Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Rabu, 22 Desember 2021

Jalan Panjang KomTIK ITG Memperoleh Award


Setelah Komunitas Teknologi Informasi dan Komunikasi (KomTIK) Garut memperoleh KomTIK Award dari Gubernur Jawa Barat pada tahun 2014, KomTIK ITG sempat masuk daftar penilaian Diskominfo Jabar utk memperoleh Award yg sama. Tapi rejekinya memang harus tahun ini, diperoleh KomTIK (reborn) ITG angkatan ketiga. Ketua Relawan TIK (RTIK) Jawa Barat menginformasikan bahwa pertimbangan diberikannya Award tsb adalah rekam jejak KomTIK ITG yg merupakan komisariat RTIK dalam melaksanakan #RTIKAbdimas.

Program RTIKAbdimas merupakan kerjasama ITG dgn RTIK Indonesia sejak tahun 2013 yg didukung oleh subdit Pemberdayaan KomTIK Kemenkomino RI dan diterapkan dlm mata kuliah (kekhasan lokal) bernama RTIK yg saya ampu. Pengurus RTIK Indonesia menjadikannya sebagai output litbang yg riset dasarnya dimulai oleh ITG sejak tahun 2012 di bawah sponsor Direktorat Pemberdayaan Informatika Kemenkominfo RI, dan sekarang sudah masuk ke fase riset terapan. Di dalam kepengurusan pusat RTIK Indonesia, saya menguatkan diri utk membawanya ke fase pengembangan, dan hilirisasi dlm wujud sosiopreneurship yg membuat organisasi relawan ini naik level kematangan menjadi Madani.

Tidak semua mahasiswa suka dgn program RTIK. Bahkan pada tahun 2013 silam, ada mhs yg mengatakan kepada staf Kementerian bahwa dirinya merasa terpaksa menjadi relawan. Seandainya bukan bagian dari pembelajaran, mungkin ia memilih utk tdk ikut. Tentunya aneh seorang relawan bersikap tdk sukarela atau merasa terpaksa. Tetapi keanehan itu pudar saat kita memahami bahwa dalam pembelajaran, peserta didik memang dapat merasa terpaksa dgn tugas belajarnya. Ada sebagian mhs yg motivasinya bukan pada luaran pembelajaran pembangun profil lulusan / kompetensi dirinya, tetapi pada angka SKS demi ijazah semata. 

Seseorang terpaksa menjadi relawan itu wajar, mengingat "semua orang bisa menjadi relawan, namun tdk semua orang berjiwa relawan". Pembelajaran RTIK dihadirkan di dalam kurikulum ITG utk mengenalkan dan membangun jiwa tsb agar mhs dapat melaksanakan perannya dalam pembelajaran pengabdian kpd masyarakat / KKN. Walau demikian, mhs memiliki otonomi utk membiarkan jiwanya menjadi relawan atau tdk.

Berkat keterlibatan dan kesukarelaan beberapa dosen selaku pengelola program dan pembimbing tim RTIK, pengurus KomTIK ITG selaku asistennya, serta kesungguhan atau keterpaksaan mhs selaku personel timnya, program #RTIKAbdimas ini dapat berjalan empat angkatan, menghasilkan sejumlah publikasi ilmiah dalam topik RTIK, dan menjadi pintu bagi KomTIK ITG utk memperoleh RTIK Award dari Gubernur Jawa Barat. Tinggal satu rencana yg belum dilaksanakan, yakni membawa program ini ke ITU, menjadikan RTIK memperoleh reputasi internasional kembali di WSIS prize.

#BiografiCahyana

Sabtu, 18 Desember 2021

Bekal untuk Mahasiswa Baru

Setelah sebelumnya menghadirkan pak Ahmad Hazairin, guru saya yg memiliki pengalaman belajar di Jerman, tamu kali ini dalam mata kuliah Sistem dan Teknologi Garut adalah Badruzaman Zamzam, murid dan adik tingkat saya, alumni Institut Teknologi Garut yang sekarang ini bekerja di Berlin - Jerman. Memberi wawasan perkembangan STI sekaligus memberi insfirasi kpd mahasiswa baru dgn menghadirkan pengalaman hidup sangatlah penting di fase awal studi mereka.

