Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Rabu, 28 Desember 2022

Phobia Agama


Terkadang sikap phobia agama seperti penolakan ibadah umat lain yg tertayang dlm konten medsos sdh menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kita. Sebagian orang dlm lingkungan pergaulan saya dulu memiliki sikap demikian, sehingga saat masih kecil saya terpengaruh dan merasa tdk suka dgn kemunculan dua tempat ibadah yg berdekatan di wilayah tempat tinggal tanpa bisa menjelaskan alasannya. Anak kecil memang meniru perilaku orang dewasa tanpa perlu alasan detail. Asal orang yg dilihatnya mengekspresikan hal tsb buruk, anak kecil akan mudah percaya bahwa hal itu buruk. Oleh krn nya konten intoleran akan menjadi materi pembelajaran yg negatif bagi anak dan remaja, sehingga perlu direspon oleh netizen yg membina toleransi.

Semua warga negara bersamaan kedudukan dan haknya dlm beribadah. Komunitas muslim dapat membangun masjid besar atau kecil di mana saja utk memenuhi kebutuhan ibadah warga sekitar, melakukan aktivitas keagamaan di rumah pribadi atau fasilitas umum yg diikuti oleh banyak orang dari luar wilayah, dan hal itu pastinya tdk serta merta membuat semua non muslim di sekitar menjadi mualaf. Saya sedari dulu bisa salat di masjid mana saja yg saya mau. Hal serupa harusnya berlaku sebaliknya, rumah ibadah non muslim boleh dibangun di mana saja, aktivitas ibadah bisa dilakukan di rumah sendiri atau fasilitas publik, di mana hal tsb tdk serta merta membuat muslim di sekitar akan menjadi murtad.

Tentang aktivitas keagamaan di rumah, saya melihat ada kesamaan antara komunitas muslim dan non muslim. Dlm video Kristian Hansen, penjelajah nusantara asal Denmark, saya melihat ada tradisi seperti tahlilan dlm suku Dayak Iban di Sungai Utik. Saat ada kematian salah satu warganya yg beragama Kristen, semua warga menyiapkan makanan utk beberapa kali seremoni. Apakah kita harus keberatan dgn aktivitas seperti itu, sementara non muslim tdk keberatan dgn tahlilan yg biasa dilaksanakan kalangan tradisi di lingkungannya? 

Dulu saya pernah mendengar cerita dari teman di lingkungan tentang seorang Kristen yg terungkap jati dirinya dari kalung salib yg tertutupi kerudung. Selama ini ia ikut pengajian utk mendengar tausiah yg menyejukkan. Ia dituduh sebagai mata-mata. Istilah mata-mata memiliki nilai polaritas negatif, sehingga orang dapat dgn mudah menyimpulkan non muslim tdk boleh berada di antara jema'ah pengajian. Dan akhirnya memang non muslim tsb tdk diperbolehkan lagi berada di lingkungan tsb. 

Padahal saya sering mendengar pengakuan non muslim yg senang menyimak acara pengajian di televisi. Bahkan di luar negeri sana, non muslim dapat mengunjungi masjid utk mengambil manfaat apapun. Tdk sedikit dari mereka yg memperoleh pengalaman keagamaan yg baik. Tentu saja tdk harus selalu berakhir dgn mualaf, sebab hidayah itu hak Allah semata. Boleh jadi pengalaman tsb menjadi bahan perbaikan bagi praktik keagamaannya yg tdk harus selalu dianggap utk kebutuhan kristenisasi atau semisal lainnya. 

Banyak cerita di lingkungan pergaulan saya dulu bahwa orang bisa murtad krn bantuan makanan. Tetapi masa iya alasannya hanya krn mendapat satu kardus mie instan?. Saya percaya orang bisa pindah agama krn melihat jema'ah agama lain lebih baik akhlaknya dari jema'ah agamanya sendiri. Saya meyakini demikian berdasarkan dialog dgn seseorang yg berniat pindah agama krn alasan buruknya perilaku sebagian kelompok umat Islam. Alasannya bermotif phobia krn generalisasi keliru yg juga dialami masyarakat barat. Oleh sebab itu saya pikir, cukup perbaiki saja kualitas ajaran agama dan perilaku beragama di tengah masyarakat utk menjaga keimanan warga agamanya yg berakal dan bernurani baik, tdk perlu dgn bersikap intoleran yg hanya memicu phobia di kalangan yg memiliki kerancuan berpikir. 

