Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Jumat, 29 April 2022

Perubahan TV

Perubahan itu hal biasa saja. Pernah ada masanya di mana Televisi (TV) bergambar hitam putih, kemudian menjadi berwarna. Setiap rumah memasang menara tinggi dari pipa besi utk antena, lengkap dgn penguat daya tangkap sinyalnya. Perlahan menara itu banyak menghilang. Dan sekarang ada perubahan format data yg dikirimkannya menjadi digital, sehingga pengguna TV lama harus membeli perangkat tambahan. 

Di keluarga saya, anak-anak sudah tdk lagi berminat menonton TV. Mereka lebih cenderung menikmati informasi atau memenuhi kebutuhan hiburannya dgn internet / smartphone. Acara TV gaya lama hanya laku di sebagian besar kalangan digital migrant. Saya sendiri lebih suka nonton acara TV gaya baru yg dikelola oleh pesohor. 

Smart TV adalah jenis TV yg lajim di masa depan, sehingga harga jualnya lebih murah dibandingkan sekarang. Semua rumah akan online pada masanya. Perumpamaan kondisi rumah online dgn offline seperti rumah yg teraliri listrik atau belum di masa lalu. Maka kita hanya perlu mengucapkan selamat datang perubahan, di mana kita bisa menonton acara TV di mana saja, dan jeda iklan bisa kita interupsi dgn membayar sejumlah uang kpd penyedia jasanya secara periodik.

#PersepsiCahyana

Jumat, 22 April 2022

Nilai Berita

Saya pernah menjadi direktur operasional radio swasta yg sesekali ngisi waktu jadi penyiar acara penutup tengah malam. Saya sedikit tahu soal bagaimana media memilih berita. Kelayakan suatu berita utk ditayangkan oleh media memperhatikan nilai beritanya yg secara umum mencakup: ketepatan waktu berita dgn kejadiannya, dampak peristiwa terhadap banyak orang, konflik yg menimbulkan pro kontra, segala hal terkait mata uang, kejadian tak terduga, kedekatan kejadian dgn audien, ketertarikan manusia, kejadian yg menonjol (melibatkan tokoh). 

Beberapa waktu yg lalu ada banyak teman jejaring yg mengirimkan pertanyaan di medsosnya, knp demo mhs kemarin sunyi pemberitaan. Ya mungkin krn nilai beritanya tdk dapat. Tapi begitu ada pendapat aneh dari wakil BEM SI ttg ORBA, atau kejadian menonjol terkait penganiayaan AA yg menimbulkan pro-kontra, barulah muncul beritanya kan ya? 

Demikian pula saat pandemi menerpa dan berdampak luas, pemberitaannya terus menerus sampai sebagian orang merasa mual. Sebagian masyarakat yg tdk mengetahui soal nilai berita ini bahkan menghubung-hubungkan pemberitaan masif pandemi dgn teori konspirasi. Konflik Rusia-Ukraina yg menimbulkan pro-kontra juga menimbulkan nilai berita, sehingga beritanya pasti akan terus tayang sampai pro-kontranya menurun atau tdk ada lagi nilai berita lainnya. 

#PersepsiCahyana

Etika Menyanggah Komentar di Medsos


Sayyid Abdullah Ba‘alawi Al-Haddad dalam An-Nasha’ihud Diniyyah wal Washayal Imaniyyah mengatakan bahwa etika terpenting dan terkuat perihal amar makruf dan nahi mungkar adalah menjauhi kesombongan, kekerasan, hinaan, dan cacian terhadap orang yang bermaksiat. Etika tersebut dapat diterapkan sebagai etika digital saat kita melakukan counter speech atau menyanggah komentar orang lain di media sosial.

Hingga saat ini kita masih menemukan sikap tdk etis seseorang di medsos, di mana ia menyanggah komentar orang lain dgn menyertakan hinaan dan cacian. Dalam konteks kerancuan berfikir kita mengenal Argumentum ad Hominem, yakni menyerang pribadi seseorang.

Mungkin seseorang akan terpengaruh dgn sikap tdk etis tsb dan melakukan tindakan yg sama sebagai balasan, sehingga pada akhirnya menjadi pertunjukan tdk etis. Kita semua berpotensi mengalaminya saat tdk mengetahui atau lepas dari kesadaran akan pentingnya etika tsb. Seseorang tdk akan berubah dgn cacian atau hinaan, tetapi dgn masuknya pengetahuan yg membangun pemahaman baru atau mengkoreksi pemahaman yg ada.

