Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Kamis, 31 Desember 2020

Sujud dengan Semurni-murninya Ketaatan

Dlm Thawasin, al-Hallaj menuangkan fikirannya yg menyatakan bhw ketidaktaatan Iblis thd perintah sujud kpd Adam sebagai ekspresi tauhid yg tdk bersujud kpd selain Allah. 

"Dia diperintahkan utk bersujud; lantas dia menjawab, 'Tdk kpd selain Engkau'. Dikatakan kpdnya, 'Engkau diperintahkan!'; dia menjawab, 'Tdk kpd selain Engkau. Penolakanku adalah demi Kebesaran Mu, demi Kesucian Mu. Alasan penolakanku adalah kegilaanku kpd Mu. Aku tdk mengenal siapapun selain Engkau, dan Adam adalah selain Engkau. Di antara Engkau dan aku, tdk ada yg lain. Jika harus ada, maka yg lain itu adalah Aku (yg tdk lain adalah Engkau juga)."

Dlm pemahaman saya, bila Iblis tdk dlm kondisi "gila", sikapnya tsb keliru krn ketidaktaatannya melawan hak Allah utk ditaati; menjaga hak Allah sebagai satu-satunya yg disembah, tetapi tdk memenuhi hak Allah sebagai satu-satunya yg ditaati. Dlm hal tsb iblis mengabaikan ketaatan kpd Allah krn mentaati keinginannya utk hanya sujud kpd Allah; Iblis mensekutukan dirinya sendiri dgn Allah dlm hak utk ditaati. Tetapi siapakah yg bisa menghukumi mahluk yg menyatakan dirinya telah gila krn Allah, kehilangan kemampuan utk membedakan dirinya dgn Tuhannya?

Pemikiran al-Hallaj bagi saya merupakan kritik kpd manusia yg telah disujudi oleh mahluk, tetapi merasa berat utk bersujud kpd Allah. Padahal derajatnya telah ditinggikan dari Iblis yg enggan bersujud kpd selain Allah. Sujudnya manusia adalah semurni-murninya ketaatan, sebab ia tdk perlu menolak bersujud kpd selain Allah.

Rabu, 30 Desember 2020

Permata Keluhuran Budi

 
Ada orang yg merasa heran dgn Nabi Adam AS yg tertipu perkataan Iblis, dan Nabi Yusuf AS yg sempat memiliki kecenderung berbuat tdk baik kpd Zulaikha. Padahal dia belum tentu dapat seperti Nabi Adam AS yg ikhlas meninggalkan surga krn menerima keputusan hukum dari Allah, atau seperti Nabi Yusuf AS yg mampu menghentikan kecenderungannya saat ada kesempatan yg hampir mustahil utk ditolak. Hal demikian menunjukan keluhuran budi beliau semua.

Pernyataan Nabi SAW yg akan menghukum sendiri puterinya bila terbukti bersalah merupakan sikap yg tdk selalu mudah dilakukan. Buktinya ada orang yg jangankan kpd darah dagingnya sendiri, kpd siapapun dari kalangannya yg tdk ada hubungan keluarga, ia gigih melindungi kesalahannya, padahal tdk ada satupun dalil kebenaran yg dapat menghindarkannya dari kesalahan tsb. Ketidakmudahan tsb menunjukan keluhuran budi Nabi SAW dan pengikut sunnahnya.

Selasa, 29 Desember 2020

Kembali kepada Ghazali


Pengenalan awal saya terhadap pemikiran Islam dimulai dari karya tulis imam al-Ghazali yg berjudul Minhajul Abidien yg ditranslasikan oleh Kyai Abdullah bin Nuh dgn judul Menuju Mukmin Sejati. Saya meminjam buku tersebut dari almarhum Mas Yudho semasa masih sekolah. Isi bukunya terasa sangat nikmat, sampai saya ekpresikan dalam wujud tulisan di atas secarik kertas yg disisipkan pd buku tersebut.