Saat sebagian kelompok muslim mempersulit pemenuhan kebutuhan agama umat lain, mungkin mereka lupa akan perjanjian Nabi Muhammad SAW utk melindungi ibadah umat Kristen di Najran. Mereka lupa bahwa beliau pernah bersabda, "Barangsiapa menyakiti seorang zimmi (non Muslim yang tidak memerangi umat Muslim), maka sesungguhnya dia telah menyakitiku. Dan barang siapa yang telah menyakitiku, maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah.” (HR Imam Thabrani); "Ketahuilah, bahwa siapa yang menzalimi seorang mu’ahad (non-Muslim yang berkomitmen untuk hidup damai dengan umat Muslim), merendahkannya, membebaninya di atas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa keridhaan dirinya, maka saya adalah lawan bertikainya pada hari kiamat" (HR imam Abu Dawud).

#BiografiCahyana

Rabu, 21 Desember 2022

Can’t move the folder because there is a folder in the same location that can’t be redirected

Ever had trouble moving the Documents location to another location and seeing this message: Can't move the folder because there is a folder in the exact location that can't be redirected? The Documents location is always in a OneDrive subfolder, so all files stored in that folder will be backed up by Microsoft to OneDrive. Here are the steps you can take to change the document location so it is not in a OneDrive subdomain:

  1. Open Settings
  2. Select the Accounts menu, then Windows Backup
  3. Click the Manage sync settings button, then turn off backup for Documents

Good luck!

Yang Lebih Bermakna dari Gelar Duniawi


Alhamdulillah, akhirnya dua mahasiswa yg saya bimbing dapat mengikuti wisuda tahun ini. Salah satu di antaranya memiliki IPK di atas 3.8 yg bila saja tepat waktu akan menjadi lulusan dgn predikat Cum Laude. Saya yakinkan dirinya bahwa bekal terpenting di dunia nyata itu bukan predikat tsb, tetapi apa yg bisa dia lakukan dgn gelar akademik yg dimilikinya sekarang.

Mungkin ada banyak mahasiswa sarjana yg begitu senang karena mendapat tambahan gelar akademik di belakang namanya, hal yg tdk pernah diperoleh selama menempuh pendidikan dari jenjang dasar. Seandainya mereka tdk tahu konsekuensi dari gelar tsb, mereka tdk akan pernah menjadikan gelar sebagai tujuan studinya, tetapi manfaat dari proses studi yg dijalaninya. Imam al-Ghazali dlm Ayyuhal-Walad menganggap tujuan belajar utk mendapatkan gelar sebagai motif tercela. 

Gelar akademik adalah pengakuan terpenuhinya kompetensi sesuai jenjang dlm bidang ilmu yg dipelajari. Setiap mahasiswa yg menyandang gelar tsb harus menunjukan manfaat nyata dari kompetensi tsb. Kompetensi yg dapat ditunjukannya sepanjang manfaat yg dipetiknya dari proses studi. Tentunya tdk harus semua bisa dikuasai, tetapi setidaknya ada satu yg dikuasai mendalam sesuai pilihan topik penelitiannya. Sayangnya, sejumlah wisudawan yg merasa senang dgn gelar tsb tdk mampu menunjukannya di dunia nyata krn selama ini ia bersandar pada hasil pekerjaan teman kuliahnya atau alumni.

Oleh karenanya saya memberi nasihat kepada mahasiswa tingkat satu yg saya ajar pada semester ini agar mereka tdk menjadikan gelar dan status sosial sebagai tujuan. Mereka harus fokus pada setiap manfaat yg diperoleh dari proses studinya. Tdk perlu terlalu memikirkan nilai, sebab proses tdk akan mengkhianati hasil, dan tiada guna nilai baik bila diperoleh bukan hasil jerih payah sendiri. Mereka harus mengerjakan semampunya dgn hasil akhir atau nilai seberapapun. Hasil atau nilai itu bahan evaluasi yg penting dlm upaya pembangunan diri. Evaluasi tdk bisa dilakukan bila hasil atau nilai itu tdk murni upayanya. 

