Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Sabtu, 29 Mei 2021

Kegiatan Local Guide di Cisewu


Beberapa waktu yg lalu saya menemani tim PkM CT Skill Sekolah Tinggi Teknologi Garut ke MTsN 3 Garut. Seperti biasa saya menggunakan panduan Google Maps utk sampai ke lokasi. Namun malam itu kami diarahkan ke lokasi yg tdk tepat. Kami putuskan mengakhiri perjalanan di sebuah losmen di ibu kota kecamatan Cisewu.

Keesokan harinya, saya tiba di sekolah tsb. Lokasi di mana saya berada digunakan utk menandai lokasi baru sekolah di Google Maps. Tidak lupa ditambahkan beberapa foto fasilitas sekolah dan foto bersama dgn kepala sekolahnya. Lokasi yg tdk akurat ditandai sebagai lokasi yg tdk ditemukan. Dgn cara demikian saya membantu diri sendiri dan orang lain yg menggunakan layanan Google utk menemukan lokasi sekolah tsb dgn tepat. 

Ada 1001 cara utk bersedekah dgn teknologi yg kita genggam.

Jumat, 28 Mei 2021

Saya Membaca


Membaca itu krn pengaruh lingkungan. Seperti saat bersekolah di SD dulu, saya mulai meminjam buku di perpustakaan Disdikbud dan menikmati beberapa jenis buku krn diajak oleh teman sekolah.

Membaca itu krn kebutuhan. Seperti saat bersekolah di SMP dulu, saya membaca buku Pramuka krn memerlukan materi utk diajarkan kpd anggota baru, dan utk dipraktikan dlm urusan administrasi Dewan Penggalang.

Membaca itu krn niat dan minat. Seperti saat bersekolah di SMA dulu, saya berniat mengunjungi Perpustakaan sekolah setiap minggu, membaca dan meminjam buku dlm tema yg diminati saat itu.

Membaca itu krn hobi. Seperti saat bersekolah di perguruan tinggi dulu, saya selalu terdorong utk membeli buku setiap kali melihat penulis tertentu yg disukai dan judul yg senafas dgn buku2 yg dikoleksi.

Membaca itu penyembuhan. Seperti saat ini, di mana pekerjaan membuat saya melupakan kebutuhan hati utk menikmati keajaiban pengetahuan yg diperoleh dari membaca seperti di masa lalu.

#BiografiCahyana

Rabu, 26 Mei 2021

Menembus Jalanan Selatan Jabar Yang Ekstrem

Selama dua hari saya menemani wakil ketua II Sekolah Tinggi Teknologi Garut melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan PkM Workshop Computational Thinking Skill di MTs Negeri 3 Garut yg merupakan kerjasama dgn Kemenag Garut dan dilaksanakan oleh tim Biro Bebras. Lokasi sekolahnya berada di Cisewu, ujung Garut yg berbatasan dgn Bandung. Tim PkM memutuskan utk berangkat ke lokasi melalui Pangalengan. 

Sebagaimana khasnya jalan menuju selatan Jabar, kendaraan harus melewati jalanan sempit, dan beberapa di antaranya rusak. Selepas dari Pangalengan saya menyerahkan setir ke bu Dewi Tresnawati krn tubuh mulai drop efek gangguan lambung seminggu ini.

Jalanan dari titik itu menuju lokasi penuh tantangan, mulai dari kabut pekat, longsoran, jembatan sempit, jalanan rusak, jalanan tanpa penerangan, hingga tanjakan pendek dgn kemiringan 45 derajat. Honda Mobilio yg kami tumpangi mampu menangani kendala tersebut. Tanjakan secara umum masih bisa ditangani di gigi percepatan 2. Guncangan kendaraan bisa ditangani dgn baik oleh shock breakernya, sehingga penumpang tetap merasa nyaman berkedara. 

Saya yg memandu supir sambil merasakan tekanan lambung di perut. Panduan seperti itu diperlukan di jalanan berkabut dan tanpa garis pembatas jalan. Agak sulit bagi saya utk memandu saat kendaraan memasuki area longsoran, di mana jalan kondisinya seperti offroad. Namun Mobilio mampu melewatinya hampir tanpa kendala. Walau demikian, penutup ban menyerah dirobek batu yg terangkat ban krn LMVP ini tdk setinggi LSUV. 