Belasan tahun kemudian saya melihat buku tsb masih ada, dan ternyata almarhum menyimpan secarik kertas itu pada sampul plastiknya. Setelah beliau meninggal, saya berusaha menghubungi keluarganya utk dapat memiliki buku tersebut. Buku tersebut merupakan kenangan terbaik saya dengan beliau.

Selain Minhajul Abidien, saya juga membaca buku Keajaiban Hati yg merupakan terjemah dari Ihya Ulumuddin juz III. Isinya sama mempesonanya dgn Minhajul Abidien. Saking terikatnya, sampai saya menyukai perilaku santun Aisyah krn kesesuaiannya dgn ajaran hati Ghazali. Saya memberi nama Aisyah kpd teman di organisasi masjid, seorang anak guru ngaji, karena wajahnya yg kemerah2an.

Saya membaca juz lain dari Ihya di perpustakaan mushola sekolah. Setiap istirahat saya sempatkan utk mengunjunginya dan membaca buku tersebut. Bukunya sangat banyak sehingga tdk semuanya bisa dibaca.

Interaksi saya dgn buku mengalir begitu saja. Terkadang saya mengikuti arus trend penerbitan, di mana setiap buku yg muncul di etalase toko buku saya beli dan baca. Terkadang saya juga memperhatikan judul buku yg disebutkan oleh penulisnya atau muncul dalam kutipannya utk kemudian saya cari di toko buku, membeli dan membacanya. Sehingga bila toko buku dibanjiri karya2 Ibnul Qayyim Jauziyah, saya banyak menghabiskan uang utk membeli karya2 beliau.

Sebelum bertemu dgn buku Ibnul Qayyim Jauziyah, saya menemukan buku Tauhid karya Ibnu Taimiyah di ponpes semasa kuliah. Buku sumbangan dari Saudi itu saya baca utk menambah pengetahuan seputar Ilmu Tauhid. Sebelumnya ustadz di ponpes memberi pengetahuan dari Tijan dan karya tulisnya Kyai Khoer.

Saat bertemu dgn sejumlah karya Ibnul Qayyim Jauziyah, saya mengetahui beliau adalah murid Ibnu Taimiyah. Karya beliau yg berkaitan dgn hati membuat saya dgn sangat mudah cenderung kepadanya. Hingga tibalah waktu saat itu bagi saya utk bertemu dgn karyanya yg berjudul Madarijus Salikin. Buku tsb dianggap setara dgn Ihya Ulumuddin.

Rupanya saya harus mendengar lebih banyak seputar kritik thd Ihya Ulumuddin, terutama terkait masalah derajat hadits. Entah kenapa setelah itu saya menjadi tdk bisa membaca Ihya. Ada kesenjangan pengetahuan yg membuat kritik tersebut sangat berpengaruh, membuat diri yg dekat kemudian menjauh. 

Setelah kesenjangan itu terentaskan berpuluh-puluh tahun kemudian, kerinduan saya utk mengkoleksi buku Ihya Ulumuddin muncul kembali. Bila ada rejekinya, saya akan melengkapi rak buku di rumah dgn karya yg pernah memikat hati tersebut, insya Allah.

#BiografiCahyana

Minggu, 20 Desember 2020

Suasana Hati Pak Polisi

20 Des 2019, sore hari itu saya lewat perempatan Asia dari arah toserba Asia mengarah ke Wohap, sengaja mau singgah di toko elektronik sekitaran toko Wohap. Nampak di perempatan seorang Polisi tengah mengatur lalu lintas. Setelah melewatinya beberapa meter, saya lihat ada kendaraan yg mau keluar dari parkiran. Saya pun menginjak rem dan menyalakan lampu tanda kiri dgn maksud mau mengisi ruang parkir yg akan ditinggalkan kendaraan tsb. Juru parkir nampaknya sudah mengerti maksud saya. 