Dalam kesempatan tersebut, setidaknya ada beberapa point penting yg bisa dipetik dari perbincangan dgn santri engineer tsb: 1) Sedekah kemampuan di internet atau di komunitas merupakan jalan membangun rekognisi yg penting utk memperoleh kesempatan pekerjaan, 2) Bekal penting selain ijazah dan hard-skill adalah soft-skill yg diperoleh melalui pengembangan diri di organisasi kemahasiswaan, 3) Kepercayaan diri dapat terbentuk oleh kemampuan menemukan solusi permasalahan.

Jumat, 17 Desember 2021

Dua Kelompok dalam Dua Fase


Ada dua kelompok manusia yg bisa dibandingkan. Keduanya berada dalam kurun waktu yg sama dan berhadapan dgn dua fase penciptaan, yakni fase penciptaan kekuasaan, dan fase penciptaan kesejahteraan. Satu kelompok telah melewati fase pertama, ditandai dgn adanya pemerintahan yg diakui dan berfungsi. Fokusnya di fase kedua adalah menciptakan banyak penemuan utk mewujudkan kesejahteraan bangsanya. Satu kelompok lagi hidup di lingkungan yg telah melewati fase pertama, tetapi tdk mau beranjak dari fase pertama dan menghabiskan waktu di sana.

Di saat kelompok lain telah menjejakan teknologinya di luar bumi utk mencari sumber daya baru, kelompok kedua ini mengabaikan ketertinggalannya dgn menyebut pencarian tsb sebagai tipuan atau mengada-ada. Mereka asik memikirkan cara berkuasa di tempat yg kekuasaan itu sudah terwujud. Di saat mereka berhasil menggulingkan kekuasaan, di fase kedua mereka tdk memperoleh kekuasaannya secara penuh, sebab kekuasaan IPTEK tdk berada di tangan mereka dan kesenjangannya teramat jauh.

#PersepsiCahyana

Senin, 13 Desember 2021

Belajar dengan Guru


Belajar ilmu agama tanpa guru itu bisa tersesat, baik hanya sebatas permukaan saja atau mendalam. Pemahaman agama itu jgn hanya sebatas katanya, tapi harus dibenarkan oleh perkataan guru.

مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ أُسْتَاذٌ فَإِمَامُهُ الشَّيْطَانُ

"Barang siapa yang tidak mempunyai guru, maka imamnya adalah setan."

Demikian yg saya lakukan saat dulu bimbang dgn penggunaan parfum yg dicampur alkohol. Saya tdk mencukupkan diri dgn katanya, tetapi mengkonsultasikan katanya itu kpd guru fiqh. Demikian pula saat katanya tentang akidah itu terdengar di dalam benak dan dituliskan, saya konsultasikan tulisannya kpd guru akidah.

Semua ilmu yg kokoh tdk bisa difahami hanya sebatas teks yg sekilas. Kita memerlukan guru yg telah mempelajarinya secara mendalam dari berbagai literatur di bawah bimbingan gurunya dalam kurun waktu yg tdk sebentar.

#BiografiCahyana

Minggu, 12 Desember 2021

Hindari Fallacy dan Ujaran Buruk


Konten yg menghubungkan HW dgn kelompok Syiah adalah Hoax, sebagaimana disampaikan oleh Ahlul Bait Indonesia salah satu ormas Syiah di Indonesia. Terkait informasi yg menyatakan HW tdk terkait dgn Pesantren juga tdk benar, mengingat Pesantren Manarul Huda Antapani Bandung asuhan HW terdaftar resmi di Kemenag, dan izin operasionalnya dicabut pasca kasus kriminal HW terbongkar.