Besok pagi saya yg harus menghadapi hambatan tsb. Ada jalan batu yg menajak dan berbelok 90 derajat ke jembatan sempit yg harus saya lalui. Nampak batu2nya basah bercampur tanah merah, mengindikasikan licinnya jalan tsb. Saya gunakan gigi 1 utk melaluinya. Terdengar suara salah satu ban yg berputar kencang sebagai pertanda kendaraan terangkat sebelah. Kendaraan agak bergeser sedikit krn licinnya jalan. Tetapi saya berhasil melewatinya, tentu saja dgn dada yg berdetak kencang. Tantangan tsb pengalaman ngeri pertama yg saya rasakan. 

#BiografiCahyana

Layanan Pengguna dan Layanan Informasi sebagai Solusi Kesenjangan Digital

Salah satu di antara kesenjangan kompetensi literasi digital yg ada di tengah masyarakat adalah buta informasi. Kondisi ini menyebabkan tumbuh suburnya konten hoax yg digunakan oleh pelaku industri informasi utk melakukan rekayasa sosial, yakni mempengaruhi masyarakat dgn pendekatan psikologis dlm kemasan konten digital utk melakukan sesuatu yg dikehendaki klien. Warganet yg buta informasi sangat cepat menyimpulkan sesuatu dan menyatakan ekspresinya di media sosial tanpa perduli konten digital yg menjadi dasar ekspresinya itu hoax atau bukan. 

Saat ekspresi berdasar hoax tsb menimbulkan kerugian berupa pencemaran nama baik, warganet mungkin akan berhadapan dgn konsekuensi hukum. Konsekuensinya semakin bertambah berat bila ternyata ekspresinya melabrak etika jaringan yg mencerminkan kesenjangan literasi digital lainnya, yakni buta komunikasi dan kolaborasi.

Pemerintah dan KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) perlu melakukan dua upaya utk menangani persoalan tersebut, meliputi 1) Layanan pengguna utk membangun kompetensi literasi digital masyarakat, dan 2) Layanan informasi utk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi berkualitas yg layak konsumsi. Kedua layanan tersebut merupakan upaya pengentasan buta digital dan pencegahan terjadinya kasus hukum terkait konten hoax.

Rinda Cahyana, S.T., M.T.
Kabid Teknologi F-KIM Garut

Jumat, 21 Mei 2021

Palestina di Masa Muda

Saya perhatikan wilayah Palestina ini terus menyusut, walau setiap tahunnya ada banyak demo yg digelar, nyawa melayang, dan penggalangan dana. Nampaknya sampai saat ini blm ada cara yg efektif utk kebebasan Palestina, terutama setelah Fatah dan HAMAS tdk akur. Itulah sebabnya saya sudah tdk lagi bersemangat melakukan cara-cara yg tdk efektif sejak beberapa tahun yg silam, sekalipun banyak teman terlihat bersemangat dan nyinyir seperti orang yg baru melakukan cara tsb.

Tentang HAMAS ini saya punya pengalaman sendiri. Jauh sebelum ditetapkan sebagai organisasi teroris, HAMAS adalah kelompok pejuang yg terkenal di kalangan pegiat Islam. Orang yg baru tahu sedikit masalah Palestina dgn mudahnya menjadikan HAMAS sebagai idolanya. 

Saya termasuk orang demikian sewaktu kuliah dulu. Itulah sebab knp saya tertarik dgn bordelan simbol HAMAS yg terpasang di etalase toko masjid terminal Ledeng. Saat itu saya ingin mengkoleksinya. Namun begitu saya tanyakan kpd penjaga tokonya, tiba2 saja bordelannya lenyap. Dia tdk menjawab, sehingga saya tdk bisa menyimpulkan apakah bordelannya sdh terjual atau bagaimana?. Saya hanya melihat roman ketakutan, sehingga saat itu saya menduga dia menyembunyikannya. 