Apabila mereka berhasil membangun diri, masyarakat akan merasakan manfaat kehadiran mereka dlm masalah sesuai kompetensi dan bidang yg tercermin dari gelar akademiknya. Kompetensi dlm diri ini yg lebih penting dari gelar. Mahasiswa yg merasa kompetensinya masih perlu berkembang akan bersikap tawadhu dan tdk menyebut-nyebut gelar akademiknya. Mahasiswa yg beriman akan senantiasa insyaf bahwa gelar terpenting itu di sisi Allah dan hanya utk dilihat oleh Allah, yakni taqwa yg diejawantahkan dlm pribadi baik yg banyak memberi manfaat bagi umat manusia. Bila gelar terpenting saja tdk utk dibanggakan kpd manusia, apalagi gelar keduniaan.

#BiografiCahyana

Minggu, 18 Desember 2022

Tergores itu Menyakitkan


Baru terlihat goresan-goresan pada tubuh kendaraan pada malam hari ini. Saya paling malas parkir kendaraan di tempat parkir umum yg berdempetan krn terkadang kendaraan kita yg masih mulus saat datang bisa menjadi ada baret di mana-mana saat pulang. Di parkiran mall pernah dapat oleh-oleh berupa lekukan pada pintu, nampaknya bekas pintu mobil lain. Terlihat dari cat mobilnya yg menempel.

Jangankan di parkiran yg berdempetan, sekalinya parkir di depan kampus, dapat oleh-oleh berupa goresan tulisan di atas kap mobil. Mobil parkir di rumah pun dapat goresan gambar khas buatan anak kecil. Saya baru faham, knp banyak orang melapis body kendaraannya. Rupanya utk mengurangi dampak goresan. Saya dan istri termasuk orang yg tdk suka dgn baret-baret pada kendaraan. Terkadang kalau sedang ada rejeki, part yg baret itu diganti dgn part baru. Apa mungkin saya perlu pasang dash cam sekedar utk mempelajari orang seperti apa yg suka menggores kendaraan? Tapi rasanya itu bukan pekerjaan yg penting.

Saya selalu mengingatkan anak saat mau turun di parkiran agar berhati-hati saat membuka pintu mobil, jgn sampai mengenai kendaraan di sebelah. Saya teringat sebiji debu yg kita ambil dari rumah tetangga akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat sana, dan menimbulkan kerugian bila tetangga tdk mengikhlaskannya. Oleh krn nya saya meminta izin ke tetangga saat mau ikut menempel atap garasi.

Demikian pula cacad pada kendaraan orang lain yg disebabkan oleh kendaraan kita akan dimintai pertanggung jawaban. Beruntung kalau kita bertemu dgn pemilik kendaraannya dan meminta maaf, masalahnya selesai di dunia ini. Pengurangan beban amal baik atau penambahan amal buruk di akhirat sana lebih menakutkan dari pada kehilangan dunia dan segala isinya.

Keberagamaan idealnya dapat membuat kita menjadi insan yg baik. Namun kenyataannya kebiasaan kita terkadang tdk lebih baik dari pada orang Jepang. Seorang wanita yg menabrak kendaraan saya dari belakang malah berlalu sambil tertawa, bukannya berhenti dan meminta maaf. Mungkin karena merasa kejadian itu tdk disengaja, sehingga ia merasa tdk perlu utk meminta maaf. Setelah memeriksa keadaan bumper, saya tdk mengingat wanita tsb dlm perjalanan. 

