia. Konsep tersebut dipresentasikan dalam RAKERNAS sebelumnya di Surabaya. 

Beberapa waktu kemudian, di tempat yg sama, saya menerima telp dari Prof Ali Ramdhani yg saat itu sudah pindah tugas ke UIN Sunan Gunung Djati. Beliau dgn suka cita mengucapkan selamat atas diperolehnya hibah PHP PTS yg saya usulkan ke DIKTI. Usulan itu saya kerjakan beberapa bulan yg silam atas permintaan beliau, saat beliau masih sebagai ketua STT Garut. Saya merasa senang dgn apresiasi tersebut. Beliau masih menyempatkan waktu mengucapkannya sekalipun sudah pindah tugas. 

Ada lima usulan yg disampaikan saat itu, 1) peralatan laboratorium non TIK sekitar 189 juta; 2) peralatan TIK sekitar 148 juta dan peralatan pendidikan sekitar 133 juta; 3) peralatan pendukung sekitar 197 juta; 4) pengadaan furniture sekitar 79 juta; dan 5) pekerjaan sipil berupa ruang multimedia sekitar 107 juta. Dalam usulannya, aula mini kampus diubah menjadi ruang multimedia yg diperlukan utk menunjang mata kuliah Multimedia. Ada banyak perangkat multimedia yg diusulkan, mulai dari audio dolby surround hingga proyektor 3D yg harganya mahal. Ruang tersebut digunakan utk keperluan penyajian konten audio dan video 3D oleh dosen dan mahasiswa. Pengerjaan proyek tsb dilaksanakan sepenuhnya oleh kampus. 

Sebagai alumni yg kebetulan ditugaskan negara membantu almamater, saya merasa bersyukur telah dikaruniai kesempatan oleh Allah utk memberikan apapun sebisanya, mulai dari amaliah relawan TIK bagi kampus, kerjasama dgn perusahaan internasional dan pemerintah luar negeri, hingga hibah tersebut. Saya melewatinya seperti air yg mengalir, tanpa rencana sedikitpun, hanya melalui pintu yg dibukakan oleh banyak orang dalam kegiatan hobi yg saya tekuni. Dalam kesempatan pengukuhan Kelompok Penggerak TIK Pelajar, di hadapan pak Menhariq Noer yg saat itu masih bertugas di Direktorat Pemberdayaan Informatika, saya nyatakan relawan TIK sebagai hobi. 

Relawan dalam bidang TIK yg dimulai semasa kuliah dulu (2002) bagi saya adalah hobi, sehingga tdk perlu apresiasi atau penghargaan utk menjalaninya. Oleh krnnya saya tdk banyak berfikir dan sama sekali tdk merasakan beban apapun saat kondisi mengharuskan saya utk tdk mengikuti seleksi penghargaan. Saya pun dapat dgn ringannya menolak tawaran pak Boni dari Direktorat Pemberdayaan Informatika yg hendak mengusulkan saya utk menerima penghargaan dari wakil presiden RI. Saat itu saya sampaikan kpd beliau bhw apa yg saya kerjakan bukanlah apa-apa, ada banyak yg lebih hebat dari saya. 

Hobi ini saya jalani dgn suka cita, semata krn berharap keridhaan Nya, baik dgn atau tanpa dukungan dan apresiasi dari manusia. Kpd Nya saya bersyukur, dan kpd manusia saya berusaha agar dapat bersyukur yg sebaik2nya. Saya merasa cukup dgn Dia yg selama ini membukakan banyak jalan, dan memberi rejeki dari jalan yg tdk disangka-sangka, muncul di saat saya dan keluarga sangat membutuhkannya. Oleh krn itu saya tdk pernah merasa risau dgn rejeki yg telah ditentukan Nya.

Kamis, 26 November 2020

Manfaat Ketidaksukaan Orang Lain

Kita lebih mudah menemukan data utk mengevaluasi kekurangan diri melalui orang yg memiliki ketidaksukaan pd diri kita, sebab mereka memiliki dorongan utk mencari data kekurangan tsb. Data itu harus diuji kualitasnya dgn sanggahan berdasarkan pengetahuan, dan diolah dgn pemikiran atau perenungan sampai menghasilkan informasi paling pas yg menggambarkan kekurangan yg diperlukan. Data yg tdk bernilai diabaikan. 

Informasi kekurangan itu tdk penting utk disampaikan kpd khalayak, sebab mereka lebih puas dgn perubahan diri kita dari pada sekedar mengkonsumsi informasi. Seseorang yg berpaling dari orang lain yg punya ketidaksukaan tdk memiliki banyak cermin diri utk melihat progress perkembangan dirinya, dan hampir tdk merubah sedikit ketidaksukaan menjadi kesukaan.

Selasa, 24 November 2020

8 Tahun Relawan TIK Garut dalam Aktivitas Tridharma


Tepat hari ini, tgl 24 November, 8 tahun yg silam, Relawan TIK Indonesia utk wilayah Garut berdiri. Penyematan personelnya secara simbolis dilakukan oleh pak Helmy Faishal Zaini yg saat itu menjabat sebagai Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal. Sedianya beliau disiapkan oleh kampus utk memberikan orasi ilmiah dalam acara Wisuda. Namun krn halangan, beliau hanya bisa hadir setelah acaranya selesai. Dan sedianya penyematan itu menurut rencana Kemenkominfo RI akan dilakukan oleh pak Cahyana Ahmaddjayadi.

Pimpinan kampus mengajak saya diskusi di salah satu ruang basecamp Komunitas TIK Garut yg sekarang jadi laboratorium Sistem dan Teknologi Informasi. Dulu Area 306 seluruhnya adalah basecamp Komunitas TIK Garut. Prof Ali meminta kesediaan saya utk memasukan pak Menteri dlm rangkaian kegiatan kampus yg saya selenggarakan selepas wisuda di tempat yg sama. Dgn senang hati permintaan itu saya iyakan. Terlebih kegiatan literasi digital tsb juga merupakan kegiatan kampus bekerjasama dgn Kemenkominfo RI, Relawan TIK Indonesia, ICT Watch, Nawala, dan lainnya. Selanjutnya saya menghubungi Kemenkominfo RI utk meminta persetujuannya, dan syukurlah permintaan tsb disetujui.

Dlm acara itu saya sibuk ke sana ke mari, sehingga tdk menyimak materi yg disampaikan oleh narasumber. Teman pengurus pusat Relawan TIK Indonesia yg menyimak narasumber memberi tahu saya kalau pak Ahmaddjayadi dlm kesempatan ceramahnya menyebut saya sebagai Cahyana junior. Kebetulan nama saya sama dengan beliau. Dlm kesempatan berbincang, beliau menyatakan keheranannya krn nama saya bisa sama dgn beliau dan sempat mengira kami ada hubungan kekeluargaan. Beberapa tahun kemudian, dalam acara Hackathon Merdeka Garut, saya disangka anak pak Cahyana Ahmaddjayadi oleh pihak Telkom Tasikmalaya. Saya tersenyum dan bilang, "ya, saya Cahyana junior".

Dalam kesempatan penyematan oleh pak Helmy, beliau mendatangi kami berempat lalu bertanya, "mana yg lulusan ITB?". Saya menjawab, "saya pak". Saya lupa isi perbincangan singkatnya, mungkin krn grogi berhadapan dengan pak Menteri.

Dalam kesempatan ceramahnya, beliau menyatakan akan memberikan bantuan kegiatan sebesar 10 juta utk kegiatan Relawan TIK di Garut dan mengajak Relawan TIK Indonesia utk ikut terlibat dalam pembangunan daerah tertinggal. Alhamdulillah, bantuan tsb kami terima melalui kampus, di mana sebagian di antaranya kami belanjakan utk keperluan pemasangan karpet di basecamp Komunitas TIK yg sering digunakan kegiatan TIK oleh Komunitas TIK di Garut.

Beberapa waktu kemudian Kemenkominfo RI mengirimkan Antaranews utk meliput gerakan ICT4Pesantren yg merupakan kolaborasi Relawan TIK Garut dengan Relawan TIK Surabaya, dalam kerangka kerjasama kampus dengan Majelis Muwasholah. Kemenkominfo RI juga mengirimkan TVOne ke Garut utk meliput kiprah Relawan TIK di Indonesia. Dlm program acara tsb, TVOne menyebut Relawan TIK Garut bermuara pada kegiatan TIK di Sekolah Tinggi Teknologi Garut.

