Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Kamis, 30 Maret 2023

Manusia dan Kecerdasan Buatan

Di masa depan Manusia hanya perlu mengatakan, "Jadilah sesuatu dengan spesifikasi seperti ini", maka kecerdasan buatan atau AI akan membuatnya terjadi, dengan kompilator, mesin cetak 3D, dan lain sebagainya. Manusia memang citra Tuhan, dalam keterbatasan yg membuatnya tdk menyamai Tuhan yg menciptakannya. Hanya Tuhan yang mampu menciptakan sesuatu yg pertama tanpa material apapun dgn perintah Nya, "Jadilah!", maka terjadilah.

Kreativitas manusia bergeser dari yg awalnya mencakup bagian proses penciptaan sesuatu, menjadi hanya bagian input saja. Fokus tersebut membuat kualitas input menjadi lebih baik, dan secara tdk langsung berdampak pada output, namun tergantung sebaik apa kinerja AI yg memproses input menjadi output. Manusia fokus pada sesuatu yg bersifat immaterial, dan perbaikan kualitasnya; AI berinteraksi dgn material utk menghasilkan sesuatu yg dirasakan atau dipikirkan manusia. Hal demikian, sejalan dgn sifat penghuni surga yg cenderung pada kemudahan, mendapatkan apa yg diinginkannya dengan hanya meminta, dengan sebaik-baiknya permintaan kepada Tuhan.

 #PersepsiCahyana

Kamis, 16 Maret 2023

Perbedaan, Emosi, Kata-Kata Kasar


Perbedaan pandangan politik atau keagamaan dapat membuat seseorang kehilangan adab, contohnya menyebut orang yg lebih tua dgn kata "Maneh". Seorang guru dapat kehilangan pekerjaan lantaran bertutur kata seperti itu yg dipandang tdk baik menurut adat Sunda. Mungkin karena dia adalah guru, sosok yg akan digugu dan ditiru oleh siswanya, sehingga ketidak santunan menjatuhkan derajat kemuliaannya. Sungguh sayang bila ia tdk menyadari kesalahannya dan meminta maaf.

Saya pribadi pernah berhadapan dgn adik tingkat yg bertutur kata tdk pas semacam itu. Usianya jauh di bawah saya. Perbedaan pandangan membuatnya merasa kesal, namun tdk berani mengungkapkannya secara langsung. Dia menyebut orang yg membuatnya kesal dlm kiriman di beranda media sosial dgn kata "Silaing". Kata tsb berasal dari "silah" (teman) dan "aing" (aku), atau "teman ku". Kata kasar ini muncul saat sedang emosi. Walau lebih halus dari kata "sia" (kamu), kata ini bagi saya tdk baik digunakan untuk orang berusia jauh lebih tua. Saya memberinya nasihat, namun sayangnya ia tdk merasa bersalah.

Seseorang akan menggunakan kata-kata kasar atau negatif saat emosinya memuncak. Terkadang ia akan menguatkan emosinya dgn julukan kelompok, sehingga terjatuh pada ujaran kebencian. Ujaran-ujaran semacam itu merupakan serangan psikis yg dapat membuat targetnya merasa tdk nyaman dgn harapan nyalinya menciut. Namun, Indonesia dgn adat timurnya akan menghukumi serangan seperti itu yg dilakukan kepada orang yg lebih tua sebagai ketidakpatutan.

Ada baiknya bila emosi tersebut diredakan, sehingga tdk sampai berkata kasar kepada orang lain. Membuat keputusan dalam kondisi emosi itu tdk baik, dan menyerang orang lain atas dasar emosi itu tdk benar. Teringat guru akhlak saya pernah berkata, marah adalah penyakit. Sekiranya kesabaran tdk memadai, mungkin wudhu bisa menolong. Kita yg senantiasa berkiblat pada perdamaian tdk akan mengorbankan persaudaraan demi pandangan politik atau keagamaan.

