Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Minggu, 31 Januari 2021

Saya dan Tipitaka

Buddhisme memiliki daya tarik sendiri bagi para pencari jalan ketenangan. Hal tsb pernah saya alami sewaktu muda. Keinginan mengenal ajaran sang Budha mendorong saya utk menemukan sumber pustakanya, hingga bertemulah dgn buku Tipitaka Tematik. Saya tdk termasuk kalangan yg mempelajari ajaran tsb dari ahlinya secara mendalam, hanya sekedar ingin tahu saja. 

Saya baru mengetahui kalau filosofi pengetahuan yg diilustrasikan dgn sejumlah orang buta yg mengidentifikasi Gajah berasal dari sana. Ada sejumlah ajaran yg sejalan dan bisa difahami dgn ajaran Islam. Walau demikian, membacanya harus memiliki bekal pemahaman akidah agar pemahaman akidah kita tdk sinkretis. Sementara itu pengajaran budi pekertinya relatif universal.

Jumat, 29 Januari 2021

Keberkahan dan Adab di Dunia Maya


Bagi para guru, pengajaran daring utk khalayak umum itu keberkahannya berlipat. Audien biasanya terbatas ruang dan waktu, hal sebaliknya dgn daring. Ilmu yg disampaikan guru melalui daring akan mengalir ke mana2, diteruskan oleh banyak orang ke banyak orang lainnya melalui banyak media sosial atau sistem multimedia. Bila ilmu itu bermanfaat, maka pahalanya insya Allah berlipat2.

Sementara itu, adab murid diuji berlipat. Ia harus menjaga adab kpd gurunya, sekalipun ia tdk terlihat. Ia meyakini Tuhan Yg Maha Melihat mengetahui dan menilai bagaimana adabnya kpd guru. Biasanya ia hormat saat guru melihatnya; dan ia harus tetap hormat di belakang gurunya, atau melihat gurunya dari kejauhan, atau melihat gurunya melalui perantara. Dan ujian ini sangat berat. 

#PersepsiCahyana

Terjebak dalam Tubuh Terlelap

Istilah "katinggang eureup2" atau "ditumpakan jurig" dlm pengalaman saya adalah kondisi yg terjadi saat saluran nafas ke hidung berada dlm kondisi antara tertutup dan tidak. Pada saat saluran mau menutup, syaraf secara reflek bersiap membangunkan kita. Pada titik di mana hampir mau tertutup, syaraf hampir membangunkan kita. Dalam kondisi demikian kesadaran kita mulai hadir sekalipun fisik kita masih terlelap tidur. Akibatnya kita merasakan sensasi terjebak dalam tubuh, susah atau bahkan tdk bisa menggerakan tubuh. 

Dlm pengalaman saya, kehadiran itu dimulai dari pendengaran. Secara perlahan suara2 yg hadir dalam mimpi menjadi sesuai dgn suara2 yg ada di sekitar. Lalu diikuti dgn penglihatan, di mana objek2 dlm mimpi secara perlahan berubah menjadi objek dunia nyata yg mulai dilihat saat kelopak mata terbuka.

Kembali ke soal tubuh yg terjebak, ada kalanya dlm situasi tsb saya melihat tangan ini berwujud transfaran dan bergerak mengikuti keinginan, sementara tangan fisik tetap tdk bergerak. Ada kalanya saya berhasil menggerakan bagian tubuh, utamanya mulut dan tenggorokan. 

Oleh krn itu dlm kondisi tersebut seringkali saya memanggil istri bila merasa istri ada di rumah. Saya baru bangun setelah istri mengguncangkan tubuh. Kalau merasa istri tdk ada di rumah, saya pernah memanggil ibu. Tentu saja tdk bangun krn ibu ada di luar kota. Pilihan akhirnya adalah memanggil Allah penuh harap dgn mengucapkan Takbir. Setelah lebih dari dua kali takbir, barulah saya bisa bangun. 

Pernah suatu ketika dlm kondisi terjebak dlm tubuh yg terlelap saya merasakan nafas yg sesak. Saya menyadari aliran udara pada hidung ini bermasalah. Setelah berusaha bangun dan merasa sia2 berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya hampir menyerah. Nafas ini berhenti dan kegelapan yg terlihat saat itu menjadi lebih gelap lagi. Syukurlah Allah memberi ingatan sehingga saya ingat untuk meminta tolong kpd Nya. Harap dan takbirpun dimunculkan sehingga tubuh ini terbangun.

Dua pelajaran penting yg dapat dipetik dari pengalaman tsb: 1) Allah itu ada dan menolong kita, sebab:  a) Saya tdk bisa membangunkan diri sendiri, b) Hanya seseorang yg menggoncangkan tubuh dan Allah yg dipanggil saja yg bisa membangunkan; 2) Pertolongan itu dikaruniakan Allah kpd siapa dan pd saat yg dikehendaki Nya. Jika bukan krn Allah, saya tdk akan teringat kpd Nya dan memohon pertolongan Nya. Semoga akhir hidup kita husnul khatimah. Amin.