Dari spion tengah saya lihat polisi pengatur lalu lintas tsb memperhatikan dgn roman wajah yg kesal. Lalu polisi tersebut menghampiri dan berdiri di depan ruang parkir tersebut. Saya memberi isyarat kpd polisinya kalau saya hendak parkir di area yg dihalanginya tersebut. Juru parkir berkumis pun ikut menyampaikan maksud saya ke polisinya. Tapi polisinya memberi isyarat supaya saya terus jalan. Dgn kebingungan saya pun mematikan lampu tanda kiri dan menjalankan kembali mobil. Setelah berjalan berapa meter, saya memberi isyarat ke juru parkir di depan, lalu saya diarahkan ke area parkir yg kosong. 

Saya memikirkan kejadian tsb sepanjang jalan seusai dari toko elektronik, mencoba memahami letak masalahnya ada di mana. Kalau dianggap saya tdk boleh parkir di area sana, tapi di sana ada juru parkir dan banyak kendaraan yg terparkir. Padahal saya bisa masuk ke area parkir bersamaan dgn sampainya polisi tsb di depan kendaraan saya yg mau parkir. 

Setelah memutari bunderan Suci dan mengarah kembali ke jln Ahmad Yani, saya berpapasan dgn polisi tadi yg tengah dibonceng rekannya naik kendaraan roda dua. Nampak ia tengah berbincang dgn rekannya tsb. Saya pun tersenyum melihat wajahnya. Ah, mungkin saja suasana hatinya saat itu sedang tdk baik, dan hal tsb sangat manusiawi. Semoga suasana hati polisinya esok hari kembali berseri-seri 😊

Sabtu, 19 Desember 2020

Tidak Terganggu Dengan Penilaian Manusia

Hari ini saya menemukan berita tentang seorang lelaki berjubah terekam sedang salat di tengah jalan, di antara lalu lalang kendaraan. Di luar negeri sana ada kegiatan dakwah jalanan dgn melaksanakan salat di luar ruangan, bahkan di trotoar. Tetapi tdk saya temukan yg melakukannya sampai kehilangan akal seperti lelaki itu.

Kata "jubah" dan "jalan" mengingatkan saya akan pengalaman saat remaja di masa lalu. Di malam itu, selepas ngaji, saya ke luar kompleks dgn masih mengenakan gamis. Keinginannya muncul begitu saja. Tidak ada sesuatu yg dituju, hanya ingin berjalan kaki sendirian saja.

Saya melewati Kerkoft, lalu menapaki trotoar jalan perintis kemerdekaan. Di jalan Pramuka, dekat perempatan saya menyebrang jalan. Saat itu ada sekelompok remaja berkerumun di trotoar. Salah seorang anak perempuan menyapa, "Assalamualaikum pa Haji", sambil tertawa. Saya jawab ucapan salamnya dan berlalu. Saya pun melewati masjid Agung dan berbelok di perempatan menuju jembatan Cimanuk.

Hingga detik ini, dari perjalanan tersebut hanya interaksi dgn sekumpulan anak muda itu saja yg saya ingat. Bahkan saya tdk ingat detail perjalanan menuju titik kumpulan anak muda tsb, dan dari sana ke titik awal berangkat. Mungkin diri ini digerakan hanya utk mendapatkan pelajaran dari interaksi tsb yang belum diperoleh sampai sekarang.

Hari ini saya mencoba utk memikirkannya. Di dunia ini, mungkin akan ada orang yg mengganggu kita krn atribut yg secara natural kita kenakan (tanpa maksud ingin dilihat atau dinilai oleh orang lain). Kita harus siap menerima semua isi fikiran orang lain tentang kita, termasuk segala macam prasangka dan ekspresinya. Dan kita akan merasa tenang saat kita tdk berharap penilaian dari manusia, baik yg penilaiannya mendekati atau jauh dari kondisi kita yg sebenarnya. Kita merasa cukup hanya dgn penilaian Allah saja, tanpa perlu tahu isi prasangka mahluk Nya. 