Alhamdulillah, kegiatan Relawan TIK di Garut tetap hidup. Kampus menjaganya utk tetap berkegiatan dgn memasukannya dalam kurikulum Prodi Informatika STT Garut sebagai mata kuliah penciri lokal. Sebagai ketua tim penyusun kurikulumnya, saya menghubungkan mata kuliah Relawan TIK dgn topik Komputer dan Masyarakat. Mata kuliah tsb merupakan adopsi mata kuliah pilihan pd kurikulum sebelumnya yg bernama IT Volunteering 1 dan 2.

Dulu ketua prodi Informatika mengusulkannya masuk ke dalam kurikulum agar kegiatan ekstrakurikuler relawan TIK memberi nilai akademik. Di masa sekarang, pemikiran seperti itu disebut Kampus Merdeka, di mana beban belajar lapangannya sebesar 20 sks. Mata kuliah tersebut merupakan wujud pelaksaan kerjasama Tridharma kampus dengan Relawan TIK Indonesia dari tahun 2012 hingga sekarang.

Mata kuliah Relawan TIK yg saya ampu ini merupakan fase penyiapan mahasiswa informatika calon peserta KKN agar mewarisi profil pengabdi relawan TIK. Pembekalan keterampilan TIK dasarnya diberikan dalam mata kuliah Sistem dan Teknologi Informasi. Dengan demikian, Komunitas TIK tidak perlu lagi memberikan pembekalan TIK dasar dgn buku C2C (Component to Cloud) yg diluncurkan saat pengukuran Relawan TIK. Semua mahasiswa mengikuti pembekalan TIK dasar dan menerapkannya dalam program Relawan TIK Abdi Masyarakat.

Sejumlah penelitian dlm topik Relawan TIK saya lakukan utk keperluan pengayaan konten materi mata kuliah Relawan TIK. Mulai dari kegiatan Korea IT Volunteers, Pesantren Teknologi Informasi 7 hari, Pandu Digital, hingga konsep integrasi Relawan TIK dgn Sistem Pendidikan Tinggi dan desain sistem informasi Relawan TIK saya publikasikan pada Jurnal Ilmiah dan diseminasikan pada temu ilmiah. Saya mulai menikmati topik kajian terkait pengelolaan sumber daya Relawan TIK.

Saya telah menapaki jalan relawan dalam bidang TIK ini mulai dari jaman mahasiswa melalui pengabdian kpd kampus. Sekarang saya menjalaninya melalui pengabdian kpd masyarakat yg merupakan tugas pokok saya selaku dosen di kampus yg sama. Dan tentunya, apa yg saya lakukan bersama Relawan TIK ini merupakan pengabdian kpd bangsa dan negara sebagai wujud kecintaan yg semoga bernilai ibadah dan menjadi amal jariyah di sisi Allah.

Sejak mahasiswa saya menganggapnya sebagai jalan pensucian jiwa, dan sepanjang perjalannya Tuhan telah membukakan banyak jalan rejeki yg tdk disangka-sangka. Hampir tdk ada satupun orang yg dapat menghambat amal relawan yg saya mimpikan dan lakukan. Tuhan selalu memberikan jalan keluar dari segala hambatannya. Tidak ada satupun mahluk Nya, termasuk saya yg bisa mencegah Nya. Dia lah sebaik-baiknya yg diharapkan pertolongan dan keridhaan Nya. 

Senin, 23 November 2020

Selamat Jalan pak Wahyudin


Saat kuliah di Prodi Informatika STT Garut, saya mendapat ilmu informatika dari pak Wahyudin. Selain sebagai dosen, beliau mendapat tugas tambahan sebagai Koordinator Laboratorium Komputer Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Sekitar tahun 2002-2003, saya diminta oleh kampus utk menjadi asisten beliau di Labkom (Laboratorium Komputer), menggantikan kakak tingkat.

Beliau sangat mendukung pengembangan diri mahasiswa dalam bidang TIK di Labkom. Beliau mengalokasikan anggaran Labkom utk buku dan majalah Chip, sehingga saya mendapatkan tambahan wawasan tentang TIK dan mempelajari teknik komputer dan jaringan secara otodidak. Saat itu saya berbagi tugas dengan teman asisten lain, di mana urusan pembukuan dan perpustakaan ditangani Asep Saepudin, sementara saya menangani bantuan teknis. Di luar tugas bantuan teknis, saya menjadi relawan TIK yg membangun jaringan komputer dan memperbaiki komputer kantor secara sukarela, semata krn pengabdian kpd kampus.

Kemampuan teknis yg saya peroleh dari kegiatan di Labkom membuat beliau mempercayakan pekerjaan instalasi komputer dan jaringan komputer kampus dan SMA Cildug Musaddadiyah kepada saya. Saat melaksanakan pekerjaan instalasi di sekolah itulah saya menunjukan siswi Smkciledug Al-musaddadiyah yang saya sukai kepada beliau. Siswi tsb adalah teman hidup saya sekarang.

Saat beliau dipindahtugaskan ke SMK Ciledug, saya diajak serta utk menjadi pengajarnya. Saya menjadi guru dalam mata pelajaran yg sama dengan beliau. Namun saya tdk lama menjadi guru, lebih memilih utk menghabiskan waktu di Labkom kampus. Selepas lulus kuliah tahun 2003, saya menggantikan tugas beliau di Labkom. Beberapa tahun kemudian beliau menjadi kepala sekolah.

Saat menjadi asisten beliau saya mendapat saran masukan agar bekerja di luar Garut. Sama seperti saran dari pak Febi yg menyarankan saya utk bekerja di perusahaannya atau di perusahaan multinasional. Dgn pengalaman di Labkom itulah saya memiliki cukup kemampuan teknis, sehingga di terima di PT Pratita Prama Nugraha yg gajinya 5 kali lipat dari gaji yang saya miliki. Namun sehari setelah diterima, saya memutuskan utk kembali ke kampus dan menyibukan diri di Labkom, hingga kemudian diterima sebagai CPNS Kemendiknas RI pada tahun 2005 yg diperbantukan di kampus.

Ruang kebebasan berkegiatan yg diberikan oleh beliau dan kampus (dari masa kepemimpinan alm Dr Maman Abdurrahman Musaddad, alm Ir KH Abdullah Margani Musaddad, dan Prof Muhammad Ali Ramdhani) telah membukakan pintu bagi saya utk merintis infrastruktur TIK kampus dan Komunitas / Relawan TIK. Alhamdulillah, hingga sekarang UPT Sistem Informasi dan Komunitas TIK masih ada dan memberi manfaat bagi kampus dan masyarakat.

Semoga segala pahala kebaikan yg saya peroleh dari kegiatan pengajaran dan relawan TIK mengalir kpd pak Wahyudin, sebagai wujud keberkahan dari kebaikannya yg telah memberikan ruang pengetahuan dan pengalaman. Semoga Allah menghapus dosa dgn nya dan meninggikan derajatnya sebagai orang yg bermanfaat bagi orang lain. Amin.

#BiografiCahyana

Sabtu, 21 November 2020

Melawan Provokasi di Tengah Pandemi


Apabila ada narasi jihad sebagai jalan alternatif selain revolusi. Yg menarasikannya menjelaskan bahwa revolusi ditawarkan dgn dialog damai, tanpa pertumpahan darah, tdk mau berperang. Tapi kalau yg diajak dialog dianggapnya congkak, angkuh, dan sombong, maka akan dilakukan jihad. Contoh yg diangkat adalah sikap Nabi SAW yg sebelum berperang terlebih dahulu berdialog. 

Dgn kontruksi seperti itu, narasinya terdengar seperti ancaman thd persatuan dan tantangan berperang. Hal demikian dapat mendatangkan respon peringatan dari tentara agar tdk coba2 mengancam persatuan. Saat tentara menunjukan kekuatan militernya, siapa saja yg berfikir utk memerangi pemerintahan yg sah akan dapat melihatnya. Tentara memiliki kemampuan utk melawan semua propaganda narasi yg membahayakan persatuan bangsa, baik tercetak atau selainnya. Semua itu demi keutuhan bangsa dan negara, yg bagi saya merupakan sikap patriotik.

Saya pribadi berfikir, dlm situasi pandemi seperti ini, seharusnya urusan politik dikemas lebih bijak lagi, tdk perlu provokatif, apalagi sampai menarasikan sesuatu yg terdengar mengancam persatuan bangsa. Bencana pandemi yg merupakan masalah kemanusiaan lebih penting utk diselesaikan bersama-sama agar segera berlalu. Kepentingan kemanusiaan seharusnya lebih dipentingkan dari pada kepentingan politik. Upaya mencegah penyebarluasan infeksi virus jauh lebih penting dari pada pertunjukan kekuatan masa atau politik. 