Kamis, 28 Januari 2021

Saling Menularkan Kebaikan dengan Bersedekah Pengetahuan

Semoga Pandemi ini segera berlalu, rindu ingin kembali bebas beraktivitas di tengah masyarakat, ingin menggerakan kembali Komunitas TIK Sekolah. Senang saat pembagian peran relawan TIK dlm literasi digital terwujud, di saat mahasiswa meliterasi digital siswa SMA/SMK/MA, para siswa tsb meliterasi siswa pd jenjang di bawahnya. KomTIK SMKN 10 Garut berhasil menunjukan bahwa siswa bisa menjadi Relawan TIK yg mentransfer pengetahuan penting literasi digital kpd siswa lainnya. 

Di Garut, semua kegiatan Relawan TIK yg dilakukan oleh Komunitas TIK yg terafiliasi ke Komunitas TIK Garut dilakukan melalui organisasi Relawan TIK Indonesia. Tepatnya sejak tgl 24 November 2012 beberapa minggu setelah pembentukan Komunitas TIK Garut (15 Oktober 2012). Oleh karenanya seringkali saya menyebut perkumpulan ini dgn nama Komunitas / Relawan TIK Garut. Perkumpulan ini menghimpun semua pegiat dan perkumpulan TIK yang ada di Garut. 

Kembali ke cerita kegiatan anggota KomTIK SMKN 10 Garut. Apa yg mereka kerjakan mengingatkan saya pada kegiatan Pramuka dulu sewaktu kelas dua SMP. Saat itu saya mengajar adik Pramuka kelas satu. Di masa itu pernah ada kunjungan dari Pangkalan Pramuka SMA sekitar, di mana mereka mentransfer pengetahuan kepramukaan. Saat itu saya diminta utk menunjukan kemampuan menggunakan suling. Dgn pengalaman di kepramukaan itu sampai hari ini saya meyakini bahwa saling ajar antar peserta didik lintas jenjang pendidikan bisa dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler.

Selasa, 26 Januari 2021

Relawan TIK sebagai Tridharma Perguruan Tinggi


Foto kegiatan ini merupakan awal kegiatan Relawan TIK sebagai pembelajaran dlm matakuliah pilihan IT Volunteering 2 SKS. Nama program tugas lapangannya adalah KPMI (Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi) yg dilaksanakan di sejumlah komunitas TIK sekolah.

Pak Eri Satria selaku kaprodi Informatika saat itu sangat mengapresiasi kegiatan ekstrakurikuler KPTIK (Kelompok Penggerak TIK) dan berfikir agar kegiatan yg termasuk pembelajaran pengabdian tsb hrs diapresiasi dlm nilai SKS. Akhirnya munculan matakuliah IT Volunteering 1 dan 2 dlm kurikulum dgn beban belajar 2 SKS. Selain itu, beliau berpendapat kompetensi C2C (Component to Cloud) yg dirilis saat pengukuhan Relawan TIK Garut dan sebelumnya diajarkan anggota KPTIK kpd anggotanya seharusnya dikuasai oleh seluruh mhsnya, sehingga munculan mata kuliah praktikum PTI (Pengantar Teknologi Informasi) 1 SKS.


5 tahun kemudian, sebagai ketua tim penyusun kurikulum Prodi Informatika STT Garut, saya menjadikan mata kuliah IT Volunteering sebagai mata kuliah Relawan TIK 2 SKS yg merupakan pembentuk karakter pembelajar-pengabdi sebelum peserta kuliah melaksanakan KKN, sekaligus pendalaman mata kuliah Komputer dan Masyarakat dlm lingkup keterlibatan Relawan TIK dlm pembangunan masyarakat informasi. Materinya bersumber dari kegiatan penelitian dan pengabdian dlm topik Relawan TIK dan Masyarakat Informasi. Nama program yg merupakan tugas lapangannya adalah #rtikabdimas.

Sementara itu, praktikum PTI berubah namanya menjadi Praktikum Sistem dan Teknologi Informasi. Kompetensi #sitekin yg diberikan dlm praktikum tsb menjadi bekal kewirausahaan TIK, pelayanan TIK dlm KKN, kegiatan pembelajaran yg menggunakan perangkat TIK, dan bekal kerja. Hanya tinggal disempurnakan dgn sertifikasi relevan.


Kegiatan pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kpd masyarakat terkait pembangunan masyarakat informasi dgn melibatkan Relawan TIK ini merupakan realisasi kesepakatan kerjasama STTG (Sekolah Tinggi Teknologi Garut) dgn Pengurus Pusat Relawan TIK Indonesia sejak tahun 2013 hingga sekarang. Beberapa waktu yg lalu, pak Fajar Eri Dianto selaku ketua umum Relawan TIK Indonesia dgn disepakati oleh ketua STTG mendaulat STTG sebagai Pusdiklatnas Relawan TIK Indonesia. Dalam kesempatan pidato daring perdananya setelah terpilih kembali sebagai ketum, beliau menyampaikan apresiasi kpd STTG yg telah bersedia menjadi Pusdiklatnas.


Pusdiklatnas ini di bawah bidang Penelitian, Pengembangan, dan SDM, di mana saya menjadi anggotanya. Sebelumnya saya banyak melakukan piloting di Pusdiklatnas terkait penerapan buku Relawan TIK Abdi Masyarakat dan buku Mobilisasi Relawan TIK Indonesia, khususnya di lingkungan komisariat kampus yg menjadi wilayah tanggung jawab saya.