#LiterasiDigital
#PersepsiCahyana

Selasa, 19 April 2022

Post-Truth dan Patologi Komunikasi

 


Dijejali dengan teori-teori konspirasi, ujaran-ujaran kebencian dan fitnah-fitnah, demokrasi tidak lagi menjadi arena adu argumen, melainkan berubah menjadi sesi-sesi provokasi yang menghipnosis massa dengan sentimen-sentimen kolektif. Tujuan utamanya bukanlah menyampaikan informasi yang bernas, namun sekadar menggugah emosi bahkan kemarahan atau kebencian pada yang lain. Reproduksi hoaks, ujaran kebencian, fitnah, teror dan berbagai kekerasan simbolis lainnya memang meningkatkan kompleksitas sosial dan dapat menggiring pada chaos, namun hukum qua sistem mereduksi kompleksitas itu. 

Berbagai komponen demagogi post-truth, seperti hoaks, berita palsu, ujaran kebencian, sentimen dikenal sebagai patologi komunikasi. Post-truth semakin mudah menyebar bila disertai dengan atribut kesakralan dengan sentiment keagamaan. Akbatnya timbul rasa kebencian dan intoleransi. Persatuan nasional mendapat ancaman dari maraknya berita bohong, ujaran kebencian dan intoleransi.

Daya nalar akan nilai-nilai etik menghilang dikalahkan ego pribadi yang menolak untuk memercayai informasi akurat sekalipun didukung data dan fakta empiris dari sumber yang bereputasi dan terpercaya. Post truth pada akhirnya mudah dan cap berkelindan dengan xenophobia, bigotry dan hipocrycy. Pada akhirnya yang tersisa adalah kedangkalan pemahaman akan realita, glorifikasi kebencian pada siapapun yang tidak sepaham dan merosotnya nalar-etis. 

Dikutip dari Putro dkk. (2020)

#LiterasiDigital

Penangkalan Provokasi Beraroma Agama


Agama sejatinya merupakan petunjuk hidup ke arah yg lebih baik. Utusan Nya menggunakan agama sebagai katalis yg mempercepat perubahan yg baik. Namun sebagian kelompok menggunakan agama sebagai katalis yg mempercepat dampak provokasinya yg mengarah kepada tindakan diskriminasi atau kekerasan yg luas. Nama Tuhan dibawa-bawa dalam provokasi buruknya, baik dalam perkataan yg disampaikannya secara langsung, atau tdk langsung melalui beragam format konten digital di media sosial.

Provokasi seperti itu dapat menimbulkan kerusakan di muka bumi. Provokasi yg tdk terkendali berakhir pada konflik yg tdk berkesudahan. Penindakan terhadap provokator yg menggunakan agama sudah seharusnya jauh lebih cepat dari pada selainnya, mengingat bahaya besar yg ditimbulkannya.

Selama level dampaknya masih dapat ditolerir, aparat tdk melakukan pendekatan hukum. Ruang perdebatan masih terbuka bagi kelompok tersebut, pendukung dan penentangnya, sebagai wujud perlindungan terhadap hak kebebasan berekspresi. Namun level dampak buruknya dapat meningkat dgn cepat saat kelompok pendukungnya meluas, sementara kelompok penentang tdk berhasil menahan atau menghentikannya dgn kontra ujaran.

Saat levelnya mulai memuncak yg ditandai oleh kemunculan tindakan kekerasan, negara menutup ruang perdebatan dan memberikan sanksi hukum kpd para pelanggar, terutama kpd penggerak utamanya. Pelibatan tokoh elit agama yg didengar secara luas dalam menangkal provokasi dan fikiran keliru yg berkembang merupakan penggunaan agama sebagai katalis perubahan ke arah sebaliknya, menurunkan level dampak provokasi dgn cepat.

#PersepsiCahyana

Senin, 18 April 2022

Perubahan Suara Masjid


Bukanlah suatu keanehan bila adzan di tempat tinggi tdk banyak dilakukan lagi oleh Muadzin setelah adanya sound system. Menara Masjid yg awalnya ditempati Muadzin, kini ditempati oleh speaker. Suara dari dalam Masjid tersiar ke semua orang yg berada di luar melalui speaker.