Saat Hoax Dihalalkan

"Bikinlah konten-konten media sosial yang menyejukkan masyarakat sebagai tandingan terhadap konten-konten hoaks yang merusak moral masyarakat" (Prof KH Ma'ruf Amin, Wapres RI). 

Buzzer penyebar hoax yg merusak itu meliputi BuzzerR (Relawan) dan BuzzerRp (Rupiah). Terkadang konten keilmuan yg menyejukan para penikmat ilmu pun membuat gerah mereka, krn materinya menyinggung keburukan hoax yg dibuat atau disebarkannya. Mereka melakukannya utk beragam kepentingan. 

Sebagian dari mereka yg diadukan atas hoax nya akhirnya mendekam di penjara. Padahal  kepentingannya bisa diperjuangkan tanpa hoax. Walau demikian, masih ada yg berfikir pemenjaraan tsb bukan krn keburukan hoax, tapi kedzaliman, seakan hoax atau keburukan apapun menjadi halal saat digunakan utk kepentingannya. Mungkin ini yg disebut menghalalkan segala cara.

Kamis, 19 November 2020

Kemampuan Menahan Amarah Murid Diwarisi dari Gurunya

Lumrah bila murid merasa marah saat gurunya disakiti. Namun marahnya terkendali dan energinya dapat diarahkan kpd tindakan positif berkat teladan atau pengajaran gurunya. Kemampuan murid dlm menundukan amarahnya diwarisi dari gurunya. Murid yg benar2 berguru akan merasa gagal bila tdk mewarisi teladan dan pengajaran baik gurunya. Dan mereka akan sangat bersyukur bila dapat mengikuti gurunya.

Habib Ali bin Abdurrahman al-Jufri berkata, "Ketika aku mendengar orang berbicara atas nama Islam dgn bahasa kasar dan caci maki, aku bersyukur kpd Allah tdk memahami Islam lewat lisan mereka".

Santri Pesantren Krapyak Yogyakarta pastinya akan bersyukur dapat mengendalikan amarah krn teladan dan pengajaran dari KH Ali Maksum (Allah yarham). Saat itu beliau dipukul dgn linggis di tengah ceramah hingga luka parah dan harus opname selama hampir dua bulan. Beliau berpesan kpd satrinya, “kabeh anak-anak ku lan santriku ora keno dendam lan ora keno anyel (semua anakku dan para santriku, tidak boleh dendam dan benci)". Sikap beliau ini sama seperti yg ditunjukan Syekh al-Jaber. 

Mungkin inilah sikap ulama yg telah disentuh oleh kalam Nya yg qadim (al-Quran) sehingga hatinya berlimpah rahmat. Sikap seperti itu belum tentu bisa dimiliki oleh orang biasa yg baru menyentuh atau melafalkan mushaf al-Quran sebatas kerongkongan. Kekuatan memaafkan ini lebih "ampuh", dari pada sekedar kekuatan fisik. Akhlaq mulia tsb telah dibuktikan oleh Nabi SAW dan pengikut sunnahnya, dapat membukakan pintu hidayah bagi para pembencinya. 

Menahan amarah adalah kemampuan orang yg bertakwa, sebagaimana firman Allah SWT yg artinya, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran 133-134)

Oleh karenanya, para pembelajar agama akan sangat memperhatikan pengajaran seperti tausiyahnya KH Gus Luqman al-Karim. Beliau mengingatkan agar jgn salah memilih guru dan ilmu. Salah memilih guru akan tersesat, salah memilih ilmu akan tdk bermanfaat. 

Rabu, 18 November 2020

Hanya Ilmuan yg Memahami Ilmuan

Ilmuan itu terbiasa berkontribusi pengetahuan, sehingga sudut pandangnya diletakan di ruang kosong yg blm diisi oleh ilmuan lainnya, tdk perduli berada di posisi kubu politik manapun. Menyuruh semua ilmuan utk berada atau tdk berada di satu sisi kubu politik saja, dan mencelanya bila berada di sisi sebaliknya, sama artinya dgn menjadikan politik sebagai belenggu pengetahuan. Akibatnya, pengetahuan hanya akan berkembang ke satu sisi yg disukai kubu politik tertentu, dan sisi lainnya tetap menjadi ruang hampa pengetahuan yg tdk memberi manfaat bagi manusia. 

Padahal kebijaksanaan dlm berpolitik dibangun oleh pengetahuan yg diperoleh dari berbagai sudut pandang pd posisi kubu politik manapun. Pembelengguan pengetahuan oleh politik hanya diminati oleh orang yg tdk faham bagaimana kebijaksanaan dicapai oleh manusia, atau diminati oleh orang yg tdk ingin politik dimainkan secara bijaksana. 

Sebagai ilustrasi, kebijakan tentang benar dan salah hanya terwujud setelah memiliki pengetahuan ttg benar dan salah serta menerapkannya dgn cara yg benar. Dlm sesuatu yg dianggap benar, mungkin saja ada kesalahan yg tersembunyi yg perlu diungkap, demikian pula sebaliknya. Pengetahuan tentang kebenaran dan kesalahan sangat perlu dikuasai, mengingat dlm menerapkan suatu kebenaran, mungkin kita harus memperhatikan kesalahan sebagai faktor hambatan dan kelemahan yg hrs diperhatikan. Dgn demikian, sudut pandang ilmuan tdk hanya perlu diletakan di sisi kebenaran, tetapi juga di sisi yg berlawanan, agar pandangan thd kebenaran menjadi lebih objektif dan komprehensif. 

Orang yg dapat memahami fikiran intelektual hanyalah intelektual yg mampu menggunakan cara kerja intelektualnya. Kalangan awam mungkin hanya sampai pada kulit pengetahuannya yg blm tentu bisa menghantarkannya kpd daging pengetahuannya, apalagi inti pengetahuannya Mungkin saja penjelasan ringkas tdk akan dapat menghantarkannya kpd pintu pemahaman, sampai penjelasannya diulang atau semua pengetahuan prasyaratnya diberikan. Dan kalangan intelektual yg tdk menggunakan cara kerja tsb telah meletakan nasib akhir perjalanan pemikirannya hanya sampai pada capaian kalangan awam.

Kerumitan adalah konsumsi ilmuan, sebab dari padanya ia dapat menemukan pintu penemuan setelah pisau analisisnya digunakan. Kerumitannya dapat tersaji dlm bentuk kalimat pendek ataupun panjang. Di dalam kalimat pendek, terkandung sejumlah pengetahuan dlm deksripsi panjang yg merujuk kpd pengetahuan. Di dalam kalimat panjang, mungkin saja terkandung banyak kalimat pendek tsb. 

Mungkin bagi kalangan awam, pengetahuan adalah seupama kebenaran dan kesalahan yg sdh final. Namun boleh jadi blm final bagi kalangan ilmuan. Satu kalimat tdk harus menjadi akhir dari kegiatan penjelajahan pengetahuan. Walau demikian, dlm kebenaran dan kesalahan, ada dua jenis ilmuan: mereka yg tdk berhenti menemukan kebenaran dari sesuatu yg dianggap salah, atau sebaliknya; dan mereka yg membenarkan kesalahan atau sebaliknya krn cenderung pd selain pengetahuan, semisal tahta, harta, atau wanita.

Senin, 16 November 2020

Perjuangan Baik


Setiap fans mengikuti perilaku idolanya oleh sebab cinta. Tidak ada sekat kebaikan dan keburukan saat cintanya menjadi buta.

Fans kebaikan dan keburukan itu akan mendekati idolanya seperti laron yg mendekati sumber cahaya hingga mati. Fans kebaikan akan menjauh bila idolanya berubah menjadi sumber keburukan, dan fans keburukan akan menjauh bila idolanya berubah menjadi sumber kebaikan; seperti laron yg pergi meninggalkan sumber cahaya yg telah padam.

Bagi pejuang kebaikan, menjaga idola kebaikan utk tetap dlm kebaikan dgn menasihatinya sama baiknya dgn mengubah idola keburukan agar menjadi idola kebaikan. Sementara membuat idola keburukan agar tetap dalam keburukan dgn menghinanya merupakan keburukan. Alasannya adalah karena meningkatkan jumlah fans kebaikan jauh lebih bernilai dari pada sebaliknya.

#PersepsiCahyana

Minggu, 15 November 2020

Kecerdasan dan Ghiroh Menundukan Emosi

Dalam riyawat Muslim, disebutkan bahwa Umar kembali kepada Rasulullah SAW, yaitu ketika Rasulullah SAW bersabda, “Dia telah jujur janganlah kalian katakan sesuatu tentang dia kecuali kebaikan.” kemudian  Umar  berkata, “Wahai Rasulullah dia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin, biarkan saya tebas lehernya.

