Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/
Program Studi Teknik Informatika
Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/
Rinda Cahyana
Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005
Kamis, 31 Desember 2020
Sujud dengan Semurni-murninya Ketaatan
Rabu, 30 Desember 2020
Permata Keluhuran Budi
Selasa, 29 Desember 2020
Kembali kepada Ghazali
Pengenalan awal saya terhadap pemikiran Islam dimulai dari karya tulis imam al-Ghazali yg berjudul Minhajul Abidien yg ditranslasikan oleh Kyai Abdullah bin Nuh dgn judul Menuju Mukmin Sejati. Saya meminjam buku tersebut dari almarhum Mas Yudho semasa masih sekolah. Isi bukunya terasa sangat nikmat, sampai saya ekpresikan dalam wujud tulisan di atas secarik kertas yg disisipkan pd buku tersebut.
Belasan tahun kemudian saya melihat buku tsb masih ada, dan ternyata almarhum menyimpan secarik kertas itu pada sampul plastiknya. Setelah beliau meninggal, saya berusaha menghubungi keluarganya utk dapat memiliki buku tersebut. Buku tersebut merupakan kenangan terbaik saya dengan beliau.
Selain Minhajul Abidien, saya juga membaca buku Keajaiban Hati yg merupakan terjemah dari Ihya Ulumuddin juz III. Isinya sama mempesonanya dgn Minhajul Abidien. Saking terikatnya, sampai saya menyukai perilaku santun Aisyah krn kesesuaiannya dgn ajaran hati Ghazali. Saya memberi nama Aisyah kpd teman di organisasi masjid, seorang anak guru ngaji, karena wajahnya yg kemerah2an.
Saya membaca juz lain dari Ihya di perpustakaan mushola sekolah. Setiap istirahat saya sempatkan utk mengunjunginya dan membaca buku tersebut. Bukunya sangat banyak sehingga tdk semuanya bisa dibaca.
Interaksi saya dgn buku mengalir begitu saja. Terkadang saya mengikuti arus trend penerbitan, di mana setiap buku yg muncul di etalase toko buku saya beli dan baca. Terkadang saya juga memperhatikan judul buku yg disebutkan oleh penulisnya atau muncul dalam kutipannya utk kemudian saya cari di toko buku, membeli dan membacanya. Sehingga bila toko buku dibanjiri karya2 Ibnul Qayyim Jauziyah, saya banyak menghabiskan uang utk membeli karya2 beliau.
Sebelum bertemu dgn buku Ibnul Qayyim Jauziyah, saya menemukan buku Tauhid karya Ibnu Taimiyah di ponpes semasa kuliah. Buku sumbangan dari Saudi itu saya baca utk menambah pengetahuan seputar Ilmu Tauhid. Sebelumnya ustadz di ponpes memberi pengetahuan dari Tijan dan karya tulisnya Kyai Khoer.
Saat bertemu dgn sejumlah karya Ibnul Qayyim Jauziyah, saya mengetahui beliau adalah murid Ibnu Taimiyah. Karya beliau yg berkaitan dgn hati membuat saya dgn sangat mudah cenderung kepadanya. Hingga tibalah waktu saat itu bagi saya utk bertemu dgn karyanya yg berjudul Madarijus Salikin. Buku tsb dianggap setara dgn Ihya Ulumuddin.
Rupanya saya harus mendengar lebih banyak seputar kritik thd Ihya Ulumuddin, terutama terkait masalah derajat hadits. Entah kenapa setelah itu saya menjadi tdk bisa membaca Ihya. Ada kesenjangan pengetahuan yg membuat kritik tersebut sangat berpengaruh, membuat diri yg dekat kemudian menjauh.
Setelah kesenjangan itu terentaskan berpuluh-puluh tahun kemudian, kerinduan saya utk mengkoleksi buku Ihya Ulumuddin muncul kembali. Bila ada rejekinya, saya akan melengkapi rak buku di rumah dgn karya yg pernah memikat hati tersebut, insya Allah.