Dan bukan suatu keanehan pula bila suara Muadzin dapat menjangkau tempat yg sangat jauh setelah adanya internet. Menara Masjid yg awalnya ditempati speaker, kelak menjadi tempat antena jaringan. Suara dalam Masjid tersiar kepada orang tertentu yg berada di tempat-tempat jauh.

Di masa depan, lingkungan Masjid mungkin nyaris sunyi, tdk terdengar suara speaker luar. Tetapi di dalamnya, suara dzikr bergema, terdengar ke tempat terjauh di mana jemaahnya berada. Tdk perlu konsumsi listrik yg besar utk menyiarkan suara sejauh itu. Sepinya suara masjid saat itu bukanlah sepi di luar, tetapi sepi di dalam.

#PersepsiCahyana

Jokowi dan ESEMKA


Kenapa dulu Jokowi menggunakan mobil ESEMKA? Menurut saya sangat wajar bila sebagai kepala daerah, Jokowi mempromosikan karya putra daerahnya, dan mengapresiasinya dgn mendorongnya sebagai kendaraan dinas pd tahun 2012.

Program teaching factory yg memunculkan ide ESEMKA thn 2007 adalah program Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud RI. Ada banyak SMK di berbagai wilayah yg terlibat dlm pengembangan otomotif. Thn 2010 hasilnya diuji di Jakarta, namun belum lolos laik jalan. Jokowi meminta agar diuji kembali setelah ingin menjadikannya sebagai kendaraan dinas. Pada awalnya tdk lolos uji emisi, namun akhirnya lolos uji tahun 2012.

Setelah pindah tugas ke Jkt, fikiran Jokowi sebagai gubernur DKI tentunya tdk lagi di Solo. Sangat wajar bila beliau tdk lagi mendorong produk siswa Solo, sebab beliau bukan kepala daerahnya lagi. Bila dorongan itu hrs tetap ada, maka yg tepat utk mendorongnya adalah kepala daerah Solo.

Namun setelah beliau jadi Presiden, di mana fokus beliau tdk sebatas wilayah tertentu, mobil ini kembali menjadi perhatian. Terutama setelah ratusan mobil ini tersebar di beberapa wilayah dari tahun 2012 hingga tahun 2015. Beliau menghubungkan PT ESEMKA dgn PT ACL, sehingga berdirilah PT ACEH. Thn 2019 Pabriknya diresmikan Presiden.

Dari tahun 2019 s.d. 2021, penjualan Esemka hanya 300 unit. Sementara penjualan Avanza sepanjang tahun 2021 mencapai 66.109 unit. Dgn jumlah sebesar itu, kita bisa melihat Avanza ada di mana-mana, sampai kendaraan tersebut mendapat julukan mobil sejuta umat. Kemungkinan kita melihat Esemka dibandingkan Avanza hanya 0.5%. Mobil tsb sangat populer di kalangan yg menikmati opini politik, namun krn jumlahnya yg sedikit, mereka tdk akan melihat keberadaannya di jalanan sebagaimana Avanza.

Mobil Esemka yg dipromosikan oleh Jokowi saat menjadi kepala daerah Solo nampak seperti tipe SUV. Kemungkinan ribuan pemesan itu minatnya ke tipe tsb yg belum diproduksi pd level pabrikan. Saat ini fokus PT ACEH adalah memproduksi tipe pikup. Kalau tipe SUV keluar dgn harga kompetitif, tdk mustahil angka penjualannya akan naik.

Lepas dari tudingan mobil ESEMKA yg digunakan Jokowi saat menjadi kepala daerah Solo sebagai mobil jiplakan, kita harus tahu bahwa mobil tsb dibuat oleh anak-anak SMK. Mengapresiasinya sama dgn mengapresiasi anak SMK, mengolok2nya sama dgn mengolok2 anak SMK. Saat diwawancarai oleh Tempo, beliau menjelaskan alasannya mendukung produk anak SMK tsb: 

"Apa yang saya lakukan, hanya sebagai komitmen moral untuk anak-anak didik kita,”

Saat ini mobil ESEMKA sudah merupakan produk bisnis perusahaan swasta nasional. Sudah bukan saatnya lagi menjadikannya sebagai amunisi politik. Kendaraan tsb lebih pas menjadi objek review vloger otomotif dari pada objek politik.