Rasulullah SAW bersabda, “Bukankah dia termasuk orang yang ikut perang Badar? Siapa tahu Allah telah memerhatikan semua pengikut perang Badar, lalu berfirman, ‘Lakukan yang kalian suka, Aku telah menjanjikan kepada kalian syurga.’ Lantas Umar menangis dan berkata, ‘Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu’.”

Levelnya sahabat itu, menundukan emosinya agar sesuai dgn kehendak Nabi, dgn penuh tawadhu sampai menangis. Level kita, ya ikut sahabat sebisanya. Orang yg tdk punya kecerdasan dan ghiroh seperti sayidina Umar r.a, pasti mengabaikan pengetahuan ttg Ahli Badar berikut keistimewaannya, dan memperturutkan emosinya sehingga leher ahli Badar itu terpenggal. 

Sekarang ini banyak orang menyakiti ahli kiblat walau sebatas hinaan krn dorongan emosi yg nampak atau ditutupinya. Padahal agama melarangnya.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim" (QS. Al Hujuraat :11)

Menurut Imam At Thabari, seorang mukmin dilarang utk mencela mukmin yang lain karena kemiskinannya, karena perbuatan dosa yang telah dilakukannya, dan yang lainnya. Hal ini sejalan dgn sabda Nabi SAW, "Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim."(HR. Muslim).

Seorang muslim menyakiti muslim lainnya krn tdk punya kemauan atau kesadaran utk mengikuti kecerdasan seperti yg dimiliki sayidina Umar. Jangankan menghentikan hinaan dan menangis, malah hinaannya menjadi2 krn direspon positif oleh orang2 disekitarnya, sehingga banyak orang mengira kesukaannya itu dibolehkan Nabi SAW lalu mengikuti perbuatan buruk tsb. Oleh karena itu Nabi SAW mengingatkan, "Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman" (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Mereka yg menghina sesama muslim, sehina apapun dirinya, mungkin lupa pada pertanyaan dan pernyataan, "Bukankah dia termasuk ahli kiblat? Siapa tahu Allah mengaruniakannya husnul khatimah sementara kita belum tentu demikian". Model pertanyaan seperti itu diberikan Imam Syafi'i kpd murid2nya.

Semoga Allah memaafkan khilaf dan dan mengampuni dosa yg telah diperbuat krn memperturutkan emosi dan mengesampingkan pengetahuan. Amin.

Sabtu, 14 November 2020

Lelaki Berkerudung Hitam

Lagi rame konten dan pemberitaan di medsos ttg seseorang yg menyebut habib memakai jilbab. Jadi teringat semasa sekolah dulu sering menggunakan kain hitam yg dikerudungkan menutup peci. Saya melakukannya setelah melihat cover sampul kaset nasyid punya kakak yg menampilkan seorang pria berkerudung dgn judul Munajat. Saya suka dgn suasananya yg dapat merendahkan hati. Terbatasnya penglihatan oleh kerudung tsb membuat saya lebih fokus pada dzikrullah. Mungkin perasaan tsb subjektif, tdk semua orang memiliki perasaan yg sama saat mengenakannya. 

Dlm perjalanan pemikiran, saya membayangkan kerudung itu memiliki pemberat di kiri dan kanannya sehingga menarik wajah semakin tunduk. Ingatan kpd Allah menyebabkan gurat wajah ini tergantikan dgn lafadz Allah. Hal tsb mengingatkan diri bahwa setiap orang dapat melihat Allah melalui sosok yg tawadhu dan selalu ingat kpd Allah. Sosok yg wajahnya telah sirna oleh wajah Nya. Kira2 pemikiran itulah yg membuat saya lama menggunakan kerudung hitam.

Di pesantren kilat Generasi Muslim al-Muhajirin ada peserta yg mempertanyakan knp saya mengenakan kerudung seperti perempuan. Padahal berkerudungnya tdk seperti perempuan, hanya sekedar meletakannya di atas peci dan membiarkan bagian kanan dan kiri di bawah wajahnya tdk bersatu seperti perempuan. Tetapi kain hitam itu memang milik kakak perempuan. Saya tdk terganggu dgn perkataan tsb, krn saya menikmatinya. 

Di acara perkemahan Pramuka, waktu bersalam2an, ada peserta yg mengira saya waria krn mengenakan kerudung tsb. Hal tsb membuat saya berfikir panjang. Tetapi kerudung hitam itu tetap dikenakan krn saya menikmatinya, bukan krn merasa diri seperti wanita seperti yg difikirkan adik Pramuka tsb. Kebiasaan tsb masih dilakukan hingga mahasiswa.

Kegiatan Bersama BPPTIK

Tahun ini Allah memberi saya rejeki pengalaman sebagai instruktur kegiatan bimbingan teknis TIK luring dan pelatihan teknis TIK daring yg diselenggarakan oleh BPPTIK utk sertifikasi SKKNI Junior Office Operator. Kesempatan tersebut datang melalui kolega dan Relawan TIK.

Hari itu Muhammad Rikza Nashrulloh menyampaikan informasi kegiatannya bersama BPPTIK Diskominfo Jawa Barat. Sebagai kepala Lembaga Penelitian dan Pegabdian Masyarakat saya mendukung kegiatan tsb dan mempercayakan sepenuhnya pengurusan kegiatannya kepada Rikza, termasuk siapa saja dosen Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang akan dilibatkan sebagai instruktur dan asisten instruktur. 

Beberapa hari kemudian 6 orang dosen berangkat ke laboratorium yg ditunjuk oleh BPPTIK utk mengikuti rapid test sebagai syarat keikutsertaan dlm kegiatan. Ada satu orang dosen yg tdk jadi mengikuti kegiatan krn dibutuhkan oleh kampus. Posisinya sebagai asisten instruktur digantikan oleh Rikza.

Dalam pelaksanaannya saya ditunjuk oleh Rikza sebagai instruktur Office kelas A dan dipasangkan dgn Leni Fitriani. Saya menyampaikan kpd kolega yg terlibat utk membagi rata tugas penyampaian materi, tdk perlu semua materi disampaikan oleh instruktur. Kolega yg ditugasi sebagai asisten menyampaikan setengah materi, sehingga insentif yg diperolehnya dapat dibagi dua. Hal demikian seperti biasanya dilakukan dalam kegiatan Bimbingan Teknis TIK Kemenag RI. 

Tentu saja terasa berat menyerahkan insentif yg banyak kpd asisten, namun saya pribadi memilih utk melakukan dan menikmati hasilnya bersama-sama. Oleh karenanya saya arahkan agar pengerjaan 9 slide materi dibebankan secara merata kpd instruktur dan asisten. Kebetulan bimbingan Office ada dua kelas, sehingga setiap orang (instruktur dan asisten) dapat mengerjakan dua slide materi, dan satu materi sisanya saya kerjakan.

Insentif yg diterima cukup utk melunasi pajak kendaraan yg kebetulan sudah jatuh tempo. Rupanya pelatihan tsb merupakan rejeki tdk disangka2 utk keperluan tsb. Allah mengurusi keperluan tsb sehingga saya tdk perlu lagi was2 pergi ke luar kota dgn kendaraan tsb utk keperluan pengobatan, silaturahmi, dan kerelawanan. 

Selepas kegiatan tsb, saya membaca informasi dari mas Indriyatno Banyumurti ICT Watch di grup Relawan TIK Indonesia. Beliau menyampaikan kebutuhan BPPTIK Kemenkominfo RI akan instruktur Pelatihan Teknis TIK dan Sertifikasi. Dalam pesannya itu, beliau menandai nama saya, mungkin dgn mempertimbangkan pengalaman saya sebagai instruktur dlm kegiatan serupa yg diketahuinya dari kiriman materi yg saya bagikan di grup tsb utk teman2 Relawan TIK. Saya pun menyatakan kesiapan utk menjadi instruktur. 

Rupanya kegiatan kedua ini berbeda dgn sebelumnya krn dilaksanakan secara daring. Sekalipun beban pembuatan materinya sama, tetapi tatap muka dgn pesertanya hanya dua jam setengah dalam tiga waktu. Menyampaikan materi dgn tatap muka melalui zoom selama hampir 2 sks praktikum menjadi tantangan tersendiri. Hal tsb memberikan pengetahuan dan pengalaman bermanfaat tentang bagaimana pelatihan dilaksanakan secara daring. Cukup menjadi bekal utk kegiatan Relawan TIK Abdi Masyarakat semester depan yg kemungkinan pembekalan relawannya dilaksanakan secara daring. 