Di masa-masa itu saya memang buta politik. Pokoknya asal berbau Islam, apapun latar belakangnya, pasti saya dukung. Di kemudian hari, setelah pengetahuan bertambah dan lingkungan berubah, saya mulai menyadari bahwa dukungan itu harus memperhatikan latar belakang. Saya harus selektif dalam mendukung siapapun yg membawa isu agama.

Selasa, 11 Mei 2021

Mudik Pribadi dan Ikhtiar Bangsa

Sebenarnya kita yg berusia di atas 17 tahun bisa pergi ke luar wilayah di waktu larangan mudik, asal memenuhi kriteria berikut ini: 1) Orang yang bekerja/melakukan perjalanan dinas; 2) Kunjungan keluarga sakit; 3) Kunjungan duka anggota keluarga yang meninggal; 4) Ibu hamil yang didampingi oleh 1 orang anggota keluarga; dan 5) Kepentingan persalinan yang didampingi maksimal 2 orang

Mereka yg memenuhi kriteria tsb harus melengkapi diri dgn beberapa dokumen sebagaimana yg dilakukan oleh WNA saat masuk ke bandara, antara lain print out surat izin perjalanan tertulis atau Surat Izin Keluar/Masuk (SIKM). Jika diperlukan, dilakukan test swab utk memastikan negatif Covid-19. 

Saat aparat memeriksa kelengkapan dokumen tsb dari para pemudik di pos penyekatan, prosedur tsb seperti petugas bandara yg memeriksa kelengkapan dokumen WNA. Pemudik akan diputar arah sebagaimana WNA yg dideportasi kalau tdk memenuhi persyaratannya. Pemudik atau WNA yg terbukti postif Covid-19 akan dikarantina utk mendapatkan penanganan medis. WNA yg lolos syarat akan dikarantina sebelum menuju tempat tujuan. Sementara pemudik yg lolos syarat, akan dikarantina atau tdknya tergantung pemerintah di lokasi tujuan.

Pembatasan mobilisasi pemudik dan WNA tsb sebagai ikhtiar bangsa ini utk menurunkan angka kasus positif Covid-19 dan kematiannya paska lebaran tahun lalu, agar bangsa ini termasuk bangsa yg beruntung. 

"Barangsiapa yang dua harinya (hari ini dan kemarin) sama maka ia telah merugi, barangsiapa yang harinya lebih jelek dari hari sebelumnya, maka ia tergolong orang-orang yang terlaknat

Sudah adil bukan? ☺

Minggu, 09 Mei 2021

Pembelajaran Daring Membuat Peserta Didik Menjadi Bodoh?


Sewaktu kuliah dulu, kami mendapat tugas dari dosen utk menghitung biaya proyek dgn teknik tertentu. Dosennya tdk mengajarkan teknik tsb. Tugas demikian nampak tdk menjadi persoalan  bagi teman2 saya yg terbiasa menggunakan komputer dan internet.

Tidak membutuhkan waktu yg lama, mereka menemukan tools di situs web yg digunakan utk mengestimasi biaya proyek dgn teknik tsb. Hal demikian membuat mereka berdaya saing krn lebih dahulu tahu dari temannya yg lain. Mereka menjadi pintar dan mengajarkan cara penggunaan tools tsb kpd teman2nya.

Internet sejak tahun 60 an memang sudah dimimpikan oleh ilmuan menjadi perpustakaan digital yg menyimpan banyak konten digital atau sumber belajar dan dapat ditemukan dgn mesin pencari. Semua orang yg terhubung ke internet dapat berkontribusi data atau konten digital, sehingga terjadi pertukaran pengetahuan. Internet membuat mesin pembelajar semakin cerdas dan memudahkan manusia utk lebih cepat tahu tentang sesuatu.