#BiografiCahyana
Minggu, 20 Desember 2020
Suasana Hati Pak Polisi
Sabtu, 19 Desember 2020
Tidak Terganggu Dengan Penilaian Manusia
Jumat, 18 Desember 2020
Cinta dan Benci Karena Allah
Sabtu, 12 Desember 2020
Bisikan itu Belum Tentu Benar
Saat dawam dzikr "Allah" di masa remaja dulu, di tengah kegiatan aurod berjamaah pada waktu Maghrib, ada yg berbisik ttg akidah Islam. Seketika saya beranjak dan menuliskannya. Materi seperti itu muncul dlm beragam kondisi. Ada kalanya kalimatnya muncul dari cahaya yg melesat dlm benak, di mana saya harus "berlari" mengikutinya agar kalimatnya tdk terputus. Adakalanya dari bentuk yg kemudian berubah menjadi kalimat. Dlm kesempatan lain muncul citra sosok yg wajahnya tertutup cahaya, kepalanya mengenakan sorban, dan bersayap.
Dari Durotun Nasihin saya mengenal sayap Malaikat, dan dari Minhajul Abidin saya mengetahui perbedaan khotir dari Allah, malaikat Mulhim, dan Setan. Namun tdk serta merta saya menganggap sosok itu sebagai Malaikat Mulhim, sebab teringat cerita Setan yg menyamar sebagai Tuhan yg dikisahkan dlm Minhajul Abidin. Demikian pula, tdk serta merta saya menganggap bisikan itu benar, sehingga setelah tercatat, saya periksa kebenarannya dgn ajaran akidah islam, atau saya konfirmasikan juga kpd guru tauhid. Saya membakar satu buku catatan yg dianggap pembahasannya bahaya bagi mereka yg tdk memiliki dasar akidah yg kuat.
Saya menuliskan hal ini di blog krn mengangap pengalaman tsb bukan apa-apa, hanya semacam tantangan yg muncul dlm dawam dzikr. Saya bukan siapa-siapa, dan apa yg tersaksikan dan terdengar itu bukan apa-apa. Walau demikian, saya menikmati pengalaman tsb. Ada beberapa buku catatan yg bisa saya kenang dan dipelajari lagi di masa depan. Dan saya bersyukur, salah satunya yg saya mintakan review nya kpd alm Ust Bubun Bunyamin, dikembalikan oleh beliau tanpa komentar. Pengajaran beliau dari Kyai Khoer cukup membekali saya saat berhadapan dgn bisikan-bisikan seputar konsep Penyatuan.
Belasan tahun kemudian, saya menemukan perkataan Imam Syadzili dlm Risalah al-Amin, bhw ketika muncul perasaan waswas yg menyerupai ilmu melalui perantara ilham atau ketersingkapan yg berasal dari prasangka, maka kita jgn menerima hal itu, harus dikembalikan kpd kebenaran yg tertuang dlm al-Quran dan as-Sunnah. Allah tdk menjamin kemaksumannya. Seandainya kita menerimanya melalui al-Qur'an dan sunnah, pikiran tdk akan menghiraukan waswas yg menipu.
#BiografiCahyana
Jumat, 11 Desember 2020
Jalan Cinta Nabi yang Sebenarnya
Kamis, 10 Desember 2020
Akibat Mengutuk
Hukum Membunuh karena Membela Diri
Minggu, 06 Desember 2020
Atap Kompetensi
Merusak dan Memperbaiki Citra Agama
Kamis, 03 Desember 2020
Siapa Buzzerp?
Rabu, 02 Desember 2020
Beramal Harus dengan Ilmu
Selasa, 01 Desember 2020
Jihadnya Generasi Muslim al-Muhajirin
Minggu, 29 November 2020
Sirnanya Cinta Buta oleh Pengetahuan
Untuk Janji dan Kebahagiaan
Satu tahun yg lalu, tepatnya tanggal 29 November 2019, saya sendirian menyetir mobil ke Bandung utk menjemput Prof Didik Sulistyanto di Bandara Husein. Rencananya beliau akan mengisi kegiatan workshop proposal penelitian dlm acara yg saya selenggarakan di kampus. Komunikasi dgn beliau terjalin sejak saya mengikuti kegiatan yg sama di Cimahi.