Alhamdulillah, rejeki yg tdk disangka2 ini datang karena dua aktivitas, silaturahmi dan sedekah. Ada banyak kebutuhan dalam rencana atau di luar rencana yg bisa terpenuhi oleh rejeki tsb. Dgn memudahkan silaturahmi dan sedekah, Allah mencukupi kebutuhan hamba Nya di masa kini dan masa datang.

Jalan Rejeki

Setiap orang yg terbiasa ikhlas membantu siapapun dgn memperhatikan ajaran Nya dan utk keridhaan Nya, Insya Allah akan dibukakan pintu rejeki baginya tanpa perlu meminta. Mereka yg mengalaminya tdk merasa perlu terikat dgn pemberian manusia, sebab Allah Yg Maha Pemberi Rejeki cukup baginya. Mereka yg belum mengalaminya hrs mengetahui bhw jalan tsb sukar, sehingga tdk semua orang bisa melaluinya kecuali dgn keikhlasan. 

"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak dia duga". (QS. ath-Thalaq:2-3)

Wabah Menghina Atas Nama Agama

Di dunia ini pasti ada orang yg penampilan dan gelarnya seakan ahli agama, namun bersikap sombong krn menolak nasihat menjaga lisan dari menghina orang. Ia diikuti oleh banyak orang, dan penghinaannya dianggap sebagai amaliah menolong agama Islam yg dicintai Nabi SAW. Anggapan tsb membuat sebagian pengikutnya ikut mengamalkan penghinaan, sehingga saling hinapun mewabah.

Padahal baginda Nabi SAW pernah bersabda,  "Orang yang paling saya cintai dan paling dekat dengan tempat saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang memiliki akhlak mulia. Sementara orang yang paling saya benci dan tempatnya paling jauh dari saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang keras dan rakus, suka menghina dan sombong.” (HR. Tirmizi)

Sampai detik ini, saya adalah pribadi yg sangat tdk menyukai orang pemarah, apalagi marahnya dibumbui hinaan. Semua guru yg mengajarkan agama kpd saya blm pernah bersikap seperti itu. Beliau semua menyampaikan ajaran agama dgn lembut dan merangkul. Walau demikian, mungkin saja saya khilaf dan lupa teladan para guru. Semoga Allah Yang Maha Lembut melindungi dan memaafkan segala khilaf dan dosa.

Habib Ali bin Abdurrahman al-Jufri berkata, "Ketika aku mendengar orang berbicara atas nama Islam dgn bahasa yg kasar dan caci maki, aku bersyukur kpd Allah tdk memahami Islam lewat lisan mereka".

Jumat, 13 November 2020

Budaya Memudahkan Pemahaman

Allah berfirman dgn memperhatikan budaya lokal, agar hamba Nya dapat memahami firman Nya dgn cepat. Ia memilih bahasa Arab yg difahami Nabi dan masyarakatnya. 

"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya" (QS Yusuf: 2)

Bahasa adalah bagian dari budaya. Suryadi (2009), dalam makalahnya "Hubungan Antara Bahasa dan Budaya" menyebutkan, bahwa bahasa adalah produk budaya pemakai bahasa. Penyampaian Islam dgn memperhatikan budaya lokal, memudahkan Islam utk difahami dan mudah diterima. 

Saat firman Nya dibawah ke wilayah Nusantara, firman itu "dibunyikan" oleh pelafalnya dgn budaya nusantara, sehingga masyarakat nusantara memahaminya dgn cepat dan dapat menerimanya dgn mudah. Bunyi-bunyian itu berwujud kesenian, bahasa perilaku lokal, dls. Dlm hal ini para pelafal mengikuti Allah saat pertama Islam diperkenalkan di lingkungan masyarakat Arab.

Pengalaman Interaksi Virtual

Saat memaparkan slide ini pd pelatihan TIK pagi tadi, saya jadi teringat dua murid yg mempertanyakan postingan FB selain TIK. Mereka berpendapat, sebagai dosen informatika sebaiknya saya hanya membuat postingan tentang TIK saja. 

Dosen adalah profesi atau pekerjaan. Menurut angka statistik dlm slide ini, pengguna internet di dunia yg menggunakan medsos utk pekerjaannya hanya 40%. Kebanyakan menggunakan medsos utk berbagi informasi dan gagasan di luar pekerjaannya. 

Saya termasuk kalangan yg menggunakan medsos utk pekerjaan, sehingga postingan saya ada yg berkaitan dgn pekerjaan, apa yg sedang saya atau kampus kerjakan, termasuk informasi dan gagasan terkait TIK. Namun saya juga termasuk kalangan yg menggunakan medsos utk selain pekerjaan, di mana porsinya jauh lebih banyak. 

Apabila dlm postingan saya ditemukan banyak konten terkait keagamaan, hal tsb bukan sesuatu yg baru bagi siapapun yg mengenal saya. Sejak jaman mahasiswa saya mengelola buletin yg di dalamnya ada banyak konten agama. 2/3 rak buku saya berisi buku keislaman, selebihnya buku informatika. Oleh krnnya tdk perlu heran bila ada postingan FB saya terkait Keislaman.

Murid saya lainnya mengatakan bhw dirinya baru tahu kalau saya senang berdebat ttg agama. Dia menyebutnya debat, padahal dlm benak saya yg dilakukan itu sekedar tukar fikiran dan memberikan penjelasan. Saya melakukan aktivitas demikian dari masa muda dulu, tdk hanya dgn kalangan yg merasa sedang membela agama, tetapi juga dgn kalangan yg menista agama. Beberapa rekaman pembicaraan dgn pro penista agama saya tuliskan di blog. 

Saya melakukannya utk meluruskan pemahaman yg menurut saya keliru berdasarkan batas pengetahuan dan kemampuan yg dimiliki, tanpa memaksanya utk percaya. Dari dulu hingga sekarang saya cenderung memilih jalan penjelasan dari pada kekerasan verbal apalagi fisik dlm menuntaskan kesalahfahaman. Buku dialog lintas keyakinan antara pemuka agama Islam dgn pemuka agama lainnya yg saya pinjam dari alm Mas Yudho benar2 telah mempengaruhi cara menyelesaikan kesalahpahaman. 

Saya merasa lucu sendiri bila melihat respon berlebihan dari murid atau teman yg tdk setuju dan pendapat saya. Ada yg sampai memutuskan pertemanan, memberi sebutan buruk, dan lain sebagainya. Tentunya saya harus dapat memakluminya, mengingat adanya perbedaan pengetahuan dan pengalaman. Bagi saya yg terpenting bukan ekspresi mereka, tetapi pengetahuan baru apa yg saya petik dari interaksinya. Ekspresi manusiawi semacam itu bisa dimiliki kapan saja, sekalipun di antaranya tdk bermanfaat. Sementara pengetahuan itu mungkin tdk datang dua kali.

Ada beberapa teman yg saya cegah melihat postingan FB saya. Saya merasa tdk tega melihatnya terganggu, apalagi nampak gelagat tdk ingin mencoba memahami saya agar gangguannya menjadi hilang. Harusnya dia yg membatasi interaksi dgn saya. Namun saya lihat dia selalu hadir dgn ekspresi berlebihannya, seperti terganggu dgn postingan saya, namun tdk kuasa meninggalkannya. 

Inilah kenyataan pertemanan di dunia maya. Sebenarnya sama saja dengan dunia nyata. Hanya saja di dunia maya orang lebih berani berekspresi, lain dgn dunia nyata yg terkadang malu-malu atau hanya berbicara di belakang.

Bagaimana Kita Merespon Konten Facebook?

Facebook memiliki algoritma yg memungkinkan penggunanya utk dikunjungi oleh konten yg sedang ramai dibicarakan dan dipicu oleh kejadian apapun di dunia nyata. Ada banyak variasi respon pengguna facebook thd konten, tergantung minatnya. 

Ada yg meresponnya dgn cara berandalan online yg cenderung berbagi permusuhan dari pada berbagi informasi atau gagasan. Ciri khasnya emosi meledak2; mengabaikan fakta, atau informasi dan gagasan berbeda; seringkali mendasarkan kesimpulan kpd prasangka dan hoax; dan terkadang bersikap tdk etis. Bagi kalangan ini yg penting bisa teriak utk melampiaskan emosinya sekalipun teriakan nya kosong krn tdk berdasar.

Ada pula yg meresponnya dgn cara intelek yg cenderung berbagi informasi atau gagasan utk mengkoreksi atau melengkapi informasi atau gagasan lainnya. Ciri khasnya, semua tindakannya berbasis fakta, bersandar pada data atau informasi yg dapat ditelusuri. Bagi kalangan ini yg penting bisa menjelaskan informasi dan gagasan yg dibaginya utk memahamkan orang lain agar ia mendapat kontribusi yg relevan dari orang lain.