Tetapi di negara yg baru mengecap internet, khususnya di masa Pandemi, ada fenomena aneh. Ramai orang berkata bila pembelajaran daring membuat peserta didik menjadi bodoh. Sebab bodohnya adalah karena peserta didik mengidentifikasi smartphone sebagai alat utk bermain game online, dan tdk terbiasa menggunakannya utk berdaya saing dalam pembelajaran. Game online sendiri menjadi hambatan besar krn membuat peserta didik malas berkegiatan lainnya. Sementara orang tua masih gagap menjalankan digital parenting sehingga tdk bisa mengendalikan kecenderungan anak saat menggunakan smartphone.

Hal tsb menunjukan besarnya kesenjangan digital di negara ini. Dgn lugu, banyak stakeholders, termasuk tenaga pendidik, menganggap pembelajaran daring sebagai penyebab kebodohan. Padahal sejatinya perangkat teknologi informasi itu mengakselerasi penciptaan daya saing. Hampir semuanya tdk siap dgn revolusi digital yg dipicu oleh pandemi, karena selama ini fokus literasi digital dlm mata pelajaran TIK hanya sebatas literasi teknologi informasi saja. Penciptaan kompetensi digital lainnya seperti literasi informasi, penciptaan konten, serta komunikasi & kolaborasi dgn pengkayaan keamanan dan problem solving tdk tersentuh.

Keterbatasan infrastruktur dan kondisi generasi milenial yg cepat menguasai perangkat teknologi informasi menjadi dalil dihilangkannya mata pelajaran TIK. Hingga kemudian pandemi datang, pembelajaran daring dianggap paling sesuai, sementara infrastruktur dan kompetensi digital blm siap. Peserta didik milenial memang tdk perlu diajari menggunakan smartphone, tetapi mereka menggunalannya utk keperluan hiburan dan konsumtif; interaksi digital masih tergagap2, sehingga seringkali melabrak etika digital.

Hasil survei kemendikbud terkait pembelajaran daring blm diungkap. Kemungkinan hasilnya menunjukan mayoritas responden tdk setuju dgn pembelajaran daring, atau sebaliknya. Bila mayoritas tdk setuju, hal tsb menunjukan adanya kesenjangan digital yg besar. Umumnya responden mengira daya saing secara efektif bisa dicapai dgn cara tradisional. Padahal daya saingnya itu berada di bawah daya saing yg tercipta oleh pembelajaran daring. Artinya, bila bangsa ini tetap melakukan pembelajaran tradisional, peserta didiknya tdk akan seberdaya saing peserta didik yg menggunakan pembelajaran daring. Bila peserta didiknya dikondisikan utk menerima tugas yg tdk diajarkan, peserta didik yg melakukan pembelajaran daring, terbiasa berinteraksi dgn kontem digital di internet, akan lebih cepat menyelesaikan tugasnya dibandingkan peserta didik yg menempuh pembelajaran konvensional.

Akhirnya kita akan bertanya, apakah benar pembelajaran daring membuat peserta didik menjadi bodoh? Jawabannya adalah tergantung seberapa besar kesenjangan digitalnya. Para pendidik hrs bekerja keras mengentaskan buta digital agar peserta didik mampu membaca beragam kesempatan digital yg membuatnya lebih berdaya saing.

#PersepsiCahyana

Mudik Tanpa Mengeluh

Di bulan Ramadhan ini, saya menerima kabar adanya larangan mudik dari tanggal 6 Mei 2021. Tujuan pelarangannya baik, agar lonjakan kasus positif Covid-19 dan kematian paska mudik lebaran tahun lalu tdk terulang. Ikhtiar utk tdk jatuh pada lubang yg sama adalah salah satu ciri mahluk berakal atau berbudi. 

Ikhtiar pemerintah ini merupakan bentuk tanggung jawabnya dlm melindungi keselamatan jiwa rakyat Indonesia. Saya memilih utk mendengar dan taat dgn aturan yg dibuat oleh pemerintah utk melaksanakan ikhtiar tsb. Aturan tsb tdk melarang warga Indonesia utk mudik dan kembali di luar waktu larangan. 

Bagi saya pribadi, mudik tdk harus selalu pd waktu libur lebaran, dan tdk harus selalu luring. Silaturahmi seterbatas apapun adalah silaturahmi, rejeki yg tdk boleh dikecilkan. Bagaimana tdk, sebab sering kali urusan pekerjaan membuat saya lupa kpd urusan selainnya, dan tdk banyak kesempatan yg saya miliki utk melakukan kegiatan di luar pekerjaan. 