#BiografiCahyana

Jumat, 18 Desember 2020

Cinta dan Benci Karena Allah

Aku bertanya, "Bagaimana cara memusuhi dan mencintai krn Allah?"

Syekh Abu al-Hasan Asy-Syadzili menjawab, "Semuanya dilakukan dgn bergantung kpd Allah, bukan krn nafsu dan keinginan. Jika kamu membenci dan marah krn ilmu, maka berikanlah hak utk ilmu tersebut. Jgnlah kamu jadikan setan sebagai teman. Orang yg menjadikan setan sebagai teman, dia mendapatkan kerugian yg nyata. Jika kamu mencintai seseorang dgn ilmu, temanilah dia selama dia selalu menjalankan ketaatan. Jika dia menyimpang, maka bencilah dgn ilmu selama dia masih berada dlm penyimpangannya".

(Risalah al-Amin)

Sabtu, 12 Desember 2020

Bisikan itu Belum Tentu Benar


Saat dawam dzikr "Allah" di masa remaja dulu, di tengah kegiatan aurod berjamaah pada waktu Maghrib, ada yg berbisik ttg akidah Islam. Seketika saya beranjak dan menuliskannya. Materi seperti itu muncul dlm beragam kondisi. Ada kalanya kalimatnya muncul dari cahaya yg melesat dlm benak, di mana saya harus "berlari" mengikutinya agar kalimatnya tdk terputus. Adakalanya dari bentuk yg kemudian berubah menjadi kalimat. Dlm kesempatan lain muncul citra sosok yg wajahnya tertutup cahaya, kepalanya mengenakan sorban, dan bersayap. 

Dari Durotun Nasihin saya mengenal sayap Malaikat, dan dari Minhajul Abidin saya mengetahui perbedaan khotir dari Allah, malaikat Mulhim, dan Setan. Namun tdk serta merta saya menganggap sosok itu sebagai Malaikat Mulhim, sebab teringat cerita Setan yg menyamar sebagai Tuhan yg dikisahkan dlm Minhajul Abidin. Demikian pula, tdk serta merta saya menganggap bisikan itu benar, sehingga setelah tercatat, saya periksa kebenarannya dgn ajaran akidah islam, atau saya konfirmasikan juga kpd guru tauhid. Saya membakar satu buku catatan yg dianggap pembahasannya bahaya bagi mereka yg tdk memiliki dasar akidah yg kuat.

Saya menuliskan hal ini di blog krn mengangap pengalaman tsb bukan apa-apa, hanya semacam tantangan yg muncul dlm dawam dzikr. Saya bukan siapa-siapa, dan apa yg tersaksikan dan terdengar itu bukan apa-apa. Walau demikian, saya menikmati pengalaman tsb. Ada beberapa buku catatan yg bisa saya kenang dan dipelajari lagi di masa depan. Dan saya bersyukur, salah satunya yg saya mintakan review nya kpd alm Ust Bubun Bunyamin, dikembalikan oleh beliau tanpa komentar. Pengajaran beliau dari Kyai Khoer cukup membekali saya saat berhadapan dgn bisikan-bisikan seputar konsep Penyatuan.

Belasan tahun kemudian, saya menemukan perkataan Imam Syadzili dlm Risalah al-Amin, bhw ketika muncul perasaan waswas yg menyerupai ilmu melalui perantara ilham atau ketersingkapan yg berasal dari prasangka, maka kita jgn menerima hal itu, harus dikembalikan kpd kebenaran yg tertuang dlm al-Quran dan as-Sunnah. Allah tdk menjamin kemaksumannya. Seandainya kita menerimanya melalui al-Qur'an dan sunnah, pikiran tdk akan menghiraukan waswas yg menipu.