Rabu, 11 November 2020

Tidak Harus Selalu Mengikuti Keturunan Nabi


Keturunan Nabi itu tdk harus selalu diikuti. Bila kita mengikuti jalan kedurhakaan seperti jalannya putera Nabi Nuh AS, maka dipastikan kita akan ikut celaka. Membenarkan atau melindungi kedurhakaannya sama dgn menghianati Nabi. 

Tidaklah mengherankan bila ada keturunan Nabi yg akhlaknya tdk disukai Allah krn keras, rakus, suka menghina dan sombong.

Orang yang paling saya cintai dan paling dekat dengan tempat saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang memiliki akhlak mulia. Sementara orang yang paling saya benci dan tempatnya paling jauh dari saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang keras dan rakus, suka menghina dan sombong.” (HR. Tirmizi)

Menurut Habib Luthfi bin Yahya, keturunan Nabi dapat seperti itu krn tidak ma’shum. Pernyataan Nabi Muhammad SAW yg akan menghukum puterinya bila mencuri menunjukan tdk ma'shum nya keturunan Nabi. 

"... Demi Allah, sungguh jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya" (HR. Bukhari dan Muslim)

Sikap yg menyelisihi Nabi tdk boleh diikuti. Hanya Nabi ma'shum saja yg bisa diikuti dgn tanpa ragu. Beliau adalah teladan kebaikan.

Selasa, 10 November 2020

Menguji Pengetahuan dengan Dialog

Di masa sekolah dulu, saya membaca buku dialog antar keyakinan, seperti dialognya Ahmad Deedat dgn pemuka agama lainnya. Sejak saat itu saya menjadi pribadi yg tidak mudah berhenti memahamkan pengetahuan yg disangkal lawan dialog dgn menjelaskan sejelas2nya dan menunjukan kesalahfahaman yg menghalangi pemahaman. Saya juga terbiasa menunjukan kesalahan pemahaman lawan dialog yg menyalahi pengetahuan yg saya miliki. Dgn kebiasaan tsb saya melihat seberapa kokoh pemahaman ini berdiri di atas dalilnya. 

Saat dalil pemahaman saya masih berdiri kokoh setelah diuji dgn dalil lawan dialog, terkadang ada yg menyatakan kesan bahwa saya merasa benar sendiri. Padahal bila dalil yg kokoh itu runtuh, pemahaman saya ini akan ditinggalkan. Dan bila dalil yg menjadi sandaran pemahaman lawan dialog tdk runtuh, saya tdk akan menyangkalnya. 

Sebagian orang menyebutnya sebagai perdebatan. Bagi saya adalah pengujian kekokohan pengetahuan, baik milik saya atau lawan dialog. Dalam daur hidup manajemen pengetahuan, pengujian pengetahuan akan bermuara pada koreksi saat terbukti keliru. Oleh krn nya, saya tdk akan beranjak dari pemahaman sendiri bila dalilnya blm runtuh, dan tdk akan menggantinya dgn pemahaman yg bersebrangan dari lawan dialog yg dalilnya runtuh.

Boikot dan Penyadaran

Saya tdk menyalahkan kalangan yg memilih jalan boikot utk memprotes Perancis, selama caranya tenang, legal, dan rasional seperti nasihat Syekh Alazhar. Saya memilih jalan kalangan yg berpendapat bhw cara terbaik utk merubah keyakinan siapapun atas apapun adalah penyadaran dgn transfer pengetahuan dan keteladanan. 

Pilihan saya tersebut didorong oleh pemahaman yg terbentuk dari pengalaman literasi digital selama ini. Masyarakat yg tergantung dgn praktik konvensional tdk bisa kita rubah dgn tekanan apapun, sampai datangnya kesadaran. Mereka akan menerima praktik baru dgn tekanannya sesaat, utk kemudian kembali ke praktik semula. Atau mereka akan menunjukan sikap menerima, padahal di belakang tetap dgn praktik semula. 

Saya pernah membuat program aplikasi utk perusahaan, namun operatornya menolak utk menggunakan cara baru otomatisasi tsb krn sdh merasa nyaman dgn cara lama. Saya juga pernah mendengar, pemerintah kecamatan enggan menggunakan cara baru pelayanan daring sampai ada bukti sukses dari yg lainnya. Dengan demikian, kunci perubahan itu ada pada kesadaran. Mereka perlu pemahaman baru yg membuatnya sadar arti penting perubahan. 

Saya memahami dari sejarah Nabi, bahwa boikot yg dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap kaum Muslimin adalah merupakan pembenaran mereka terhadap sikap intolerannya terhadap pemahaman baru / asing yg diyakini oleh kaum Muslimin. Mereka melakukannya utk melindungi kearifan lokal yg telah hidup dalam masyarakat Mekah. 

Boikot tsb tdk berhasil merubah keadaan, sebab kaum Muslimin memilih hidup menderita dari pada harus merubah keyakinannya. Kegagalan serupa terlihat dlm praktik embargo ekonomi di masa sekarang yg tdk berhasil merubah sikap negara yg diembargo. Embargo itu hanya menghasilkan kesulitan bagi masyarakat dari pada perubahan sikap pemerintah yg diinginkan. 

Penyerangan dgn kekuatan bersenjata oleh kaum Quraisy malah berujung kekalahan. Sikap intoleran kaum Quraisy runtuh setelah mendapat pengetahuan dan keteladanan dari Nabi SAW dan kaum Muslimin terus menerus. Mereka mau menerima pemahaman baru dan meninggalkan kearifan lokal yg selama ini dibelanya dengan tindakan boikot.

Oleh karenanya bagi saya, aksi boikot terhadap produk Perancis adalah merupakan wujud protes demi menjaga kemuliaan baginda Nabi SAW. Namun dampaknya mungkin tidak akan seefektif penyadaran dan tdk akan menghasilkan perubahan jangka panjang. Apa yg dilakukan kartunis itu dilindungi pemerintah Perancis karena memperhatikan kearifan lokal di sana. 

Saya pribadi tidak akan memilih cara boikot atau kekerasan utk merubah kearifan lokal tersebut. Cara penyadaran yg dipilih Nabi SAW dan para sahabat sejak masa pemboikotan hingga penaklukan Mekah merupakan cara terbaik, yakni dengan dialog, menyampaikan pengetahuan dan menunjukan keteladanan. 

Saya yakin negara Islam tdk akan berperang dgn Perancis, sebab Nabi SAW berperang sebagai respon membela diri dari serangan bersenjata yg dilakukan oleh kaum Quraisy. Saya yakin umat Islam yg saleh tdk akan berbuat salah dgn melakukan tindak kriminal pembunuhan yg tdk diperintahkan oleh Nabi SAW.

Seyogyanya siapapun yg memilih cara boikot tdk perlu menganggap siapapun yg memilih cara lain; atau mengarahkan aksi boikot ke arah lain yg dianggapnya lebih bijak; atau mengkritik aksi boikot yg tdk tenang, ilegal, dan irasional sebagai musuh agama atau zindiq. Surga dan pengetahuan itu terlalu luas utk diklaim sendiri.

Krisis Islam atau Krisis Dunia Islam?

Beberapa waktu yg lalu, pidato presiden Perancis menimbulkan protes umat Islam, termasuk protes dari pemerintah Indonesia. Pidato tsb diprotes krn menyebutkan Islam sedang mengalami krisis. Berikut cuplikan pidatonya:

"Islam adalah agama yang saat ini sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Kami tidak hanya melihatnya di negara kami, ini adalah krisis mendalam yang terkait dengan ketegangan antara bentuk-bentuk fundamentalisme, khususnya proyek-proyek keagamaan dan politik, seperti yang kami lihat di setiap wilayah di dunia, mengarah pada pengerasan yang sangat kuat, termasuk di negara-negara dimana Islam menjadi agama mayoritas.

Lihatlah teman kita Tunisia, untuk mengambil satu contoh saja. Tiga puluh tahun yang lalu, situasinya sangat berbeda dalam cara agama diterapkan, cara dihayati, dan ketegangan yang kita alami dalam masyarakat kita hadir di masyarakat itu, yang tidak diragukan lagi merupakan salah satu yang paling terdidik dan berkembang di wilayah.

Jadi, dimanapun ada krisis Islam, yang sedang terinfeksi oleh manifestasi radikal ini, dorongan radikal ini dan keinginan untuk menciptakan kembali jihad, yang berarti penghancuran Yang Lain. Proyek untuk kekhalifahan teritorial yang kami lawan di Levant, yang kami perjuangkan di Sahel, dan di mana-mana bentuknya yang paling radikal, kurang lebih berbahaya.