Saya memutuskan utk mudik lebih awal di waktu ada libur dua hari. Perjalanan mudiknya sangat lancar. Jalanan secara umum nampak lengang. Hal tsb meringankan beban perjalanan saat berpuasa. Saya menanggung beban tersebut hanya utk mengentaskan kerinduan pd orang tua. Padatnya kegiatan tridharma membuat saya memiliki sedikit waktu utk melakukan aktivitas di luar pekerjaan. Begitu Tuhan memberi rejeki kesempatan, saya tdk melewatkannya semata utk memuliakan kerinduan yg suci tsb. 

Saya hanya bisa bertemu orang tua selama dua hari. Malam itu setibanya di rumah orang tua, saya langsung bercengkrama. Besoknya saya pulang dan diantar oleh kedua orang tua sampai parkiran kendaraan. Dari jendela mobil saya melihat kedua orang yg saya cintai. Hal tsb seperti air hujan yg membasahi tanah yg tandus.

Dari kata-katanya saya memahami adanya kerinduan orang tua utk bercengkrama lama. Libur lebaran di masa silam sebelum Pandemi memang merupakan saat terbaik yg bisa menuntaskan kerinduan. Namun kita semua tdk sedang berada dlm kondisi biasa. Pergerakan manusia sangat berpengaruh kpd kesehatan atau jiwa banyak orang. Demi kepentingan bangsa dan negara kita harus menunda saat terbaik tsb. Hingga pd masa di mana Pandemi berlalu, kita akan merasakan saat terbaik itu kembali dgn perasaan luar biasa. Perasaan manusia yg terbebas dari dunia yg terbatas selama sekian tahun.

#BiografiCahyana

Sabtu, 08 Mei 2021

Kondisi Supermarket Garut Jelang Lebaran


Pergerakan saat mudik dan saat belanja di pasar atau supermarket merupakan persoalan yang menjadi perhatian pemerintah menjelang lebaran di masa pandemi Covid-19. Tdk jarang pasar menjadi kluster baru setelah ada banyak penjual atau pegawainya yg terinveksi virus tersebut. Pemerintah telah mewajibkan penerapan protokol kesehatan kepada pengelola pasar. Saya berkesempatan utk mengamati pelaksanaan protokol dan tantangannya saat mengunjungi beberapa supermarket di Garut beberapa minggu menjelang lebaran.

Semua pengelola toko di supermarket di Garut telah berusaha melaksanakan protokol kesehatan. Saya mengidentifikasi keberadaan titik cek, tempat di mana Satpam memeriksa suhu tubuh dan kelengkapan masker para pengunjung. Di beberapa supermarket terlihat ada stiker petunjuk jalur masuk dan keluar di atas lantai, atau naik dan turun di permukaan tangga, serta posisi berdiri saat berada dalam lift atau antrian. 

Di salah satu supermarket, seorang Satpam berdiri di titik masuk salah satu lantai toko yang ramai pengunjung dan mengingatkan seorang ibu yang tidak mengenakan masker. Terdengar suara petugas dari speaker yang selalu mengungatkan pengunjung untuk mengenakan masker. Namun sayangnya, di sana tidak tersedia banyak titik pembayaran, sehingga terjadi antrian pelanggan di depan kasir pembayaran yang tidak memenuhi ketentuan jarak tubuh. Sebelumnya saya mengunjungi supermarket lainnya yang membuka banyak titik pembayaran dan memasang stiker panduan jarak antrian antar pelanggan di atas lantai. Hal tersebut terlihat dapat mengurai antrian, membuat pembeli cenderung lebih bersabar dan bisa menjaga jarak, serta proses pembayarannya relatif cepat. Sebenarnya salah satu supermarket telah menerapkan pembayaran non tunai yang bisa mempercepat pembayaran atau mengurangi antrian, hanya saja masyarakat belum tahu atau terbiasa menggunakan platform teknologi tersebut.  