Sekarang ini saya sedang melaksanakan piloting kurikulum Diklat Relawan TIK yg diminta oleh ketum pd periode sebelumnya. Kurikulum ini disusun mengikuti standar kurikulum kampus dgn proyeksi ke depan agar dapat diterapkan sebagai paket Kampus Merdeka - Merdeka Belajar 20 SKS. Dlm kurikulum ini akan ada dua sertifikasi, yakni sertifikasi kompetensi relawan TIK yg diselenggarakan oleh komisariat Relawan TIK Indonesia; dan sertifikasi kompetensi TIK yg diselenggarakan oleh LSP.


Pengalaman Praktik Beragama di Sekolah dan Lingkungan Semasa Sekolah


Di kelas tiga SMA, saya punya teman non muslim. Saat itu saya tdk mengetahui apakah ia mendapat pembelajaran agama di luar sekolah dari guru atau pemuka agamanya, sebagaimana mahasiswa di kampus saya. Hanya saja teman saya tersebut suka menyimak pembelajaran agama Islam dan diskusi masalah akidah di jam istirahat. Seperti misalnya soal salat menghadap benda (kabah).

Ia duduk tepat di belakang saya, di jajaran kedua. Saya sering menanggapinya dan memberi penjelasan sepanjang pemahaman agama yg dimiliki. Diskusinya seru, sekalian menguji seberapa kokoh pemahaman akidah. Setiap kali diskusi, esok harinya ia tdk masuk sekolah. Waktu itu saya bertanya alasannya, namun ia tdk menjawabnya. Semoga saja bukan krn merasa khawatir dgn hal yg tdk diinginkannya di sekolah, sebab sebenarnya kita membangun dialog dgn penuh keakraban, dan pertanyaannya itu bukan menistakan agama tetapi mengkonfirmasi apa yg diketahuinya.

Walau ada banya teman wanita yg mengenakan jilbab, tetapi saya tdk membeda-bedakannya dgn wanita yg rambutnya terurai. Beberapa tahun ke belakang saya melihat di medsos dan acara temu alumni, sebagian dari teman-teman itu mengenakan jilbab.

...

Saya pribadi dan keluarga memiliki prinsip, agama itu pengajaran sekaligus hak individu. Memberi tahu soal agama atau mengingatkan itu tdk harus selalu dgn berbagi ilmu, tetapi bisa juga dgn menunjukan apa yg seharusnya dilakukan menurut agama. Terlebih bila tujuan pesannya adalah orang dewasa yg mampu berfikir serta memiliki bekal ilmu agama, sehingga mampu membedakan mana yg benar dan salah.

Misalnya saat adzan berkumandang. Bagi saya pribadi, muslim dewasa yg faham kewajiban salat sdh cukup diingatkan oleh muadzin dgn suara adzan dan kita yg menunaikan salat. Bila ia tdk menunaikan salat, mungkin ia memiliki kesenjangan ruhani. Tetapi setiap orang memiliki waktunya sendiri utk menyelesaikan kesenjangan itu.

Sewaktu masih remaja dulu, saat hendak pergi salat maghrib ke masjid. Di depan gerbang kantor kelurahan ada seorang pemuda di lingkungan yg usianya di atas saya, berdiri di pinggir jalan. Kemudian saya ajak salat ke masjid. Dia tersinggung dan mengekpresikan marahnya kpd saya. Padahal ajakan saya biasa saja, cuma mengajak, tanpa ada tambahan kalimat lainnya. Saya memang tdk rugi dgn marahnya, tetapi ajakan saya tsb membuatnya jadi terlihat buruk krn menolak ajakan baik.

Sejak saat itu, kebanyakan dlm urusan agama, terlebih kpd orang di luar keluarga, saya tdk lagi melakukan hal serupa. Hanya cukup melakukan praktik agama di hadapannya dan menunjukan dampak baiknya. Bila dia bertanya, saya akan mencoba menjelaskan sepanjang pemahaman keagamaan yg saya peroleh dari sumber pengetahuan. Biarlah dia sang pemiliki hak pribadi dlm berkeyakinan utk memilih jalannya sendiri. Terlebih memang saya tdk punya kapasitas memadai utk melakukan lebih dari pada itu.

#BiografiCahyana

Senin, 25 Januari 2021

Sukses Pendampingan Relawan atau Komunitas

Sukses pendampingan relawan atau komunitas : 1) Melakukan pertemuan dengan mereka untuk memberikan dorongan saat niat relawan mereka terlihat, 2) Mengajak serta dalam pertemuan untuk membangun kesadaran mereka dengan cara menunjukan metode untuk mewujudkan niat mereka itu dan bahwa mereka tidak akan sendirian dalam mewujudkannya, 3) Memberi pengalaman kegiatan kepada mereka dengan memberi tanggung jawab membantu dalam sebagian urusan kegiatan, untuk membangun keyakinan bahwa niat mereka benar-benar dapat diwujudkan apabila metode tersebut diterapkan, 4) Membangun kepercayaan diri mereka dengan memberikan pendampingan penuh dalam kegiatan relawan skala kecil mereka yang penting dan berkesan, 5) Meningkatkan kepercayaan diri mereka dengan memberikan pendampingan penuh dalam kegiatan relawan skala besar mereka yang penting dan berkesan, 6) Membangun kepercayaan diri mereka dengan memberikan penghargaan atas kinerja relawan yang telah dilakukan agar dengannya mereka dapat melaksanakan kegiatan relawan baik kecil ataupun besar secara lebih mandiri.