#BiografiCahyana


Jumat, 11 Desember 2020

Jalan Cinta Nabi yang Sebenarnya

Syekh Ibnu Atha'illah atau Syekh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari (1250-1309 M) adalah tokoh Tarekat Syadziliyah. Gurunya yang paling dekat adalah Abu Al-Abbas Ahmad ibnu Ali Al-Anshari Al-Mursi, murid dari Abu Al-Hasan Al-Syadzili, pendiri tarikat Al-Syadzili. Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai Mazhab Maliki.

Menurut Ibn Athaillah di dalam Bahjat an-Nufus, kedudukan mulia dan tinggi di sisi Allah SWT dicapai dgn mengikuti sunnah Muhammad SAW dlm aspek lahiriah seperti salat, dan batiniah seperti khusyu. Allah SWT berfirman, "Katakanlah (wahai Muhammad), 'Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian'. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS Al Imran: 31). 

Sebelumnya lewat lisan Ibrahim AS, Allah SWT pun berfirman, "Siapa yg mengikutiku, sesungguhnya ia termasuk golonganku" (QS Ibrahim: 36). Dengan demikian siapapun yg tdk mengikuti Nabi, ia tdk termasuk golongannya, bahkan keluarga Nabi sekalipun. Saat Nuh AS berkata, "Sesungguhnya anak ku termasuk keluarga ku" (QS Hud: 45), Allah menjawab, "Hai Nuh, dia bukan termasuk keluarga mu. Sesungguhnya perbuatannya adalah perbuatan orang yg tidak baik" (QS Hud: 46)

Kamis, 10 Desember 2020

Akibat Mengutuk

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (450-505 H) adalah seorang filsuf dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan. Beliau berkata dalam Bidayah al-Hidayah:

Janganlah engkau memvonis syirik, kafir atau munafik kepada seseorang ahli kiblat (orang Islam). Karena yang mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati manusia hanyalah Allah SWT. 

Jangan pula engkau ikut campur dalam urusan hamba-hamba Allah dengan Allah SWT. Ketahuilah, bahwa pada hari kiamat kelak engkau tidak akan ditanya, "mengapa engkau tidak mau mengutuk si Anu? Mengapa engkau diam saja tentang dia?"

Bahkan seandainya pun kau tidak pernah mengutuk Iblis sepanjang hidupmu, dan tidak menyebutnya sekalipun, engkau pun tidak akan ditanyai dan tidak akan dituntut oleh Allah nanti di hari kiamat. 

Tetapi jika kau pernah mengutuk seseorang makhluk Allah, kelak kau akan dituntut (pertanggungjawabannya oleh Allah SWT)

Hukum Membunuh karena Membela Diri

Syekh Wahbah Az-Zuhaili atau Wahbah bin Musthofa Az-Zuhaili adalah salah satu sosok ulama fiqh ahlussunnah abad ke-20 yang terkenal dari Syiria. Namanya sebaris dengan tokoh-tokoh fiqh yang telah berjasa dalam dunia keilmuan Islam abad ke-20. Dalam Fiqhul Islamiy Wa Adillatuha (6/597) beliau menjelaskan hukum membunuh krn membela diri sebagai berikut:

Orang yang merasa bahwa kehormatan, harta, dan dirinya dalam bahaya, secara syar’iy berhak melakukan pembelaan (ad-difaa’ as-syar’iy). Sebagai contoh, ketika seseorang berhadapan dengan pelaku kriminal yang mengarahkan senjata api atau menghunus senjata tajam, bermaksud membunuhnya atau mengambil harta miliknya atau merenggut kehormatannya, maka ia disyariatkan untuk melakukan pembelaan.

Begitupun, ketika seseorang melihat orang lain dalam kondisi tersebut, maka ia pun berhak melakukan pembelan terhadapnya. Namun, pembelaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan kadar bahaya yang dihadapinya. Kalau seseorang yang bermaksud jahat itu cukup diingatkan dengan kata-kata, seperti memintanya beristigfar,  atau teriakan meminta pertolongan kepada orang di sekitar tempat kejadian, maka haram bagi korban melakukan pemukulan.