Umumnya supermarket telah memasang tanda batas utk menjaga jarak tubuh antar pembeli di titik pembayaran. Walau demikian, ada banyak pengunjung yang tidak menghiraukannya. Saya belum melihat petugas yang mengingatkan pengunjung atas ketidaktaatan pada batas antrian tersebut. Demikian pula dengan petunjuk jalur masuk dan keluar, ada banyak pengunjung yang tidak mengikutinya, sehingga dalam seringkali terjadi tabrakan antara pengunjung yang masuk dan keluar.

Saya perhatikan terjadi penurunan pelaksanaan prokes di beberapa titik akses masuk supermarket menjelang lebaran bila dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya, pemeriksaan tubuh oleh petugas nampak menjadi alakadarnya, pemeriksaan tubuh mandiri tanpa arahan dan pengawasan petugas, dan bahkan ada yang tidak melaksanalan pemeriksaan tersebut di titik masuk pengunjung.

Kerumunan di supermarket yang mengerikan bagi saya adalah di etalase. Ruang jalur pengunjung nampak sempit karena banyaknya etalase yang dipajang. Hal tersebut menimbulkan kondisi berdesakan atau tanpa jarak. Pengelola toko nampaknya kesulitan untuk menjaga jarak pengunjungnya di bagian ini. Biasanya saya mengambil jalur di sela-selat etalase yang tidak terhambat oleh pengunjung, seperti dalam permainan Pacman.

Sesuatu dapat berpindah dari tubuh pengunjung ke barang atau etalase yg disentuhnya. Saya selalu membasuh tangan dengan hand sanitizer setiap menyentuhnya. Pengunjung lain yang tidak membawa hand sanitizer hampir tidak saya lihat membasuh tangannya di titik keluar Supermarket?. Titik basuh tangan yang disediakan pihak pengelola supermarket kondisinya sepi pengunjung.

Sama halnya dgn mudik, belanja menjelang lebaran merupakan tradisi atau kebiasaan masyarakat yang sangat berpotensi melonjakan angka kasus postif Covid-19 dan kematiannya. Jalanan pasar mulai ramai seminggu menjelang lebaran, sebagai tanda dimulainya kebiasaan tahunan. Saat itu, pemerintah dan pengelola toko perlu meningkatkan pengawasannya dan menambah personel pengawasnya utk memastikan prokes ditaati pengunjung. Para pengunjung tentunya akan merasa terbatasi, dan pengelola toko akan merasa mengeluarkan biaya ekstra, tetapi inilah kondisi di era pandemi yg membutuhkan disiplin, kesabaran, dan kerjasama demi keselamatan bersama. 

Ancaman Covid-19 tdk boleh membuat kita terlalu takut dan lengah. Doa dan ikhtiar menjadi kunci perubahan nasib, agar angka positif dan kematiannya tidak sama seperti tahun lalu. Bangsa yang beruntung adalah bangsa yang berhasil merubah nasibnya menjadi lebih baik.

Jumat, 07 Mei 2021

Mudik Tidak Harus Lebaran


Kalau mudik di masa pandemi ini dilakukan tdk di waktu cuti lebaran, pengusaha angkutan pasti akan beroperasi normal seperti biasanya. Tdk akan ada pembatasan beroperasi, sebab pemerintah tdk khawatir akan pergerakan besar dan luas yg biasa terjadi saat mudik lebaran. Di antara indikasi pergerakan besar adalah kemacetan, antrian kendaraan dari berbagai daerah di jalanan. Kekhawatiran tsb berdasar, mengingat pergerakan besar dapat memicu lonjakan kasus positif covid-19 yg berpotensi meningkatkan angka kematian.

Cuti lebaran itu hanya satu atau dua hari, dan ada libur satu atau dua hari di bulan2 lainnya. Masyarakat bisa mudik di luar cuti lebaran, sehingga pergerakan mudiknya menjadi kecil krn tersebar di banyak hari libur. Semakin kecil dan sempit pergerakannya, angka kasus positif dan kematiannya lebih mungkin utk kecil.