#PersepsiCahyana

Senin, 13 Maret 2023

Menjajal Jalan Sempit Banjarwangi


Garut, 12 Maret 2023. Hari saya ini menjajal jalan di Banjarwangi. Jalannya sempit, naik turun, pinggirnya jurang. Saking sempitnya, kita harus mepet pinggir bila ada kendaraan di depan. Sore itu kendaraan yg saya kemudikan harus mepet pinggir agar tersedia ruang cukup bagi truk yg datang dari arah depan. Naasnya, roda kiri masuk lubang yg cukup dalam, sehingga tdk bisa maju atau mundur. Semua penumpang turun krn merasa takut. Ada banyak pengendara motor yg berhenti utk membantu.

Syukurlah kendaraan dapat saya bawa keluar dari lubang tersebut setelah mengarahkan roda depan sampai mentok ke arah kanan. Sebelum kejadian di jalan menurun itu, saya mengalami kejadian yg tdk kalah horor. Roda ban sempat selip saat menikung di tanjakan. Pengalaman pertama kali membawa kendaraan roda empat tersebut lebih menantang dibandingkan perjalanan ke Cisewu via Pangalengan.

Saya sempat berpikir, seandainya jalan tersebut dibangun di jaman penjajahan, apakah kita harus terjajah dulu agar kondisi jalannya menjadi lebih baik? Tentu saja tdk. Mungkin yg menjadi masalah adalah ketersediaan dana pengembangan nya, bukan karena tdk ada seorang pun yg ingin jalan nya lebih lebar dan nyaman. Saya tdk tahu, apakah pengembangan jalan nya tdk menjadi prioritas, atau tdk ada dana yg cukup utk itu?

Lepas dari itu semua, warga di sana mungkin sdh terbiasa dgn kondisi jalan dan handal dlm menghadapi tantangan perjalanan seperti itu selama bertahun-tahun. Tetapi saya merasa tdk yakin warga luar merasa nyaman, dan rasanya akan cenderung utk tdk melewatinya bila tdk terpaksa. Entah bagaimana investasi bisnis dari luar dapat masuk dgn kondisi jalan seperti itu. Nampaknya warga di sana berusaha lebih keras utk menjalankan roda ekonomi dibandingkan warga lain di wilayah yg infrastrukturnya jauh lebih baik. 

#BiografiCahyana

Rabu, 08 Maret 2023

Hoax di Celah Kelemahan Manusia

Menurut sebagian pendapat, Adam tergelincir bukan karena lemah terhadap Hawa. Dengan kata lain, pria pertama kali tergelincir bukan karena wanita, sehingga tidak ada isu gender di dalamnya. Tetapi karena Adam tidak menganalisis Hoax, percaya begitu saja, hanya karena Iblis si pembuat Hoax adalah tokoh senior di surga yang terkemuka dan dekat dengan Allah. 

Rupanya hal tersebut merupakan celah kekurangan manusia, sehingga kita melihat terulangnya kesalahan seperti itu hingga saat ini. Ada banyak orang yang percaya dengan hoax hanya karena melihat ketokohan orang yang menyampaikannya. Bahkan ada orang yang mempercayai hoax hanya karena yang menyampaikannya adalah teman dekatnya, bukan karena temannya itu seorang tokoh. Lebih jauh lagi, ada banyak orang yang mudah diadu domba atau terprovokasi karena mengikuti hoax.

Pendapat lain mengatakan bahwa Adam mempercayai hoax karena terenyuh oleh tangisan iblis si pembohong, dan karena ada nama Allah yg dicatut dalam sumpah yg menutupi kebohongan. Hal itu merupakan celah kelemahan manusia sampai sekarang, sehingga banyak orang yg emosional menjadi percaya pada hoax begitu saja, terlebih ada sumpah yg menyebut nama Allah seraya mempertaruhkan keselamatan diri dan keluarganya demi hoax yg dipropagandakan.

 #LiterasiDigital