Sabtu, 23 Januari 2021

Tidak Jadi Kuliah Sarjana Lagi


Dini hari, tgl 23 Januari 2021, saya bermimpi duduk dlm halaqah alm Gus Dur. Dlm pembicaraannya, beliau menyebut orang yg kepanjangan namanya adalah nama tempat di Bogor. Lalu ada seseorang yg bertanya, "Dia orang mana Gus?".

"Ya orang Bogor", jawab beliau

Saya dan semua orang yg hadir di sana tertawa.

Anak muda di samping kanan saya menanyakan jati diri saya. Saya jawab, "Alumni kampus STTG".

Sayapun ingin mengakrabkan diri dgn seseorang yg duduk di antara saya dan anak muda tersebut. Saya bertanya, "Anda dari mana?".

"Dari Muhammadiyah", jawab pria tersebut.

"Oh, saya juga pernah jadi mahasiswa di STAIDA", saya melanjutkan perbincangan tsb.

Pria tersebut bertanya, "STAIDA yang mana?"

Saya mulai berfikiri keras utk mengidentifikasi lokasi kampus yg dimaksud. Dan seperti biasanya, saat logika mulai bekerja, saya keluar dari alam mimpi dan terbangun.

...

Cerita saya tentang menjadi mahasiswa di Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arkom Muhammadiyah memang benar adanya, walau baru mendaftar dan tdk sempat duduk di bangku kuliahnya. Selepas kuliah sarjana, saya mengambil studi peradaban Islam dgn tujuan utk menunjang pengembangan radio Yamusa FM yg merupakan Edutainment Station yg diharapkan bernuansa Islami.

Waktu itu saya sampaikan inisiatif kuliah tsb kpd almarhum pak Abdullah Margani Musaddad. Beliau berkata, "Utk apa menghabiskan waktu utk kuliah di jenjang yg sama?".

Maksud beliau, seharusnya saya kuliah Magister saja yg menunjang pekerjaan saya di kampus sebagai pengajar.

Inisiatif saya masuk ke studi peradaban Islam dgn biaya sendiri selain utk alasan tersebut, juga saya merasa perlu melengkapi keilmuan teknik / keduniaan dgn bidang keagamaan. Kebetulan saat itu saya sedang menikmati bacaan terkait peradaban dan pergerakan Islam di Indonesia dan di luar negeri.

Saya tdk pernah masuk kelas di kampus tsb krn mendengarkan nasihat almarhum. Setelah beliau wafat barulah saya kuliah Magister di ITB dgn biaya dari kampus, tepatnya saat prof Ali Ramdhani sebagai ketua STT Garut.

Ada rentang waktu yg lama antara obrolan saya dgn almarhum sampai kuliah Magister. Alasannya krn saya menyibukan diri dgn kegiatan pengembangan infrastruktur TI kampus, dan saya bukan tipikal orang yg terbiasa meminta kpd orang lain. Jangankan kpd orang lain, kpd keluarga pun tdk terbiasa meminta. Maksudnya, bila saya saat itu meminta disekolahkan Magister seperti keinginan almarhum, mungkin saja beliau akan menyekolahkan.

Kampus mendorong saya utk mendaftar kuliah Pascasarjana. Saat itu saya mengikuti saran prof utk mendaftar ke ITB. Saat menerima surat hasil ujian masuk ITB dari pejabat STTG yg saat itu berkumpul dgn beberapa staf, nampak roman kebahagiaan. Saya pun membacanya, dan tertulis bahwa saya diterima.

Saya sampaikan kpd prof bhw saya hanya punya niat dan tdk punya biaya. Oleh krnnya, tdk ada masalah bagi saya utk tdk melanjutkan prosesnya. Tetapi prof memutuskan saya akan dibiayai kampus sampai selesai.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2011, sayapun lulus kuliah. Kampus membuat syukuran utk kelulusan saya tsb. Bahkan istri saya pun diminta hadir. Kebetulan kampus merayakannya dgn hidangan Pizza yg disukasi oleh istri.

Dlm acara tersebut saya mengucapkan terima kasih kpd kampus yg telah membantu proses penyelesaian studi. Kuliah pulang pergi Garut - Bandung tiap hari memang terasa melelahkan dan bahkan membuat sakit. Tetapi saya menikmatinya sebagai bagian dari proses kesungguhan dlm belajar. Teringat DR Husni Sastramiharja berkata di ruang kelasnya di ITB, "Rinda sudah khatam jalan Garut - Bandung. Tularkan semangat itu kepada yg lainnya". 

...

Hari ini, setelah saya menuliskan cerita ini, saya menyadari bahwa akhirnya harapan almarhum terpenuhi. Saya telah mendengarkan dan memenuhi nasihatnya yg bermanfaat. Ada banyak pintu kesempatan setelah saya kuliah Magister, mulai dari mendapatkan sertifikasi dosen hingga kesempatan2 dlm kegiatan pengabdian kpd masyarakat.

Saya teringat perkataan pak Wahid dari Radnet, "Biasanya lulusan ITB itu suka banyak kegiatan di luar". Dan benar saja, ada banyak kegiatan yg saya lakukan di luar, mulai dari membangun jejaring kerjasama utk kampus, hingga menjadi narasumber di banyak kegiatan.