Begitu pun jika ia dapat melakukan pembelaan itu cukup dengan memukul, maka ia tidak dibenarkan untuk menggunakan senjata. Namun bila pembelaan atas dirinya tidak mungkin dilakukan kecuali dengan senjata yang dapat melumpuhkannya, seperti dengan pentungan misalnya, maka ia boleh melakukannya, namun tidak dibenarkan baginya untuk membunuh. Akan tetapi, bila pembelaan itu hanya mungkin dilakukan dengan membunuhnya, seperti dalam kondisi yang di contohkan di atas, dimana pelaku sudah menghunus senjata tajam atau mengacungkan pistol misalnya, maka bagi korban berhak untuk membunuhnya

Minggu, 06 Desember 2020

Atap Kompetensi


Thn 2019 silam, saya merancang struktur kurikulum dgn filosofi seperti bangunan. Ada pondasi, tiang, pondasi atap, dan atap. Paket Konsentrasi 21 SKS berisi mata kuliah di luar bidang prodi (informatika) dlm lingkup Komputasi utk mengakomodasi minat mahasiswa dan kompetensi dosen, serta mengikuti perkembangan kekinian berdasarkan masukan alumni dan pengguna lulusan. Ada lebih dari satu paket konsentrasi yg bisa dipilih oleh mahasiswa. 

Sekarang ini, pemerintah mendorong Perguruan Tinggi utk dapat memenuhi hak mahasiswa menggunakan 20 SKS kegiatan di luar prodinya (40 SKS bila di luar perguruan tinggi) dlm beragam kegiatan KMMB (Kampus Merdeka - Merdeka Belajar). Bila tdk ada syarat harus belajar di prodi lain, sebenarnya paket Konsentrasi di luar bidang prodi ini sdh memenuhi syarat utk disebut KMMB, karena mahasiswa berkesempatan utk menghabiskan 21 SKS mengikuti pembelajaran mata kuliah dalam bidang yg diminatinya di luar bidang prodi. 

Pengguna struktur kurikulum juga dapat menambahkan paket konsentrasi KMMB 21 SKS, misalnya paket Proyek Kemanusiaan, Kewirausahaan, Proyek di Desa, dan lain sebagainya. 8 Paket Konsentrasi / KMMB ini dapat dipilih oleh mahasiswa sesuai minatnya. Paket ini menempati struktur atap utk membuat bangunan kompetensi dlm diri peserta didik berfungsi penuh, seperti bangunan yg telah diberi atap.

Merusak dan Memperbaiki Citra Agama

Merusak citra agama ini seperti menista agama, tdk menyebabkan agama yg sakral itu menjadi "terkotori", sebab kita masih bisa membedakan mana agama, dan mana yg berasal dari pelakunya. Penista agama dan perusak citra agama adalah oknum, kita menyebut perbuatannya sebagai menista agama dan merusak citra agama. 

Semangat memviralkan tindakannya tsb bahkan mewabah di kalangan tertentu saat pelakunya adalah orang di luar umat atau kelompoknya. Herannya, bila pelakunya dari kalangan sendiri, kita digiring utk melindungi pelaku melakukan sesuatu yg tdk pantas thd agama. Padahal kita harus mengingatkan siapapun yg menjadikan agama tdk semestinya, apalagi hanya utk kepentingan duniawi, seperti misalnya politik partisan; sekalipun ia tdk menyadari telah menghina agamanya sendiri, menurunkannya dari kesakralan menjadi cemoohan. 