#PersepsiCahyana

Sabtu, 16 April 2022

Kepercayaan dan Kesempatan

Suatu ketika beberapa teman Pramuka menghadap Kepala Sekolah. Kemudian mereka datang menemui saya dan menyampaikan informasi bahwa Kepala Sekolah tdk menandatangani proposal. Sebagai Pratama atau ketua Dewan Penggalang saya terpanggil utk menyelesaikan masalah tersebut. 

Saya menghadap Kepala Sekolah dgn berusaha menjaga sikap hormat, dan menyampaikan maksud kedatangan, yakni utk meminta persetujuan beliau atas kegiatan Dewan Penggalang. Tanpa bertanya, beliau menandatangani proposal yg saya bawa. Dari pengalaman tersebut saya berkesimpulan, bahwa kepercayaan adalah pintu kesempatan.

#BiografiCahyana

Jumat, 15 April 2022

Keluar dari Post-Truth dengan Tabayun


Seseorang mengucapkan pernyataan keliru karena tahu ucapan itu keliru, namun sengaja mengucapkannya untuk tujuan tertentu; atau tidak tahu kalau itu keliru sehubungan dengan terbatasnya ilmu. Kita memastikan kondisinya itu tidak bisa dengan cara menduga-duga, tetapi dengan tabayun.

Ia layak mendapatkan hukuman apabila memiliki kondisi pertama, sehingga diharapkan rasa takutnya kepada hukuman tersebut mencegahnya dari perbuatan serupa di masa depan. Ia layak mendapatkan asupan ilmu apabila memiliki kondisi kedua, sehingga diharapkan pengetahuan dapat mencegahnya dari perbuatan serupa di masa depan.

Seseorang mengalami kondisi post-truth saat ia memastikan kondisi orang lain dengan tanpa melakukan tabayun, di mana ia meyakini orang lain pasti akan seperti apa yang difikirkannya. Post-truth dan keterbatasan pengetahuan merupakan sebab tindakan main hakim sendiri. Salah satu jalan keluar dari post-truth adalah mencari fakta, dan membebaskan diri dari perasaan atau keyakinan pribadi yg menyelisihi fakta

#PersepsiCahyana

Kamis, 14 April 2022

Panggilan Buzzer di Era Post-Truth


Menurut kamus daring Collins, Buzzer adalah orang atau sesuatu yg berdengung, yakni suara yang panjang dan terus menerus, seperti suara yang dihasilkan lebah saat terbang. Di media sosial, Buzzer dikenal sebagai orang atau sekumpulan orang yg dibayar jasanya utk membangun opini publik tentang seseorang atau sesuatu. Buzzer memiliki jumlah pengikut yg jauh lebih sedikit dibandingkan Key Opinion Leader (KOL) yg merupakan sosok terkenal. Buzzer digunakan oleh KOL utk menaikan engagement dari opini KOL agar menjadi viral dan mempengaruhi masyarakat.

Menurut kamus Cambidge, post-truth berkaitan dengan situasi di mana orang lebih suka menerima argumen berdasarkan perasaan dan keyakinannya, dibandingkan berdasarkan fakta. Menurut Katherine Connor Martin, kepala divisi Kamus AS Oxford, post-truth menunjukan keadaan di mana fakta objektif kurang berpengaruh dalam membentuk opini publik dari pada daya daya tarik perasaan dan kepercayaan pribadi. Oleh karenanya, opini publik dapat terbentuk oleh hoax atau kecurigaan.

Internet memberi kesempatan bagi setiap orang utk membuat dan menyebarkan berita di media sosial tanpa melalui proses pemeriksaan yg ketat sebagaimana halnya media mainstream. Hal demikian memungkinkan beritanya merupakan opini yg dibangun oleh perasaan dan kepercayaan pribadi yg tdk sesuai dgn fakta sebenarnya. Sebagian di antara opini tersebut merupakan hasil pengaruh kampanye KOL dan/atau Buzzer. Berbeda dgn Buzzer, para pembuat opini ini tdk mendapatkan bayaran, tetapi mendapatkan manfaat lain, misanya terpenuhinya perasaan suka atau bencinya kepada seseorang atau sesuatu.