Saya begitu menikmati kegiatan lapangan ini sehingga hampir jarang duduk di kursi jabatan tugas tambahan saya di kampus. Tetapi ada banyak hasil kegiatannya yg memberi angka kredit bagi akreditasi, mulai dari kegiatan lokal, nasional, hingga internasional. Dan berkas luaran saya di Google Drive terkait tugas tambahan ini juga sangat banyak dan bermanfaat sebagai bukti utk akreditasi.

Semua itu terjadi krn saya lebih banyak kerja remote dan WFH, sebelum jaman WFH era pandemi. Waktu kerja saya tdk dibatasi waktu kerja kantor. Saya tdk memperdulikan apakah pekerjaan tsb dianggap lembur atau saya dianggap tdk hadir, yg terpenting saya menikmatinya dan hasil kerja yg terekam di Google Drive / Laptop menunjukan kehadiran saya utk berkontribusi mengembangkan kampus almamater. Alumni yg menikmati studinya akan selalu mencintai almamater dan berbuat yg terbaik semampunya.

...

Bacaan pergerakan membuka pintu penerimaan saya kepada pemahaman atau semangat keagamaan yg ekstrem. Tetapi dominasi bacaan jihad besar melawan hawa nafsu membuat pintu tersebut banyak tertutup. Suatu ketika prof berkata bahwa hanya sedikit polesan lagi saya bisa lebih moderat dlm beragama. Dan sepertinya perkataan beliau tsb merupakan doa, sehingga saya sekarang ini mulai menikmati alam moderasi dlm beragama.

Seringkali saya tersenyum saat melihat banyak teman kondisinya seperti saat saya mempelajari pemahaman keagamaan ekstrem. Seringkali saya disebut tdk pro Islam, liberal, hingga munafik oleh orang yg tdk banyak mengetahui apa yg pernah saya baca dan alami. Saya tersenyum bukan menertawakan mereka, tetapi mengingat hidup saya yg berproses, di mana saya bersyukur telah melewatinya dan berada di alam fikir keagaamaan yg jauh lebih baik dari masa lalu. Teringat perkataan ust. Aidid, guru fiqh saya, bahwa kita akan tersenyum saat mengingat bagaimana kita dulu.

Saya tdk lagi melihat sinis kpd mereka yg sikap dan perkataannya besebrangan dgn ajaran Islam, tetapi mengasihinya; seraya memahami bahwa hidup ini berproses, dan tdk ada yg tahu akhir hidup ini siapa yg akan lebih beruntung. Hal tsb mengharuskan saya utk belajar bersikap tawadhu kpd siapapun, pelajaran yg teramat sulit di saat semangat masih meletup-letup.

#BiografiCahyana

http://rindacahyana.sttgarut.ac.id/2021/01/tidak-jadi-kuliah-sarjana-lagi.html

Kamis, 21 Januari 2021

Membela Nabi Tidak Dengan Perkataan Keji

Dikutip dari Imam Bukhari, dalam Al-Jami’ Ash-Shahih:

Dari Aisyah RA bahwa sekelompok yahudi datang kepada Nabi SAW sambil berkata, “Kebinasaan atasmu”. 

Maka Aisyah berkata, “Semoga atas kalian juga dan semoga laknat dan kemurkaan Allah kepada kalian”. 

Beliau bersabda: “Tenanglah wahai aisyah, berlemahlembutlah dan jangan kamu berkata keji”. 

Aisyah berkata, “Apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka katakan?".

Beliau bersabda: “Tidakkah engkau mendengar apa yang aku ucapkan, aku telah membalasnya. Adapun jawabanku akan dikabulkan sementara doa mereka tidak akan dikabulkan".

Tidak Ada Kata Berhenti Menjadi Relawan


Di usia kepala 4 ini saya mulai kewalahan kalau begadang. Malam itu saya menyiapkan materi diklat sampai lewat tengah malam. Selepas dzuhur, Diklat hari terakhir itu digelar sampai sore. Saya melaksanakannya secara daring di kampus. Sepulangnya dari kampus, saya merasakan kantuk saat berkendara. Sesampainya di rumah, sekitar pukul 5 sorean saya tertidur. Syukurlah anak membangunkan krn ada telp dari bapak yg menanyakan akun Facebooknya.

Selepas salat maghrib saya menyerah dari kantuk ini, tidur terlelap dan bermimpi bertemu kyai yg mengingatkan saya agar menjaga salat. Sekitar pukul setengah dua malam saya terbangun dan mencoba utk terjaga krn ingat blm melaksanakan salat isya. Saya tdk terbiasa meminum kopi, sehingga hrs menahan kantuk utk bisa salat isya.

Selepas salat, saya buka Whatsapp, ada tiga pesan masuk yg mengingatkan saya akan acara penting malam tadi. Bang Mihram dan dan kang Mario Devys yg satu kelompok dlm bidang LITBANGSDM mengajak saya gabung ke ruang maya, di mana pak Fajar Eri Dianto selaku ketua umum terpilih akan mengenalkan pengurus baru Relawan TIK Indonesia. Saya juga membaca pesan dari Zoel Hilmy, ketua Komunitas / Relawan TIK kampus yg menginformasikan kalau saya ditunggu di ruang maya tersebut. Katanya, Relawan TIK Indonesia mengucapkan terima kasih kepada Sekolah Tinggi Teknologi Garut yg telah bersedia menjadi Pusdiklatnas Relawan TIK Indonesia.