Sebaiknya kita menyikapi kasus HW ini dgn cara berfikir yg baik, dan meninggalkan kerancuan berfikir / fallacy seperti generalisasi keliru. Menyatakan kesalahan pribadi HW sebagai kesalahan Pesantren adalah generalisasi yg keliru. Menyikapi generalisasi yg keliru ini tdk perlu dgn cara menutupi fakta, semisal mengatakan HW tdk terafiliasi pesantren; atau dgn membuat hoax, seperti HW terafiliasi Syiah.

Konten tdk jelas yg menyudutkan kelompok minoritas tertentu terkadang memicu ujaran kebencian di medsos. Salah satu artikel yg diterbitkan dalam Jurnal Internasional bereputasi yg pernah saya baca menjelaskan bahwa penyebaran konten ujaran kebencian sangat berbahaya, karena dapat menguatkan ekslusivisme, memicu tindak kekerasan di dunia nyata, dan bahkan bisa berujung ke genosida. Sangat penting bagi kita semua utk melawan penyebaran ujaran kebencian di medsos. Keyakinan kita boleh berbeda, tetapi kita adalah manusia yg harus menjaga kemanusiaan.

Hate speech yg hanya sebatas friksi di dunia maya, cukup dihadapi dgn counter speech yg melibatkan tokoh berpengaruh, termasuk pengungkapan hoax. Apabila tdk tercegah dgn counter speech dan sudah berkembang menjadi kekerasan di dunia nyata, pendekatan hukum diperlukan. Counter speech pada dasarnya adalah nasihat dalam kebenaran dan kesabaran, sekaligus wujud amar ma'ruf nahyi munkar yg membuat bangsa ini menjadi istimewa.

#LiterasiDigital
#PersepsiCahyana

Jumat, 10 Desember 2021

Fase Menulis

Setidaknya ada tiga fase yg harus dilalui dalam pembelajaran literasi, yakni 1) Motivasi yg fokus pada kuantitas tulisan, 2) Kreativitas yg fokus pada kualitas tulisan, dan 3) Produktivitas yg fokus pada kuantitas dan kualitas yg berdampak positif.

Menumbuhkan motivasi menulis harus dengan pembiasaan yg pada awalnya tdk perlu memperhatikan kualitasnya, minimal etika tulisannya diperhatikan. Pembiasaan tsb harus dilengkapi oleh komitmen membaca dan mendiskusikannya dgn diri sendiri dan orang lain. Di fase ini seseorang dapat menuliskan tulisan orang lain yg bermanfaat dan menyebarkannya, sehingga terjadi peningkatan jumlah konten positif. Sebaiknya ia mampu menuliskannya dgn bahasa sendiri sebagai hasil diskusi bacaan. 

Seseorang masuk ke fase kreatif saat menuliskan apa yg dibacanya dgn bahasa sendiri, dan diperkaya dgn fikirannya terkait bacaan tsb, sehingga tulisannya nampak otentik. Ujung fase ini adalah kemampuannya tdk hanya dalam menuliskan apa yg difikirkannya setelah membaca pustaka, tetapi juga menuliskan apa yg difikirkannya setelah memperhatikan lingkungannya. Sebaiknya ia membekali diri dgn etika dan kemampuan berfikir yg benar agar tulisannya berbobot, sehingga bukan hanya dirinya saja yg terhibur dgn tulisannya tetapi juga orang lain. 

Seseorang masuk ke fase produktif apabila minimalnya ada satu pembaca yg menikmati tulisannya. Nilai produktivitasnya meningkat saat orang lain ikut menyebarkan tulisannya, sehingga ada banyak orang yg memperoleh manfaat tulisannya. Hal tsb mewujudkan amal jariyah, di mana keberkahan akan maujud saat kemanfaatan tulisannya terus bertahan. Puncak fase ini adalah manfaat ekonomi, di mana penulis memperoleh profit yg membuat kegiatan menulisnya lebih produktif lagi.