Krisis ini juga mempengaruhi kita secara definisi. Selain itu, pengaruh eksternal dan organisasi sistematis oleh kekuatan politik dan organisasi swasta telah mendorong bentuk-bentuk paling radikal ini. Harus dikatakan bahwa kita telah membiarkannya terjadi, baik di dalam maupun di luar negeri. Wahhabisme, Salafisme, Ikhwanul Muslimin - banyak dari manifestasi ini juga, pada awalnya, damai bagi sebagian orang."

Translasi lengkapnya di sini

Kalau menyimak translasi pidato presiden Perancis dan konteks apa yg sedang dibicarakannya, dari sudut pandang saya, lebih tepatnya bukan Islam sebagai agama yg mengalami krisis, tetapi dunia Islam. Krisis tersebut menurut pidato tsb ditimbulkan oleh adanya agenda politik / kekuasaan dan ideologi kalangan garis keras yg mengganggu ideologi Republikan. Namun pidato tsb tdk mengungkap fakta bahwa para pengusung agenda tsb TIDAK BISA memonopoli Islam, sehingga semua umat Islam TIDAK ADA KEHARUSAN untuk menganggapnya sebagai satu-satunya pemahaman Islam yg benar dan mengikuti agendanya. Terlebih tdk ada monopoli dlm pemahaman keagamaan soal kekuasaan.

Bagi mereka yg menganggap pemahaman keagamaan soal kekuasaan yg bermasalah (dibawa oleh kalangan garis keras yg menstimulus aksi teror di mana-mana) sebagai bagian dari pemahaman Islam, mereka akan mengatakan seperti yg dikatakan oleh Presiden Perancis, bahwa Islam mengalami krisis sejak munculnya pemahaman bermasalah tsb. Mereka mungkin tdk mengetahui bahwa dlm kenyataannya ada pemahaman lain dalam agama Islam yg mengingkari pemahaman tsb, sekalipun tdk mengkafirkannya (hal berbeda dilakukan kalangan garis keras yg mengkafirkan muslim tdk sehaluan politik) dan masih membiarkan pengusungnya utk salat di masjid-masjid kaum muslimin (seperti sikap Sayidina Ali kpd kaum Khawarij) atau tidak mengusirnya. Pengingkaran ini dinyatakan dlm beragam pernyataan, seperti misalnya terorisme tdk memiliki agama, terorisme membajak agama, dan lain sebagainya. 

Perdebatan soal istilah "krisis Islam" antara dunia barat dan dunia Islam harus dibawa menuju pintu kesadaran kalangan Islamophobia yg selama ini melakukan generalisasi krn tdk memahami bahwa agenda politik kalangan garis keras mendapat tantangan dari internal umat Islam sendiri yg menolak pemahaman tunggal soal kekuasaan. Perubahan ini bisa dilakukan dgn mengirim banyak pengetahuan dgn membersihkan saluran komunikasinya dari gangguan emosi atau tindakan tdk simpatik. 

Umat Islam memiliki pekerjaan berat utk membangun kesadaran global tsb, agar citra Islam yg tercoreng oleh kalangan garis keras menjadi baik kembali. Dan kita semua sadar, pekerjaan tsb akan senantiasa dihambat oleh kalangan tsb, fans nya, dan kalangan yg terkena tipu dayanya. Pembunuhan thd penista Nabi dan fans nya, atau tindakan ilegal dan irasional lainnya, alih-alih membangun kesadaran kalangan Islamophobia, malah menguatkan prasangka buruk mereka thd Islam.

Senin, 09 November 2020

Saya Pembimbing, Bukan Pembenci

Satu saat ada pesan masuk dari alumni yang pernah menjadi bimbingan saya. Ia meminta maaf atas perasaan jengkel dan kesal karena merasa dipersulit dalam pengerjaan skripsi. Ia merasa perasaan tsb berefek buruk pada hidupnya. Ia meminta maaf atas sikap tsb yg disadarinya keliru, dan memohon agar saya berlapang hati memberinya maaf. Ia melakukannya krn merasa diri sebagai murid yg telah memperoleh pengetahuan. 

Kepadanya saya sampaikan jawaban. Semoga juga menjawab mahasiswa lainnya yg pernah merasa dipersulit:

Sampai saat ini saya hanya mengingat satu orang bimbingan yg pernah membuat saya kecewa, sehingga saya menolak kiriman makanan darinya yg saya sukai. Saya melakukannya sebagai cara utk memahamkan dirinya bahwa perhatian mentor itu sangat penting utk diindahkan, lebih berharga dari sebanyak apapun keduniaan yg mampu diberikannya. 

Sebelumnya ia adalah salah satu mahasiswa yg saya bangun kemampuannya melalui kegiatan relawan. Saat menjadi bimbingan Kerja Praktek, saya ingin ia mampu mengeluarkan potensinya, sehingga ia tdk hanya mewarisi kemampuan terkait tugas relawan, tetapi juga dalam akademik. 

Saya merasa kecewa saat tantangan utk memperbaiki draft laporan dijawabnya dgn "sudah malas". Sedekat apapun hubungan personal, tetapi dalam konteks pembelajaran, kalimat seperti itu seharusnya tdk boleh digunakan sebagai jawaban atas tantangan yg diberikan. Saya sampaikan kekecewaan kpd dirinya dan mengatakan bahwa tantangan itu diberikan semata agar ia memiliki luaran kegiatan yang sangat bagus. 

Semakin saya memperhatikan bimbingan, semakin banyak dan detail tantangan yg diberikan. Apabila sudah hilang harapan perubahan pada bimbingan, saya akan berlaku sebaliknya. Semua itu dilakukan utk memunculkan kemampuan yg bermanfaat bagi kehidupan di masa depan, bukan utk permainan emosi yg tdk bermanfaat.  

Walau saya mengingatnya sampai sekarang, tetapi saya dari dulu sama sekali tdk membencinya. Saya bukan pendidik yg cenderung menikmati persoalan pribadi, fokus saya adalah membangun potensi yg sedapat mungkin tanpa paksaan. Bila bimbingan menunjukan gelagat menyerah dgn pekerjaannya atau tantangan yg diberikan, saya tdk pernah memarahinya, hanya mengingatkan bahwa semua yg telah diberikan kepadanya, baik mudah atau sulit, semata utk memenuhi kebutuhan pengujian dan memunculkan kemampuan hidup di masa depan. 

Sebagai pendidik, tugas saya membukakan potensi mahasiswa. Kesan mempersulit itu hanya bahasa mahasiswa yg tdk faham maksud baik tersebut. Saya tdk pernah memperhatikan adanya kesan semacam itu pd mahasiswa, sebab niat saya tdk demikian. Hubungan saya dengan mahasiswa bukan seperti penyedia jasa dengan pelanggannya, di mana seluruh layanan yg diberikan harus menyenangkan dan mudah sesuai keinginan pelanggan. Saya harus membuat mahasiswa bisa memahami bahwa perhatian ini bukan pada apa yg disukainya saja, tetapi juga apa yg dibutuhkannya. Dan utk kebutuhan itu, terkadang terasa berat dan pahit, atau ringan dan manis, tergantung seberapa terbuka potensi atau kemampuan yg diperlukan utk memenuhi kebutuhan tsb. 

Siapapun yg pernah saya bimbing tidak perlu meminta maaf apabila pernah memiliki perasaan atau prasangka buruk. Bagi saya, apa yg muncul pd diri mahasiswa adalah milik mahasiswa yg akan dipetik oleh mahasiswa sendiri manfat atau mafsadatnya. Saya berusaha utk memungut manfaat sedekah ilmu dan mengabaikan keburukan yg tdk ada manfaatnya tsb. Saya memaklumi adanya keburukan tsb karena faham bahwa setiap orang memiliki waktunya sendiri utk memahami atau meyadari sesuatu.

Memang tdk ada ruginya meminta maaf, tetapi yg terpenting adalah memperbaiki diri. Segala kekurangan yg telah saya tunjukan namun diabaikan karena perasaan dan prasangka buruk tsb harus diselesaikan. Mungkin masalah hidup itu selalu datang karena kekurangan itu atau semacam itu selalu dihindari dan menggantinya dgn menyalahkan siapapun yg mendatangkan masalahnya. Padahal bila sanggup menyelesaikan masalahnya, tdk ada manfaatnya menyalahkan siapapun yg mendatangkan manfaat tsb. 

Hal itu mudah difahami bila membayangkan kembali di masa lalu, di mana saya sebagai pembimbing dianggap memberi beban masalah yg mengesalkan. Padahal beban itu diberikan utk membangun potensi. Tuhan tentunya lebih baik lagi. Dia menguji hamba Nya karena ingin kekhalifahannya atau keutamaannya menjadi terlihat. 