Kepada ketiganya saya sampaikan alasan tdk menghadiri, dan kepada ketua umum saya meminta maaf krn alasan tsb. Tiga hari menjadi instruktur diklat Relawan TIK Garut membuat saya lelah, tertidur, dan melewatkan event perdana Pengurus Pusat Baru Relawan TIK Indonesia. Bang Mihram dan pak Fajar Eri memaklumi kondisi tersebut. Katanya, yg terpenting sehat.

Mungkin ada yg berfikir saya sebegitunya krn mendapat insentif uang jutaan sebagaimana dlm Diklat yg digelar oleh Kementrian. Saya katakan, tidak. Komitmen semua relawan saat melaksanakan kegiatannya adalah sukarela demi amal. Dan bagi relawan, pahala amal itu nominalnya kalau diuangkan melampaui jutaan rupiah uang yg bakal ditinggal kalau mati. Saya selama ini meyakini kehadiran Tuhan yg selalu hadir membukakan jalan penyelesaian di saat saya berhadapan dgn masalah.

Kegiatan Diklat Relawan TIK Garut tiga hari tsb penting utk empat kepentingan. Pertama, membantu masyarakat memahami Relawan TIK. Kedua, membantu kampus agar dapat mememuhi dharma pengabdiannya. Ketiga, membantu ketua Relawan TIK Garut agar dapat segera melaksanakan regenerasi. Dan keempat, utk mengujicoba struktur kurikulum Diklat anggota yg saya buat dan sosialisasikan di Relawan TIK Indonesia. Selepas acara penutupan Diklat yg ditutup oleh pak Hilmi Aulawi, ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut yg menjadi penasihat Komunitas / Relawan TIK Garut, beliau menyatakan apresiasinya atas acara tsb kpd saya.

Sebelum acara Diklat dilaksanakan, Muhammad Rikza Nashrulloh berkonsultasi kpd saya ttg bagaimana ia mengembalikan amanat jabatannya sebagai ketua Relawan TIK Garut yg sdh lama diembannya. Saya mengajaknya utk melaksanakan musyawarah sesuai AD/ART Relawan TIK Indonesia, yakni dgn mengundang tiga perwakilan komisariat. Garut kekurangan satu komisariat, sehingga saya mendorongnya utk menggelar Diklat dan pembentukan komisariat bersama yg disediakan bagi masyarakat yg di instansinya tdk ada komisariat.

Dlm pertemuan yg membahas pergantian kepengurusan Komunitas / Relawan TIK kampus, saya menyampaikan kpd pengurus dan anggota yg hadir agar purna pengurus yg masih ingin memperpanjang silaturahmi dan bersedekah demi amal dan kemanusiaan agar melanjutkannya di ruang yg lebih luas dari pada komisariat kampus, yakni di tingkat cabang.

Sebagai pembina saya memberi nasihat, bila ada musyawarah cabang, perwakilan yg diutus harus purna pengurus dan anggota biasa yg satu angkatan dgnnya. Agar pengalaman mereka lebih berkembang, dan agar anggota di bawah angkatan mereka tdk duplikasi atau loncat jabatan. Nasihat tersebut sejalan dgn gagasan saya tentang jenjang karir Relawan TIK yg dituliskan dlm buku Mobilisasi Relawan TIK Indonesia.

Sebagai orang yg memahami agama dan beriman kpd Nya, kita semua meyakini bahwa Tuhan membukakan pintu rejeki dgn silaturahmi, dan melipatgandakan rejeki dgn sedekah. Semakin luas, semakin terbuka lebar dan berlipatganda. Rejeki yg dimaksud tdk harus selalu materi, tetapi juga ruhani. Oleh karena itu, tidak perlu ada kata berhenti utk menjadi relawan, sekalipun energi ini tdk sebesar dulu.

Rabu, 20 Januari 2021

Kurikulum Diklat Anggota Relawan TIK


Untuk membentuk SDM Relawan TIK Indonesia yang mampu melaksanakan layanan relawan TIK secara efektif dan efisien, diperlukan kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan berdasarkan kurikulum Relawan TIK. Materi Wajib Umum menjadi landasan bangunan pengetahuan, keterampilan, dan sikap relawan TIK, untuk kemudian diterapkan di dalam organisasi Relawan TIK Indonesia dengan mencontoh praktik nyata Relawan TIK seperti dijelaskan dalam materi Penciri Organisasi.

Praktik tersebut dijalankan secara sistematis mengikuti metodologi layanan yang dijelaskan dalam materi Dasar Umum Kelompok, dengan berbekal sekumpulan keahlian literasi digital atau TIK yang diperlukan oleh kelompok mitra pengguna layanannya dalam materi Umum dan Utama Kelompok. Sekumpulan keahlian tersebut dilengkapi dengan materi Pilihan berupa sekumpulan standar tertentu yang dilaytih dan diujikan oleh lembaga sertifikasi, atau sekumpulan keahlian yang digunakan oleh kelompok lain yang relevan dengan kegiatan pelayanannya.

Contoh materi klik di sini

Minggu, 17 Januari 2021

Melawan Gelap Menuju Terang


Saat nasihat ulama agar bangsa ini bersatu, memberi contoh bagaimana mengasihi siapapun yg dianggap dzalim dan meninggalkan ujaran buruk, di antara kita ada banyak yg mengabaikannya; memilih utk menjadi generasi busuk dari pada meninggalkan gelapnya hawa nafsu asobiyah yg tercela.

Ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Akan ada di akhir zaman suatu komunitas yang menganggap bahwa ibadah yang paling istimewa adalah menang caci maki, menjelekkan satu sama lain. Mereka itu disebut generasi busuk"

Saat Allah memanggil banyak alim ulama yg menjadi penerang dlm gelap seperti itu ke hadirat Nya, semoga Allah tdk mendatangkan ujian yg lebih besar lagi utk mengganti generasi busuk dgn generasi yg lebih baik. Semoga ulama dan murid yg mengajarkan dan menjalankan nasihat seperti itu menjadi salah satu sebab kasih Nya menahan murka Nya.

#PersepsiCahyana

Melawan Dakwah Keras

Golongan keras dan lembut senantiasa ada di setiap kurun masa, sebagaimana terekam dalam Adab an-Nafs dan Riyadhat an-Nafs karya Hakim at-Tarmidzi:

Rasyid ibn Abu Rasyid berjalan bersama Khalid ibn Abu Ma'dan di salah satu pasar kota Hamasha. Tiba2 keduanya melihat orang Nasrani menampakan kemusyrikannya kepada Allah SWT. Khalid berkata kepada Rasyid, "Lepaskan zirahmu lalu hantamkan ke hidung orang itu!". 

Rasyid segera melakukan perintah Khalid. Mendapatkan perlakuan buruk orang Nasrani tersebut pergi menemui saudaranya untuk membalaskan sakit hatinya. 

"Mengapa kau lakukan itu kepadanya?", tanya saudara Nasrani tersebut. 

"Allahlah yang mencederai hidungnya dan hidung oranng-orang yang tidak disukai-Nya, supaya mereka tidak menampakan kemusyrikan dan salib kepada kita. Allah melakukan itu supaya mereka tidak lagi mempertontonkan kemusyrikannya di muka umum", jawab Khalid. 

(Diriwayatkan oleh Abd al-Karim ibn Abd Allah dari Ali ibn al-Hasan, dari Abd Allah, dari Abu Bakr ibn Abu Maryam) 

Melihat kafir dzimmi teraniaya, Amir ibn Abd Qays (Tabi'i di Basrah hidup tahun 661-680) segera menyelamatkan orang itu lalu berkata, "Demi Allah, tidak boleh ada kafir dzimmi teraniaya selama aku masih hidup"

(Diriwayatkan Abd Allah ibn Abu Ziyad dari Sayyar, dari Hafs ibn Sulayman, dari Malik ibn Dinar)

Rabu, 13 Januari 2021

Takut dan Berani Divaksin


Hari ini Presiden Indonesia akan menjadi orang pertama yg divaksin, dalam rangka berjihad memerangi Covid-19. Setelah vaksinasi dijalankan, akan ada dua kelompok masyarakat, yakni mereka yg mau divaksin dan mereka yg menolak divaksin dgn apapun alasannya.

Saya pribadi sudah jenuh dgn kondisi pandemi ini, bukan krn tdk ikhlas dgn takdir adanya pandemi. Jenuh melihat ambulance lalu lalang membawa pasien Covid-19, dan membaca data kematian. Semua itu membuat hati merasa khawatir dan bersedih. Terutama jenuh krn tdk bisa melaksanakan volunteering dgn leluasa di dunia nyata. Oleh krn nya saya siap divaksin dan mendukung vaksinasi ini yg vaksinnya telah melampaui standar WHO dan dibolehkan oleh BPOM.

Dari awal saya melawan siapapun di medsos yg mengkampanyekan sikap abai thd ancaman Covid-19. Belasan tim relawan saya gerakan utk melakukan penyadaran melalui program #rtikabdimas. Kepada Allah saya sampaikan permohonan, semoga segala upaya tsb menjadi wasilah perlindungan diri dan keluarga dari Covid-19. Tidak lupa memperbanyak bacaan shalawat yg diijazahkan Habib Luthfi kpd masyarakat utk melindungi diri dari Covid-19. Berikut Ijazahnya:


بسم الله الرحمن الحيم

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى اٰÙ„ سيدنا محمد بعدد كل داء ودواء


Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad, wa ‘ala ali sayyidina Muhammad, bi’adadi kulli daain wa dawaa in.

Saya pernah menolak program vaksinasi pemerintah. Saat itu ada program vaksinasi dilaksanakan utk siswa sekolah dasar. Nyali saya ciut, entah krn terpengaruh oleh teman atau krn takut jarum suntiknya. Saya dgn seorang teman berjalan ke arah pintu. Kita berdua sama2 memegangi tangan, kesannya seperti sudah divaksinasi. Setelah berbohong kpd guru dgn mengatakan sdh divaksinasi, beliau mempersilahkan kami pulang.

Itulah satu-satunya pengalaman dlm hidup saya berbohong utk menghindari vaksinasi. Saat itu saya tdk faham manfaat vaksinasi, lebih faham jarum suntik itu tajam dan mengira bakal sakit saat jarumnya menembus kulit. Setelah dewasa, pemahaman vaksinasi saya jauh lebih baik lagi. Dalam konteks vaksinasi Covid-19, saya memahaminya sebagai upaya melindungi diri dan orang lain yg rentan di sekitar kita, khususnya orang tua kita yg sdh sepuh. 

Selasa, 12 Januari 2021

Anak Informatika Juga Bisa Kena Skimming

Tepatnya tgl 5 Januari yg silam, saya duduk di bangku yg berjejer di salah satu bank negara. Di sana duduk beberapa nasabah yg mengalami musibah seperti saya. 