Namun beda hal nya dgn dua bocah yg melajukan motor dari arah berlawanan yg sengaja mendekat ke arah kendaraan saya. Bocah yg diboncengnya memukul spion dgn helm, sehingga kaca kendaraan pecah krn terkena bantingan spion. Suara kaca pecah itu sangat keras. Saya sempat menghentikan kendaraan dan mau ke luar, tapi tdk jadi krn khawatir dgn kaca yg sudah retak dan hanya tertahan plastik anti UV. Sepanjang jalan dan hingga saat ini saya masih teringat kejadian tsb, mungkin karena trauma. Saya selalu membayangkan, dosa kita kpd orang lain yg blm dimaafkan dapat menjadi penghambat datangnya rejeki. Semoga Allah mengampuni dosa lalu dan yg akan datang, amin.

#BiografiCahyana.

Menjaga Akidah dengan Akhlak Toleran

Miris sekali bila ada sekumpulan penduduk lokal yg agamanya diakui oleh negara, tetapi tdk punya rumah ibadah di lingkungannya, sampai beribadah di rumah dan disarankan beribadah hari raya di tempat ibadah yg berada di luar lingkungannya. Padahal umat beragama lain dapat membangun tempat ibadah kecil dgn mudah dan beribadah hari raya di luar tempat ibadah. Terkadang orang begitu khawatir akidahnya berubah dgn keberadaan simbol-simbol agama. Padahal yg mendorong pencari agama yg sebenarnya bukanlah kehendak utk menyematkan simbol agama yg hanya sekedar tampilan saja, tetapi ajaran yg membuat hidupnya menjadi lebih baik dan damai.

Mungkin kita bisa belajar dari penjual produk makanan, di mana kemasan merupakan simbol  yg dapat menimbulkan daya tarik, sehingga konsumen tertarik utk membelinya. Tetapi yg membuat konsumen terus mengkonsumsi bukan kemasannya, tetapi rasa makanannya. Desain kemasan semenarik apapun kalau rasa makanannya tdk lebih enak dibandingkan produk lain atau bahkan tdk enak sama sekali, sudah pasti bakal ditinggalkan. Kesuksesan bisnis makanan itu terletak pada rasa makanan.

Demikian pula dgn agama. Ada banyak pembangunan rumah ibadah yg megah, indah, dan unik, tetapi bila minat orang ke sana hanya sekedar penasaran ingin melihatnya secara langsung dan selfie, itu baru sebatas upaya menimbulkan daya tarik saja. Tetapi urusan terpentingnya adalah mereka betah atau tdk, sehingga jama'ah nya banyak. Betah itu bukan sebatas betah di dlm rumah ibadah krn indah, nyaman atau adem, tetapi betah di luar rumah ibadah krn agama membuat hidupnya menjadi lebih nyaman dan adem.

Agama itu menawarkan jalan hidup yg baik. Bila kita duduk di tempat ibadah yg besar dan indah, tetapi di dalamnya ada pengajaran agama yg membentuk perilaku intoleran yg tdk indah, sehingga di tengah masyarakat audiennya menjadi sosok yg menolak kehadiran kelompok lain yg berbeda, mudah menstigma negatif thd kelompok tsb, bersikap diskriminatif dlm kehidupan sosial, dan bahkan melakukan serangan psikis hingga fisik ... para pencari jalan hidup yg baik pasti akan meninggalkannya. Bahkan bila para pencari tersebut memiliki cara berpikir generalisasi keliru yg membuatnya beranggapan sikap intoleran atas nama agama yg ditunjukan oleh sekelompok orang itu sebagai ajaran agama secara umum, sudah pasti mereka akan mencari agama lain atau memilih tdk beragama. Buat apa bangunan rumah ibadah megah dan mewah bila jema'ah nya sedikit, atau banyak dikunjungi hanya krn motif wisata saja?.