Beliau tiba di Bandara Husein pada sore hari. Saya langsung menyapa beliau begitu melihatnya di gerbang keluar. Kemudian kami beranjak ke tempat di mana kendaraan saya terparkir.
Sepanjang perjalanan itu saya berbincang banyak dgn beliau. Ternyata beliau sosok rendah hati yg religius. Sekilas saya mendengar obrolan beliau melalui telp tentang manfaat salat malam dan mandi sebelum subuh. Beliau duduk di samping kiri saya, sehingga saya dapat mendengar dgn jelas sebagian obrolan beliau dgn seseorang di telp tersebut.
Kami memutuskan salat maghrib di rest area. Selepas salat, kami berbincang sebentar. Dlm perbincangan itu, saya bertanya seputar usaha alternatif di luar pekerjaan yg bisa dijalankan oleh dosen. Beliau menyarankan kpd saya utk menjalankan usaha kost mahasiswa, dgn mencontohkan usaha serupa yg beliau jalankan.
Keesokan harinya, selepas kegiatan, saya mengantarkan beliau dan pak Muhammad Said Hasibuan ke statsiun kereta api Cibatu. Seperti di awal, saya kendarai sendiri mobilnya. Sebelum masuk mobil, saya telp dulu beberapa dosen yg menjadi panitia utk memastikan kegiatan dapat selesai sampai akhir dgn baik.
Di tengah perjalanan, prof Didik memberi masukan agar saya dapat mendistribusikan pekerjaan dlm kepanitiaan, sehingga tdk perlu menjemput dan mengantarkannya sendirian. Saya tdk menyampaikan kepada beliau kalau anggota tim pelaksananya sedikit orang dan ibu-ibu semua, sehingga tdk bisa menyuruh salah satunya utk antar jemput atau menemani saya dlm antar jemput. Saya sampaikan bhw menjemput dan mengantar pulang orang berilmu seperti beliau merupakan suatu kehormatan, seperti mahasiswa menghormati mahaguru, sekalipun saya blm pernah menjadi mahasiswanya.
Kegiatan ini saya selenggarakan dgn uang pribadi dan uang pendaftaran peserta kegiatan, utk menghantarkan pengetahuan Prof Didik kpd kolega di kampus dan peserta lainnya, dan utk menepati janji menghadirkan beliau ke Garut. Kegiatan ini juga merupakan realisasi dari keinginan utk menyelenggarakan kegiatan seperti yg diikuti di Cimahi. Ibu Dewi Tresnawati yg ditugaskan bersama saya utk mengikuti kegiatan di Cimahi juga antusias dgn keinginan tsb, dan turun membantu dlm pelaksanaannya.
Insya Allah, selalu ada jalan utk berbuat baik dlm berbagai hambatan atau keterbatasan. Kegiatan seperti ini tdk jauh beda dgn kebiasaan mentraktir teman di masa bujang dulu yg dilakukan utk menambah kebahagiaan diri dgn rasa senang yg muncul dlm hati teman. Saya senantiasa diingatkan oleh ayat dalam surat Ali Imran, sehingga tdk merasa ragu sedikitpun kpd pertolongan Allah dlm melaksanakan kegiatan yg telah diazamkan.
"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah" (QS Ali Imran: 159)
Ayat lainnya yg sering disampaikan oleh alm Mas Yudho senantiasa menjadi penyemangat dlm melaksanakan amal kebaikan. Oleh karenanya saya tdk merasa risau dgn seberapa mampu saya mewujudkan rencana kegiatannya. Dikaruniakan sedikit keberhasilan saja sudah lebih dari cukup bagi saya yg mungkin tdk layak menerima karunia tsb.