Oleh karenanya, mulailah berusaha utk melihat segala kekurangan diri, dan perbaiki. Sikapi semua ujian secara positif, dan percayalah bahwa kesuksesan itu akan datang seiring dgn usaha tsb. Allah tdk merubah nasib kita kalau kita tdk berusaha. Lengkapi usaha itu dengan doa, terutama doa orang tua yg membukakan pintu rejeki. Dan genapkan dgn tawakal.

Sukses selalu.

Sabtu, 07 November 2020

Kerelawanan dan Kewirausahaan TIK Kampus, Dulu dan Masa Depan

Saat membereskan kantor saya menemukan berkas surat saat memimpin rintisan organisasi kampus yg menangani infrastruktur TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Organisasi tsb bernama USI (Unit Sistem Informasi).


Pembangunan infrastruktur TIK kampus secara penuh, hingga terbentuk organisasinya yg bernama USI dilakukan oleh alumni dan mahasiswa secara sukarela dgn semangat pengabdian kpd almamater. Keberadaan relawan ini meringankan biaya pengembangan infrastruktur TIK dan organisasinya, personelnya, dan pemeliharaan komponen TIK.

Saya memilih model bisnis outsourching sebagai solusi utk pembiayaan pengembangan organisasinya. Dgn model tsb, mahasiswa memiliki kesempatan berwirausaha, serta mendapatkan pengalaman kerja dan volunteering dalam bidang TIK. USI mendapatkan dana utk forum TIK sebagai medium oengembangan SDM yg menjamin keberlanjutan penyediaan personel yg diperlukan utk menjalankan beragam layanan TIK, dan utk penyebaran manfaat ke luar melalui seminar dan pelatihan TIK. Kegiatan tsb disebut pembelajaran sepanjang hayat.

Forum TIK sebagai inkubasi relawan TIK kampus kemudian menjadi Kelompok Pecinta TIK (KPTIK) utk menguatkan manfaat ke luar kampus dan mendapatkan alternatif pendanaan dari kemahasiswaan. KPTIK memberi bantuan SDM bagi USI utk penyelenggaraan Seminar dan Pelatihan TIK serta Pesantren TI Tujuh Hari. 

Sebagian anggotanya yg fokus pada pembelajaran perangkat lunak aplikasi dibuatkan wadah tersendiri dgn nama Kelompok Pengembang Platform TIK. Anggotanya difokuskan utk memberikan solusi Free and Open Source Software bagi pembelajaran dan layanan informasi akademik. Di antara produknya yg berhasil dibuat adalah Ubuntu Garut Edition. Wadah ini kemudian melebur dgn KPTIK dalam Komunitas TIK.

Kegiatan kewirausahaan yg diberi nama BLKM (Balai Latihan Kerja Mahasiswa) ini tidak hanya melayani kampus, tetapi juga sivitas akademika dan masyarakat umum dgn biaya layanan yg disepakati oleh kampus. Tim outsourching terlibat beberapa tahun membantu kampus memasukan data FORLAP. 

Saya juga mendorong personel Komunitas TIK agar dapat merintis perusahaan digital. Beberapa tahun kemudian rintisan tersebut berdiri dgn badan hukum CV yg memberikan layanan dalam bidang TIK, dgn nama Airy, sebelum ada perusahaan digital dgn nama yg sama muncul di platform Android. Mahasiswa sendiri yg merumuskan perusahaannya, nama perusahaannya, legalitasnya, dan menjalankannya. Perintisannya tsb dilakukan sebelum lulus kuliah. 

Beberapa tahun kemudian USI sebagai rintisan organisasi disahkan sebagai unit kerja kampus. USI mulai memiliki personel yg cukup banyak sehingga tidak perlu lagi tambahan dari Komunitas TIK. Perekrutan relawan yg diberi nama student staf tidak lagi dilakukan. Dana insentif relawan tsb ditingkatkan dan diubah menjadi honorarium personel TIK yg bekerja penuh di USI. Komunitas TIK sudah tidak lagi menjadi organisasi underbow USI, dan menjadi unit kegiatan mahasiswa penuh yg masih saya bimbing sampai hari ini.

Penamaan student staf memiliki dua manfaat. Pertama utk menciptakan perasaan sedang bekerja pd diri mahasiswa. Kedua untuk mempromosikan kebutuhan personel TIK yg perlu dipenuhi oleh kampus utk menunjang layanan TIK yg menunjang otomatisasi proses bisnis kampus. 

Di LPPM saya mulai mendorong Pusat Pengembangan Karir dan Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kreatifitas utk menjalankan kembali BLKM dan inkubasi tenant. Rancangan peta jalan Penelitian dan Pengabdian kampus diarahkan utk menghasilkan luaran wirausaha baru yg mampu memanfaatkan hasil riset utk kegiatan komersial.

Ekspresi Cinta yg Menyejukan

Menurut situs web NU, Gus Dur menganggap Salman ibarat orang gila yang melempar masjid. Apa orang macam itu harus dibunuh? Menurut beliau, orang seperti Salman lebih baik diingatkan atau ditertawakan saja. Sementara reaksi keras umat Islam waktu itu disebabkan kondisi mereka labil hingga menjadikannya sensitif pada masalah-masalah. 

Gus Dur mencontohkan, di Amerika Serikat pernah ada pengarang yang menulis Hagarisme, salah satu sekte Yahudi yang berdasar dari Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim. Orang Yahudi tidak ribut. Sebab mereka sudah mengkonotasikan buku itu salah. Sama saja orang membaca buku Stalin tentang Tuhan. Orang hanya geli membacanya.

Dlm pemahaman saya, dialog membangun kesadaran yg berujung pd keinsyafan dan perbaikan jauh lebih bermanfaat bagi kemanusiaan dibandingkan dgn pembunuhan yg melabrak hukum. Saya belum menemukan dalil yang menyatakan Nabi SAW menyuruh umatnya untuk membunuh penghina beliau.

Menertawakan atau mengingatkan tsb merupakan amal kecintaan kpd Nabi SAW yg menyejukan, sejalan dgn pendapat Syekh al-Azhar yg menyatakan bhw penolakan harus disampaikan dgn TENANG, LEGAL, RASIONAL sesuai ajaran Nabi SAW; sebagai lawan dari amal yg EMOSIONAL, ILEGAL, IRASIONAL, semisal mengancam penjual agar tdk menjual produk lokal (bukan import) yg dimodali atau terafiliasi perusahaan asal Perancis, atau membeli lalu membuang produk tsb sementara di tempat lain ada saudara yg membutuhkannya.

Jumat, 06 November 2020

Boikotnya Ikut Siapa?

Sedih mendengar ibu-ibu kesulitan menemukan SGM utk bayinya. Produk susu tsb memang dikenal bagus kandungan nutrisinya dan paling murah, sehingga wajar bayak konsumennya. Kita dgn mudahnya bisa berkata, diberi ASI saja atau cari produk lainnya. Kalau bisa begitu, dari dulu ibu-ibunya tdk beli SGM. Lihat bayi nya saja, tdk usah buat susah bayi tsb.

Mari kita baca lagi seruan MUI, "MUI menyatakan sikap dan mengimbau kepada Ummat Islam Indonesia dan dunia untuk memboikot semua PRODUK YANG BERASAL dari negara Perancis"

SGM dan Aqua produk yg berasal dari negara Perancis? 🤔

Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, mengatakan, "Produk-produk kami seperti SGM dan Aqua, adalah produk-produk yang dikembangkan dan diproduksi di Indonesia oleh tenaga kerja Indonesia untuk konsumen Indonesia. Perusahaan kami tidak memiliki afiliasi politik dan hal-hal diluar bisnis kami. Kami akan tetap melanjutkan komitmen kami untuk melayani kebutuhan nutrisi dan hidrasi sehat melalui jutaan pedagang yang menjual produk kami di Indonesia dan disiapkan oleh hampir dari 15.000 karyawan kami di seluruh Indonesia".

Sudah jelas, SGM dan Aqua itu produk yg berasal dari dalam negeri, tdk masuk daftar produk yg diseru oleh MUI utk diboikot. Kalau mau ikut seruan MUI, ya boikotlah tas Hermes, mobil Peugout, dan produk lainnya yg diimport dari Perancis. Mereka yg boikot produk dalam negeri ikut seruan siapa?

Semangat boleh, tapi harus tetap rasional, sehat akal seperti yg di nasihatkan Syekh al-Azhar. Masa mau buat susah anak bangsa sendiri, apalagi dlm situasi pandemi di mana ekonomi Indonesia sedang terpuruk?