Menjaga akidah itu bukan dgn menolak keberadaan rumah ibadah yg menjadi kebutuhan umat beragama, menolak mereka beribadah di ruang publik sebagaimana umat lainnya, tetapi dgn menunjukan akhlak yg baik terhadap umat beragama yg beragam, seperti saling melayani dan melindungi sebagai konsekuensi dari komitmen hidup berbangsa dan bernegara. Sikap intoleran tdk menjaga akidah dan kontradiktif dgn syiar agama. Upaya membangun agama mula-mula bukan mendirikan bangunan ibadah, tetapi menyampaikan pengetahuan yg mengubah cara berpikir dan perilaku, atau jalan hidup. Sejarah Nabi mengajarkan kpd kita, pengajaran yg meluruskan pemahaman Ketuhanan serta membangun kesetaraan dan toleransi itu lebih dahulu dilakukan dari pada membangun rumah ibadah. Hal itu menunjukan bahwa esensi agama itu ada dlm pengajaran dan pengamalannya. Nabi diutus utk membangun akhlak yg baik. Tetapi herannya, kita melihat ada sekelompok orang yg mengatas namakan agama berlomba-lomba dalam membangun rumah ibadahnya dari besar hingga kecil di mana-mana, tetapi menolak rumah ibadah yg dibutuhkan oleh umat lain di mana saja dgn bersandar pada prasangka dan pemahaman keagamaan intoleran yg tdk dicontohkan oleh Nabi.

#PersepsiCahyana

Minggu, 04 Desember 2022

Gempa Garut di Penghujung Tahun


Sabtu, 3 Desember 2022. Saya merasakan mobil bergoyang lama pada sore hari itu di rest area jalan tol Padaleunyi. Saya memutar memori utk membuat dugaan apa yg terjadi. Di antara yg muncul adalah pengalaman macet di atas jembatan Cimanuk, di mana suspensi jembatan menimbulkan efek goyangan pada kendaraan. Pengalaman lainnya adalah goyangan kendaraan yg disebabkan oleh rusaknya engine mounting. Pengalaman terakhir adalah terdampak mobil diesel sebelah. Dari semua pengalaman tsb saya merasa masuk akal dgn dampak ketiga. Kemudian saya melihat ke sebelah kanan dan nampak mobil tsb sedikit bergoyang. 
Tdk lama kemudian istri masuk mobil dan bertanya perihal goyangan yg dirasakannya saat di masjid. Ia merasakan gempa dan mengkonfirmasikan perasaan tsb kpd orang lain di masjid. Tetapi orang tsb membuat kesimpulan yg sama dgn saya, yakni goyangan tsb tejadi krn kendaran yg lewat. Sebelum menduga gempa, istri saya juga memutar memorinya dan menemukan sejumlah alternatif sebab kejadian tsb, di antaranya gempa dan kondisi tubuh yg kelelahan. 

Sesaat kemudian, keluarga di Subang melakukan panggilan video conference. Orang tua dan kakak menanyakan kondisi kami. Mereka mengabarkan gempa besar yg baru saja terjadi di Garut. Kami kabarkan kondisi baik-baik saja, hanya anak tertua yg berada di rumah belum dihubungi. Setelah itu, istri menghubungi anak dan kami mendapat kabar bila ia tdk merasakan apapun. Demikian pula kabar yg sama dari saudara lainnya yg tinggal di daerah sekitar. Walau nampak aman, namun istri meminta saya utk segera meluncur ke Garut. 

Setelah saya buka smartphone, ada banyak tags di pesan WA dan pesan FB yg masuk dan menanyakan kondisi dan mendoakan keselamatan saya. Saya kabarkan kondisi saya dan Garut yg baik-baik saja. Laporan sementara dari relawan PB, hanya sedikit bangunan yg terdampak tanpa korban jiwa. Namun rilis resminya blm disampaikan oleh BNPB. Semoga saja tdk ada dampak yg berarti dan tdk ada korban jiwa, amin. 

Insiden tsb mengingatkan saat kuliah S2 dulu. Mahasiswa turun dari lantai III ke parkiran saat merasakan goncangan yg besar. Saya mendapat kabar dari teman kalau gempa tadi berpusat di Garut. Saya menjadi khawatir atas anak dan istri, sehingga meminta izin utk pulang melihat kondisinya. Dgn cepat saya melajukan Jupiter-MX dari Taman Sari ke Garut. Sesampainya di rumah saya menemukan keluarga baik-baik saja. Istri mengabarkan beberapa genting rumah berjatuhan saat gempa terjadi. 

#BiografiCahyana