"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan larangan-Nya), niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya), serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya, dan (Ingatlah), barangsiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendaki-Nya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu.” (QS At-Talaq: 2-3)
Sabtu, 28 November 2020
Saya Bukan Lektor Agama
Jumat, 27 November 2020
Keteladanan di Medsos
Hobi Pengabdian Tanpa Perlu Penghargaan
Kamis, 26 November 2020
Manfaat Ketidaksukaan Orang Lain
Selasa, 24 November 2020
8 Tahun Relawan TIK Garut dalam Aktivitas Tridharma
Tepat hari ini, tgl 24 November, 8 tahun yg silam, Relawan TIK Indonesia utk wilayah Garut berdiri. Penyematan personelnya secara simbolis dilakukan oleh pak Helmy Faishal Zaini yg saat itu menjabat sebagai Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal. Sedianya beliau disiapkan oleh kampus utk memberikan orasi ilmiah dalam acara Wisuda. Namun krn halangan, beliau hanya bisa hadir setelah acaranya selesai. Dan sedianya penyematan itu menurut rencana Kemenkominfo RI akan dilakukan oleh pak Cahyana Ahmaddjayadi.
Pimpinan kampus mengajak saya diskusi di salah satu ruang basecamp Komunitas TIK Garut yg sekarang jadi laboratorium Sistem dan Teknologi Informasi. Dulu Area 306 seluruhnya adalah basecamp Komunitas TIK Garut. Prof Ali meminta kesediaan saya utk memasukan pak Menteri dlm rangkaian kegiatan kampus yg saya selenggarakan selepas wisuda di tempat yg sama. Dgn senang hati permintaan itu saya iyakan. Terlebih kegiatan literasi digital tsb juga merupakan kegiatan kampus bekerjasama dgn Kemenkominfo RI, Relawan TIK Indonesia, ICT Watch, Nawala, dan lainnya. Selanjutnya saya menghubungi Kemenkominfo RI utk meminta persetujuannya, dan syukurlah permintaan tsb disetujui.
Dlm acara itu saya sibuk ke sana ke mari, sehingga tdk menyimak materi yg disampaikan oleh narasumber. Teman pengurus pusat Relawan TIK Indonesia yg menyimak narasumber memberi tahu saya kalau pak Ahmaddjayadi dlm kesempatan ceramahnya menyebut saya sebagai Cahyana junior. Kebetulan nama saya sama dengan beliau. Dlm kesempatan berbincang, beliau menyatakan keheranannya krn nama saya bisa sama dgn beliau dan sempat mengira kami ada hubungan kekeluargaan. Beberapa tahun kemudian, dalam acara Hackathon Merdeka Garut, saya disangka anak pak Cahyana Ahmaddjayadi oleh pihak Telkom Tasikmalaya. Saya tersenyum dan bilang, "ya, saya Cahyana junior".
Dalam kesempatan penyematan oleh pak Helmy, beliau mendatangi kami berempat lalu bertanya, "mana yg lulusan ITB?". Saya menjawab, "saya pak". Saya lupa isi perbincangan singkatnya, mungkin krn grogi berhadapan dengan pak Menteri.
Dalam kesempatan ceramahnya, beliau menyatakan akan memberikan bantuan kegiatan sebesar 10 juta utk kegiatan Relawan TIK di Garut dan mengajak Relawan TIK Indonesia utk ikut terlibat dalam pembangunan daerah tertinggal. Alhamdulillah, bantuan tsb kami terima melalui kampus, di mana sebagian di antaranya kami belanjakan utk keperluan pemasangan karpet di basecamp Komunitas TIK yg sering digunakan kegiatan TIK oleh Komunitas TIK di Garut.
Beberapa waktu kemudian Kemenkominfo RI mengirimkan Antaranews utk meliput gerakan ICT4Pesantren yg merupakan kolaborasi Relawan TIK Garut dengan Relawan TIK Surabaya, dalam kerangka kerjasama kampus dengan Majelis Muwasholah. Kemenkominfo RI juga mengirimkan TVOne ke Garut utk meliput kiprah Relawan TIK di Indonesia. Dlm program acara tsb, TVOne menyebut Relawan TIK Garut bermuara pada kegiatan TIK di Sekolah Tinggi Teknologi Garut.