Dalam struktur pohon yg melibatkan KOL dan Buzzer, para pembuat opini ini merupakan daun dari ranting Buzzer yg terhubung ke akar KOL. Namun banyak pula yg tdk terhubung dgn Buzzer atau KOL, mereka membuat opini atas inisiatifnya sendiri. Menariknya, sebagian kalangan menyebut mereka sebagai Buzzer karena opininya sejalan dgn opini yg dibangun oleh Buzzer atau sejalan dgn kepentingan Buzzer. Padahal mereka membangun opini atas inisiatifnya sendiri, bukan berdasarkan kontrak bisnis seperti Buzzer.

Istilah Buzzer kini digunakan oleh sebagian orang utk melabeli orang lain yg pendapatnya di medsos dianggap memihak seseorang atau sesuatu yg tdk disukainya. Pelabelan ini terjadi karena post truth, di mana yg menjadi sandaran pelabelannya bukanlah fakta, tetapi perasaan atau keyakinan pribadi. Faktanya, orang lain yg disebut sebagai Buzzer tersebut bukanlah orang yg dibayar jasanya utk membangun opini publik tentang seseorang atau sesuatu.

Seseorang dapat menganggap buruk Buzzer yg membangun opini baik tentang seseorang atau sesuatu yg tdk disukainya. Saat mengalami fallacy berupa generalisasi keliru, Ia menyebut siapapun yg membangun opini seperti itu dgn panggilan Buzzer, sekalipun faktanya orang yg dituduhnya itu tdk memiliki kontrak jasa kampanye seperti Buzzer.

Fallacy adalah salah satu faktor yg mempengaruhi perasaan atau keyakinan pribadi yg buruk atau aneh. Fallacy menjauhkan siapapun yg mengidapnya dari kebenaran, di mana antara fakta dgn selainnya nampak tdk ada perbedaan, di saat perasaan atau keyakinan pribadi menjadi lebih dominan. Dengan demikian, kunci dari seluruh masalah yg disampaikan sebelumnya adalah kemampuan berfikir. Setiap orang harus mampu berfikir dgn berbagai pendekatan teori kebenaran, dan terbiasa utk cek fakta. Peningkatan indeks literasi dapan membangun kemampuan tersebut.

#PersepsiCahyana

Rabu, 13 April 2022

Dakwah Ramadhan

Bulan suci bukan hanya saat di mana sorang muslim menahan lapar dan dahaga saja, tetapi juga saat di mana ia menampilkan sikap sosial yg baik sebagai wujud semangay beragama dan hasil pengekangan hawa nafsu. Kebaikan yg terbentuk dari puasa menjadi dakwah yg menimbulkan simpati umat manusia dgn sendirinya tanpa perlu dicari. Sebaliknya bila puasa tdk mencegah muslim dari keburukan, antipatipun datang menghampiri. Pada tingkat yg parah, munculah islamophobia.

Kyai Miftachul Akhyar berkata, bahwa dakwah itu mengajak bukan mengejek sebagaimana yang kita ketahui. Merangkul bukan memukul, menyayangi bukan menyaingi, mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, mencari solusi bukan mencari simpati, membela bukan mencela. 

Sangat penting bagi kita utk menjaga diri agar Puasa tdk hanya sekedar menahan diri dari lapar dan dahaga. Kita harus menjaga lisan dari mencaci dan tangan dari memukul. Nabi SAW bersabda yg artinya, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada Hari Kiamat dengan banyak pahala shalat, puasa, zakat, dan haji. Tapi di sisi lain, ia juga mencaci orang, menyakiti orang, memakan harta orang (secara bathil), menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Ia kemudian diadili dengan cara membagi-bagikan pahalanya kepada orang yang pernah dizaliminya. Ketika telah habis pahalanya, sementara masih ada yang menuntutnya maka dosa orang yang menuntutnya diberikan kepadanya. Akhirnya, ia pun dilemparkan ke dalam neraka." (HR Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad).