Mengajarkan orang lain utk menulis itu memang bisa dilakukan tanpa keluar uang sepeser pun. Tetapi semakin besar usahanya, pada akhirnya pegiat literasi akan memerlukan uang utk operasional dan peningkatan kemampuannya. Itulah sebab kenapa puncak produktivitas itu kontribusi yg ditunjang oleh profit. 

Kreativitas yang Adil

Setiap kali berkedara, saya selalu menemukan pengendara yg kreatif melawan aturan lalu lintas, seperti berbelok kanan di jalan Cimanuk sekalipun ada larangan belok kanan, dan parkir di tempat larangan parkir. Kreativitas itu baik, tetapi harus adil, yakni berkreasi tanpa melabrak aturan. 

Utk membuktikan fenomena tsb, saya memperhatikan hasil uji kreativitas pada sampel. Tugas yg harus dikerjakan oleh sampel adalah membuat tulisan dgn pilihan topik yg banyak dan melaporkannya dlm berkas yg diberi nama dgn kode tertentu. Ternyata ada banyak sekali sampel yg kreatif, di mana berkasnya tdk cukup diberi nama sesuai intruksi tugas, ditambahi kata lainnya. Bahkan ada yg sama sekali tdk menggunakan kode tsb, entah krn menganggap kode tsb tdk lebih keren dibandingkan nama yg dipilihnya, atau pertimbangan lainnya. 

Saya teringat kuliah pak Kridanto Surendro saat mengikuti program Magister dulu. Beliau mengatakan kepada kami bahwa tugas yg mudah tetapi terlihat susah di kalangan orang dewasa sekalipun adalah menulis nama berkas sesuai intruksi atau aturan yg ditetapkan. Kemampuan kreavititas yg adil itu sangat penting, karena ketidakadilan membuat kreativitasnya tidak "nempat". Ketidakadilan dapat menyusahkan orang lain. Mungkin saja kondisi sederhana yg menjadi indikasi adanya motif melabrak aturan berlalu lintas yg sering saya lihat adalah kemampuan tsb.

#PersepsiCahyana

Senin, 06 Desember 2021

Pekerjaan yang Tidak Diminta

Saya termasuk orang yang awalnya tidak niat bekerja sebagai dosen. Dulu saya menerima tugas dari kampus sebagai dosen dalam kondisi setengah hati, karena masih berfikir untuk mencari pekerjaan lainnya. Saya pernah berniat mundur dari seleksi CPNS, tetapi akhirnya menjadi CPNS juga dan dosen PNS. 

Beban dosen itu lebih berat dan mahal dari pada guru sekolah atau periset lembaga riset. Namun Tuhanlah yang menentukan orang terbaik yang meringankan beban tersebut. Sedekah ilmu adalah wasilah yang seringkali digunakan oleh pendidik untuk meringankan bebannya. 

Hati merasa tenang dengan profesi ini, sebab diperoleh tidak diawali dengan menginginkannya. Saya menginsyafinya sebagai suratan takdir yang harus dijalani sampai akhir dengan penuh amanah. Tuhan pasti memudahkan hamba Nya dalam mengemban amanah pekerjaan yang tidak dimintanya.

#BiografiCahyana

Jumat, 03 Desember 2021

Biarkan Google Belajar

Saat menonton video di Youtube dan membaca sub titlenya pada malam itu, saya awalnya bertanya, siapa yg menulisnya, kok ada kalanya tdk nyambung dan bahkan melabrak nilai?. Pertanyaan itu muncul setelah menemukan banyak keanehan dlm sebuah video, misalnya ada penyisipan singkatan "SAW" setelah kata "beliau", padahal beliau yg dimaksud oleh Sujiwo Tejo adalah Cak Nun dan tdk ada singkatan tsb dlm lisannya Sujiwo.