Alhamdulillah, kegiatan Relawan TIK di Garut tetap hidup. Kampus menjaganya utk tetap berkegiatan dgn memasukannya dalam kurikulum Prodi Informatika STT Garut sebagai mata kuliah penciri lokal. Sebagai ketua tim penyusun kurikulumnya, saya menghubungkan mata kuliah Relawan TIK dgn topik Komputer dan Masyarakat. Mata kuliah tsb merupakan adopsi mata kuliah pilihan pd kurikulum sebelumnya yg bernama IT Volunteering 1 dan 2.
Dulu ketua prodi Informatika mengusulkannya masuk ke dalam kurikulum agar kegiatan ekstrakurikuler relawan TIK memberi nilai akademik. Di masa sekarang, pemikiran seperti itu disebut Kampus Merdeka, di mana beban belajar lapangannya sebesar 20 sks. Mata kuliah tersebut merupakan wujud pelaksaan kerjasama Tridharma kampus dengan Relawan TIK Indonesia dari tahun 2012 hingga sekarang.
Mata kuliah Relawan TIK yg saya ampu ini merupakan fase penyiapan mahasiswa informatika calon peserta KKN agar mewarisi profil pengabdi relawan TIK. Pembekalan keterampilan TIK dasarnya diberikan dalam mata kuliah Sistem dan Teknologi Informasi. Dengan demikian, Komunitas TIK tidak perlu lagi memberikan pembekalan TIK dasar dgn buku C2C (Component to Cloud) yg diluncurkan saat pengukuran Relawan TIK. Semua mahasiswa mengikuti pembekalan TIK dasar dan menerapkannya dalam program Relawan TIK Abdi Masyarakat.
Sejumlah penelitian dlm topik Relawan TIK saya lakukan utk keperluan pengayaan konten materi mata kuliah Relawan TIK. Mulai dari kegiatan Korea IT Volunteers, Pesantren Teknologi Informasi 7 hari, Pandu Digital, hingga konsep integrasi Relawan TIK dgn Sistem Pendidikan Tinggi dan desain sistem informasi Relawan TIK saya publikasikan pada Jurnal Ilmiah dan diseminasikan pada temu ilmiah. Saya mulai menikmati topik kajian terkait pengelolaan sumber daya Relawan TIK.
Saya telah menapaki jalan relawan dalam bidang TIK ini mulai dari jaman mahasiswa melalui pengabdian kpd kampus. Sekarang saya menjalaninya melalui pengabdian kpd masyarakat yg merupakan tugas pokok saya selaku dosen di kampus yg sama. Dan tentunya, apa yg saya lakukan bersama Relawan TIK ini merupakan pengabdian kpd bangsa dan negara sebagai wujud kecintaan yg semoga bernilai ibadah dan menjadi amal jariyah di sisi Allah.
Sejak mahasiswa saya menganggapnya sebagai jalan pensucian jiwa, dan sepanjang perjalannya Tuhan telah membukakan banyak jalan rejeki yg tdk disangka-sangka. Hampir tdk ada satupun orang yg dapat menghambat amal relawan yg saya mimpikan dan lakukan. Tuhan selalu memberikan jalan keluar dari segala hambatannya. Tidak ada satupun mahluk Nya, termasuk saya yg bisa mencegah Nya. Dia lah sebaik-baiknya yg diharapkan pertolongan dan keridhaan Nya.
Senin, 23 November 2020
Selamat Jalan pak Wahyudin
Saat kuliah di Prodi Informatika STT Garut, saya mendapat ilmu informatika dari pak Wahyudin. Selain sebagai dosen, beliau mendapat tugas tambahan sebagai Koordinator Laboratorium Komputer Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Sekitar tahun 2002-2003, saya diminta oleh kampus utk menjadi asisten beliau di Labkom (Laboratorium Komputer), menggantikan kakak tingkat.
Beliau sangat mendukung pengembangan diri mahasiswa dalam bidang TIK di Labkom. Beliau mengalokasikan anggaran Labkom utk buku dan majalah Chip, sehingga saya mendapatkan tambahan wawasan tentang TIK dan mempelajari teknik komputer dan jaringan secara otodidak. Saat itu saya berbagi tugas dengan teman asisten lain, di mana urusan pembukuan dan perpustakaan ditangani Asep Saepudin, sementara saya menangani bantuan teknis. Di luar tugas bantuan teknis, saya menjadi relawan TIK yg membangun jaringan komputer dan memperbaiki komputer kantor secara sukarela, semata krn pengabdian kpd kampus.