Tugas pemerintah adalah melindungi rakyatnya, termasuk di antaranya adalah dgn mencegah terjadinya lonjakan angka kasus positif covid19 dan kematiannya. Itulah sebab sebab knp pemerintah mencegah mudik di waktu lebaran yg sudah lajim terjadi pergerakan besar. Tugas rakyat adalah ikut serta melakukan pencegahan dgn merencanakan mudik di waktu lain sesuai prokes. Melaksanakan tugas tsb berarti bergotong royong dlm pengelolaan resiko mudik di era pandemi. Gotong royong ini merupakan penciri bangsa ini yg bisa hilang dgn sikap acuh atau permusuhan.

Utk itu kita perlu mensucikan hati, menghilangkan sikap acuh dan permusuhan, serta bergotong royong. Mensucikan hati dan bergotong royong itu mudah dilakukan oleh mereka yg berhasil menahan dirinya sesuai aturan agama selama bulan Ramadhan. Puasa melatih kita utk disiplin melakukan sesuatu dan tdk melakukan sesuatu pd waktu yg ditentukan. Dgn disiplin seperti itu, kita akan mudah utk mudik di luar waktu larangan, dan tdk mudik di waktu larangan.

#PersepsiCahyana

Kamis, 06 Mei 2021

Tetap Cerdas dalam Menyikapi Hambatan Silaturahmi

Manusia diciptakan Tuhan dgn akal, sehingga ia bisa menggunakan akalnya utk menangani resiko, menyikapi beragam kondisi dgn baik, dan menemukan jalan solusi pada pintu2 kesempatan yg masih terbuka. Manusia tdk perlu melabrak pintu2 yg ditutup utk kemaslahatan bersama.

Silaturahmi itu tujuan utamanya komunikasi dan (kalau mau) memberi; bukan utk pamer kita sdh punya apa, sehingga harus hadir secara fisik / luring agar orang bisa melihat apa yg hendak kita pamerkan. Komunikasi dan memberi itu, sekiranya tdk bisa dilakukan secara luring, bisa kita lakukan secara daring dgn menstransmisikan atau mentransfer data. Pertemuan jarak jauh itu sejatinya mudik juga, di mana sosok kita sampai ke lokasi tujuan, walau hanya sebatas data citra. 

Kalau akal ini digunakan hanya utk melawan setiap org yg tdk sependapat dgn ujaran buruk, maka wajar saja bila pintu kesempatan yg masih terbuka susah atau tdk terlihat. Menemukan pintu seperti itu memang memerlukan usaha berfikir keras. Berbeda dgn berkata buruk yg ibarat kata, tanpa berfikir pun bisa. 

Jadi kelemahan kita dlm menghadapi hambatan silaturahmi itu ada pd diri sendiri, bukan pd org lain atau pemerintah yg tengah berusaha mencegah mafsadat yg berdampak luas.

Selasa, 04 Mei 2021

Mengabsolutkan Segala Hal

Segala hal yg negatif bila diabsolutkan akan menjadi positif. Maksudnya, bila Tuhan terlihat dlm semua hal, maka ia dapat menyikapinya secara positif tanpa harus menafikan sifat negatifnya. Utk seperti itu diperlukan aktivitas imajinatif yg konsisten sampai bergerak secara otomatis di alam bawah sadar. Imajinasi yg membuatnya seakan-akan melihat Tuhan, tanpa perlu mewujudkan Tuhan dlm benaknya.

Imajinasi semacam itu membuat manusia menempatkan dirinya selalu di posisi nisbi, yg berusaha meyakini sesuatu dlm kondisi terbatas dlm mendeskripsikan keyakinannya tsb. Ia menjadi mahluk yg berserah diri kepada kebenaran absolut yg diyakininya, namun tdk dapat dijangkaunya. Hal demikian membuatnya selalu menemukan kebaikan dlm keburukan, tanpa harus terciprati oleh keburukan tsb. Buah dari mengabsolutkan segala hal adalah pujian kpd Tuhan yg menyelipkan kenikmatan dlm hal positif atau negatif.

Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (H.R. Muslim)

#PersepsiCahyana