Simpati terhadap Islam dan dakwahnya dipengaruhi oleh sikap muslim terhadap sesama mahluk Allah dlm pergaulan sehari-hari. Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah engkau bersikap lembut. Karena tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu, kecuali pasti memperindahnya. Dan tidaklah kelembutan itu tercabut dari sesuatu, kecuali pasti memperjeleknya.” (HR. Muslim no. 2594). Keindahan adalah hidangan yg digandrungi oleh pecinta kebaikan dari latar belakang apapaun. Mereka akan seperti laron yg berdatangan dan mengerumuni cahaya hingga maut menjelang. 

Menganiaya itu tdk hanya terlarang utk ditujukan kpd sesama muslim, juga terhadap selainnya. Dalam Adab an-Nafs dan Riyadhat an-Nafs Hakim at-Tarmidzi menuliskan riwayat berikut ini:

Rasyid ibn Abu Rasyid berjalan bersama Khalid ibn Abu Ma'dan di salah satu pasar kota Hamasha. Tiba2 keduanya melihat orang Nasrani menampakan kemusyrikannya kepada Allah SWT. Khalid berkata kepada Rasyid, "Lepaskan zirahmu lalu hantamkan ke hidung orang itu!". 

Rasyid segera melakukan perintah Khalid. Mendapatkan perlakuan buruk orang Nasrani tersebut pergi menemui saudaranya untuk membalaskan sakit hatinya. 

"Mengapa kau lakukan itu kepadanya?", tanya saudara Nasrani tersebut. 

"Allahlah yang mencederai hidungnya dan hidung oranng-orang yang tidak disukai-Nya, supaya mereka tidak menampakan kemusyrikan dan salib kepada kita. Allah melakukan itu supaya mereka tidak lagi mempertontonkan kemusyrikannya di muka umum", jawab Khalid. 

(Diriwayatkan oleh Abd al-Karim ibn Abd Allah dari Ali ibn al-Hasan, dari Abd Allah, dari Abu Bakr ibn Abu Maryam) 

Melihat kafir dzimmi teraniaya, Amir ibn Abd Qays (Tabi'i di Basrah hidup tahun 661-680) segera menyelamatkan orang itu lalu berkata, "Demi Allah, tidak boleh ada kafir dzimmi teraniaya selama aku masih hidup"

(Diriwayatkan Abd Allah ibn Abu Ziyad dari Sayyar, dari Hafs ibn Sulayman, dari Malik ibn Dinar)

Bila kafir dzimmi saja dilindungi Tabi'i dari penganiayaan, apalagi muslim. Perlindungan inilah jalan yg ditempuh Nabi, Sahabat, Tabi'i hingga pewarisnya sampai sekarang. Penganiayaan yg telah terjadi adalah Qadarullah, tetapi bukan berarti muslim akan membiarkannya, apalagi merasa senang dgn tindakan tsb.

Nabi pernah bersabda:

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti ... (HR. Bukhori). Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas sesama kalian darah kalian (untuk ditumpakan) dan harta kalian (untuk dirampas) dan kehormatan (untuk dirusak). Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini dan haramnya negeri ini (HR. Bukhari)

Janganlah engkau menampakkan kegembiraan karena musibah yang menimpa saudaramu. Karena jika demikian, Allah akan merahmatinya dan malah memberimu musibah ... Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut (HR. Tirmidzi)

#PersepsiCahyana

Selasa, 12 April 2022

Post-Truth dan Ujaran Kebencian

Post-truth adalah keadaan di mana seseorang mengutamakan keyakinan dan emosi subjektifnya dibandingkan fakta objektif dalam membentuk opini publik mengenai suatu kebenaran. Post-truth semakin mudah menyebar di media sosial bila ada polesan agamanya. Tidak sedikit cendikia mengabaikan fact-checking karena merasa terhibur dengan berita yang memenuhi hasrat emosionalnya. Mereka tidak lagi menikmati kebenaran. 

Sebagian di antara post-truth mewujudkan ujaran kebencian, yakni pernyataan diskriminasi, permusuhan, dan tindak kekerasan berdasarkan agama, etnis, afiliasi politik, dan karakteristik lainnya yang ditujukan pada individu atau keompok tertentu. Pada akhirnya post truth ini membuat manusia Indonesia melupakan pengamalan sila ketiga Pancasila, yakni mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.