Kemampuan teknis yg saya peroleh dari kegiatan di Labkom membuat beliau mempercayakan pekerjaan instalasi komputer dan jaringan komputer kampus dan SMA Cildug Musaddadiyah kepada saya. Saat melaksanakan pekerjaan instalasi di sekolah itulah saya menunjukan siswi Smkciledug Al-musaddadiyah yang saya sukai kepada beliau. Siswi tsb adalah teman hidup saya sekarang.
Saat beliau dipindahtugaskan ke SMK Ciledug, saya diajak serta utk menjadi pengajarnya. Saya menjadi guru dalam mata pelajaran yg sama dengan beliau. Namun saya tdk lama menjadi guru, lebih memilih utk menghabiskan waktu di Labkom kampus. Selepas lulus kuliah tahun 2003, saya menggantikan tugas beliau di Labkom. Beberapa tahun kemudian beliau menjadi kepala sekolah.
Saat menjadi asisten beliau saya mendapat saran masukan agar bekerja di luar Garut. Sama seperti saran dari pak Febi yg menyarankan saya utk bekerja di perusahaannya atau di perusahaan multinasional. Dgn pengalaman di Labkom itulah saya memiliki cukup kemampuan teknis, sehingga di terima di PT Pratita Prama Nugraha yg gajinya 5 kali lipat dari gaji yang saya miliki. Namun sehari setelah diterima, saya memutuskan utk kembali ke kampus dan menyibukan diri di Labkom, hingga kemudian diterima sebagai CPNS Kemendiknas RI pada tahun 2005 yg diperbantukan di kampus.
Ruang kebebasan berkegiatan yg diberikan oleh beliau dan kampus (dari masa kepemimpinan alm Dr Maman Abdurrahman Musaddad, alm Ir KH Abdullah Margani Musaddad, dan Prof Muhammad Ali Ramdhani) telah membukakan pintu bagi saya utk merintis infrastruktur TIK kampus dan Komunitas / Relawan TIK. Alhamdulillah, hingga sekarang UPT Sistem Informasi dan Komunitas TIK masih ada dan memberi manfaat bagi kampus dan masyarakat.
Semoga segala pahala kebaikan yg saya peroleh dari kegiatan pengajaran dan relawan TIK mengalir kpd pak Wahyudin, sebagai wujud keberkahan dari kebaikannya yg telah memberikan ruang pengetahuan dan pengalaman. Semoga Allah menghapus dosa dgn nya dan meninggikan derajatnya sebagai orang yg bermanfaat bagi orang lain. Amin.
#BiografiCahyana
Sabtu, 21 November 2020
Melawan Provokasi di Tengah Pandemi
Saat Hoax Dihalalkan
Kamis, 19 November 2020
Kemampuan Menahan Amarah Murid Diwarisi dari Gurunya
Rabu, 18 November 2020
Hanya Ilmuan yg Memahami Ilmuan
Senin, 16 November 2020
Perjuangan Baik
Setiap fans mengikuti perilaku idolanya oleh sebab cinta. Tidak ada sekat kebaikan dan keburukan saat cintanya menjadi buta.
Fans kebaikan dan keburukan itu akan mendekati idolanya seperti laron yg mendekati sumber cahaya hingga mati. Fans kebaikan akan menjauh bila idolanya berubah menjadi sumber keburukan, dan fans keburukan akan menjauh bila idolanya berubah menjadi sumber kebaikan; seperti laron yg pergi meninggalkan sumber cahaya yg telah padam.
Bagi pejuang kebaikan, menjaga idola kebaikan utk tetap dlm kebaikan dgn menasihatinya sama baiknya dgn mengubah idola keburukan agar menjadi idola kebaikan. Sementara membuat idola keburukan agar tetap dalam keburukan dgn menghinanya merupakan keburukan. Alasannya adalah karena meningkatkan jumlah fans kebaikan jauh lebih bernilai dari pada sebaliknya.
#PersepsiCahyana