Satu hari sebelumnya, saya merasa kaget krn mendapat info penyalahgunaan kartu dari ATM saat akan menarik dana, padahal sebelumnya tdk ada kendala saat penarikan dana tsb. Kecurigaan kalau saya terkena skimming muncul saat membaca info di WAG Kampus ttg kejahatan skimming yg sdh memakan korban.

Saat itu juga saya bergegas ke bank, bertemu dgn Satpamnya dan menyampaikan maksud bertemu dgn layanan nasabah. Satpamnya bilang kartu antriannya sdh habis, krn sejak jam 7 pagi banyak orang mendatangi bank. Sejak program bantuan yg disalurkan melalui bank negara ini, nasabah seperti saya memang sulit mengakses layanan nasabah. Satpamnya menyarankan saya utk datang lagi besok. 

Besok harinya, saya ketemu Satpamnya, jawabannya tetap sama, kartu antriannya habis. Lalu saya sampaikan kalau urusan yg hendak diselesaikan ini adalah terkait skimming. Barulah saya dipersilahkan masuk dan duduk di barisan khusus utk kasus skimming. 

Korban skimming yg duduk di dalam antrian beragam latar belakangnya, mulai dari pensiunan, pegawai, mahasiswa, hingga pengusaha. Sambil duduk menunggu antrian saya memulai perbincangan dgn nasabah yg duduk di samping terkait kejadian skimming. Saya berbagi pengetahuan ttg bagaimana kejahatan tersebut dilakukan berdasarkan teori dan bukti yg divideokan di youtube. 

Saat pembicaraan masuk ke soal pekerjaan masing-masing, saya memperkenalkan diri sebagai tenaga pengajar informatika. 

Bapak yg saya ajak bicara lalu berkata, "Oh, pantas saja bapak tahu ttg skimming. Tapi orang informatika kok bisa kena skimming pak?

"Saya tahu sedikit saja pak, sebab fokus keilmuan saya tdk pada keamanan sistem", jawab saya. 

Bapak di samping saya menambahi, "Dokter saja bisa sakit pak, orang informatika juga pasti bisa kena skimming".

Kamipun tertawa, melupakan sejenak masalah skimming yg sedang dihadapi. 

Dari riwayat transaksi yg diberikan oleh petugas bank diketahui kejadian pencurian uang itu terjadi tgl 3, satu hari setelah saya menarik uang di ATM. Pencuri menggunakan kartu ATM dgn nomor yg sama, menarik uang di ATM Bandung. Kemudian mentransfer selebihnya ke ATM Denpasar. Di bank saya menandatangani surat persetujuan penggantian uang oleh pihak bank. Alhamdulillah, satu hari berselang, uang tsb diganti oleh pihak bank sesuai isi surat tsb.

Senin, 11 Januari 2021

Kenangan Harun Yahya

Saya terkejut saat mendengar berita yang dilansir oleh AFP, Senin (11/1). Amar putusan hakim menyatakan menjatuhkan vonis 1.075 tahun penjara kpd Harun Yahya karena terbukti melakukan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap orang di bawah umur. Dia juga terbukti melakukan penipuan dan mencoba memata-matai pemerintah dalam hal politik dan militer.

Di masa bujang, karya beliau ini sangat menarik utk dibaca. Teringat malam itu, saya menemani alm pak Bunyamin Musaddad. Selepas salat isya berjamaah, beliau memutar salah satu volume video kajian Harun Yahya dan memberi penjelasan utk menasihati saya agar tdk larut dlm patah hati. 

Karyanya tsb sama sekali tdk berkaitan dgn sikap keliru Harun Yahya. Setiap manusia biasa itu tdk maksum, sehebat apapun dia. Karya beliau masih menjadi karya terbaik bagi sebagian kalangan yg tentunya tdk luput dari banyak kritik dari para peneliti.

Minggu, 03 Januari 2021

Kecelakaan karena Fanatisme Sesat

Yusuf al-Qaradhawi dalam As-Shahwah al-Islamiyyah baina al-Juhud wa at-Tatharruf berkata, bahwa umat muslim yang beriman kepada Allah SWT oleh sebagian kalangan disamakan dengan orang kafir, yang ingkar dan tidak memiliki keimanan hanya karena perbedaan dalam hal furu'. Sikap takfiri tersebut menurut Muhammad al-Bahiy dalam Al-Fikr al Islami al Hadist wa Silatuhu fi al Isti`mar al Gharbi timbul karena fanatisme yang berlebihan terhadap kelompok. 

Banyak ulama mengingatkan kita untuk tidak mudah menuduh saudara muslimnya yang tidak sama pendapatnya dalam soal furu' (apalagi dalam soal yang tidak furu' sama sekali) sebagai kafir. Sebab bila dalil kalangan yang dikafirkan itu ternyata benar di sisi Allah dan Rasul-Nya, maka khawatirnya kekafiran itu akan kembali kepada dirinya sendiri. 

Nabi SAW mengingatkan kita, “Janganlah seseorang menuduh orang lain dengan tuduhan fasik dan jangan pula menuduhnya dengan tuduhan kafir, karena tuduhan itu akan kembali kepada dirinya sendiri jika orang lain tersebut tidak sebagaimana yang dia tuduhkan.” (HR. Bukhari: 6045).