Kemudian saya tersadar, rupanya yg menulis adalah Google. Teringat slide yg dibagikan oleh guru Filsafat saya tentang nasib chatbot Twitter-nya Microsoft yg "dimatikan" gara2 diajari hate speech oleh followers-nya. Hal serupa juga pernah terjadi dgn Google Translate, namun nasibnya jauh lebih baik dari pada chatbot tsb. Saya berfikir, mungkin akan ada sebagian orang yg baper dgn hasil kerja Google Youtube tsb, sebagaimana dalam kasus chatbot dan Google Translate. 

Sangat kebetulan kejadian ini saya temukan setelah mendapat pengajaran tentang nilai dan etika di kelas Filsafatnya pak Dimitri Mahayana, serasa teorinya dikuatkan oleh kasus nyata yg saya alami sendiri. Saya memahami bila Google saat ini sedang belajar menulis sub title video, mengkonversi suara menjadi teks. Sebagaimana saat Google belajar menerjemahkan dan hasilnya aneh, dlm penulisan ini hasilnya juga masih aneh. Misalnya dlm video perbincangan Pendeta Gilbert dgn Gus Miftah, saat kita mendengar Gus Miftah menyebut kata "menghormati", Google malah mendengar dan menuliskan kata "membunuh".  

Namun tdk perlu khawatir, seiring dgn proses belajarnya, kesalahan seperti itu lambat laun akan berkurang. Dan kita tdk perlu baper dgn kesalahan Google dan buru-buru memintanya berhenti belajar. Google hanya menunjukan hasil belajarnya, tanpa tendensi kpd siapapun. Google tdk punya motif menyerang siapapun. Kesalahannya seperti anak kecil yg keliru menyebut ikan Tongkol di hadapan Presiden, bukan krn berniat menyebutkan nama ikan yg keliru itu dgn motif tertentu.

Biarkan Google belajar dgn segala keterbatasannya yg terlihat sekarang ini. Suatu saat setelah kemampuannya menjadi lebih baik, umat manusia akan mendapatkan manfaat dari kecerdasan buatan ini. Dan sifat alami manusia yg mewarisi gen penghuni surga itu cenderung pd kemudahan atau kecepatan pemenuhan kebutuhan yg di dunia ini bisa dipenuhi oleh Kecerdasan Buatan.

Pendampingan Digital Migrant

Mengadaptasikan Digital Immigrant ke budaya digital itu akan berhadapan dengan tantangan tabiat personalnya. Tabiat tersebut adalah kebiasaan tugas manual di dunia nyata dalam jangka waktu lama yang sudah dinikmati. Solusinya adalah pembiasaan tugas otomatis yang mudah, bermanfaat, dan berkelanjutan. Kalau sifat tugasnya tidak demikian, mental block nya akan menguat. 

Pemerataan populasi Digital Immigrant yang telah Teradaptasi sangat tergantung pada ketersediaan personel pendamping yang mengenalkan beragam layanan berbasis perangkat digital yang tersedia di lingkungannya. Tugas pembangunannya bukan hanya sebatas perluasan konektivitas semata, tetapi juga penciptaan banyak layanan digital dan sumber daya manusia cakap digital. Dan tdk kalah penting adalah akomodasi etika interaksi yg menjadi perhatian umumnya Digital Immigrant. Dgn kondisi demikian, Digital Immigrant dapat membuka pintu pembiasaan tugas otomatis dlm keseharian hidupnya.

Pembangunan kompetensi literasi digital melalui seminar tidak menetap merupakan langkah baik utk membangun kesadaran kolektif dari populasi sampel. Namun pembangunannya harus dilanjutkan secara menetap di sekolah melalui pendekatan terstruktur yang berdampak pada kapasitas digital parenting di rumah, sehingga orang tua di masa depan dapat berperan penuh dalam menciptakan daya saing anaknya dgn TIK. Sementara layanan digital lengkapnya harus tersedia di telecenter lokal utk mewujudkan kesetaraan hak akses informasi.

#LiterasiDigital
#GNLD