Adakalanya perusakan citra agama direspon dgn penistaan lagi. Akhirnya kita melihat agama ini yg seharusnya sakral malah dijadikan objek yg dirusak citranya. Banyak orang yg tdk mengenal agama, masuk ke dalam pusarannya, sehingga mengira agama itu buruk seperti citra yg sedang ditampilkan. Pada tingkatan akut, muncul phobia terhadap agama. Atau mengira tindakan itu menjaga agama, sehingga tanpa sadar ikut memelihara citra buruk tsb.

Mereka yg tdk sadar telah merusak citra agama, dan mereka yg meresponnya dgn merusak citra agama secara sadar adalah pelaku atau oknum yg harus disadarkan. Bila ada satu orang yg menyadarkannya, maka tindakannya tsb telah mengugurkan kewajiban orang lain. Apakah ia menyadarkan salah satunya atau semuanya, ia telah memperbaiki citra agama dgn perbuatan baiknya tersebut.

#PersepsiCahyana

Kamis, 03 Desember 2020

Siapa Buzzerp?

Ada pembenci rejim yg berfikir kalau ASN itu membantu meluruskan informasi atau pemahaman keliru terkait rejim di medsos adalah demi imbalan atau agar gajinya tetap mengalir. Mereka menyebut ASN seperti itu dgn panggilan buzzer pemerintah. Padahal merekalah buzzer itu krn berkontribusi dlm penyebaran konten informasi atau pemahaman keliru di medsos dan dicopas dari sumber atau orang lain. 

Mereka menjadi buzzer anti pemerintah yg mendapat bantuan dari pemerintah. Di saat mereka atau para penikmat dan penyebar informasi atau pemahaman yg keliru itu menikmati bantuan uang atau lainnya dari pemerintah, ASN tdk mendapatkannya. Hal itu tdk membuat ASN menghentikan bantuan demi amal tsb. Dan bila bantuan itu tdk dikerjakannya, gajinya tetap mengalir.

Rabu, 02 Desember 2020

Beramal Harus dengan Ilmu

Kalau saya diminta utk bersangka baik, sulit bagi saya utk menyusun argumentasi yg membenarkan penyimpangan adzan atau pembajakan Islam seperti ini. Sebab begitu penjelasan dari alim ulama datang, kebatilan seperti ini menjadi lenyap. Kecuali mungkin bagi mereka yg arogan, terbiasa melawan atau memalingkan diri dari kebenaran.

Penyebaran konten seperti ini mencemarkan Islam? Justru amal tanpa ilmu yg tdk sejalan dgn Islamlah yg terbukti mencemarkan Islam. Konten seperti ini menjadi nasihat bagi diri sendiri dan siapapun yg memerlukan nasihat bahwa amal itu harus dipimpin oleh ilmu, tdk asal melampiaskan semangat atau berbuat. Jgn sampai terkena tipu daya / talbis krn ikut2an yg tdk jelas.

Semoga kita semua menyalurkan semangat Islam sesuai dgn ajaran Islam, mengendalikannya dgn ilmu, sehingga tdk merusak citra Islam dan tdk menimbulkan kerusakan. Tunjuki kami pada jalan yg lurus ya Rabb. Amin.

Selasa, 01 Desember 2020

Jihadnya Generasi Muslim al-Muhajirin

Teringat di masa remaja dulu, saat mengikuti kegiatan GMA (Generasi Muslim al-Muhajirin). Yel-yel populer utk menyemangati anggotanya saat berkegiatan adalah salam jihad, yg dijawab dgn takbir. Misalnya, saat akan melakukan rihlah (penjelajahan) utk mentafakuri alam ciptaan Allah, instruktur menyemangati anggota dgn salam tsb. 

Cara penggunaan salam jihad meniru salam Pramuka. Hal demikian dipengaruhi oleh keberadaan beberapa pengurus atau anggotanya yg merupakan aktivis Pramuka. Ada beberapa kegiatan GMA selain rihlah yg dipengaruhi oleh pengalaman berkegiatan di Pramuka, seperti misalnya Islamic Camp. Pengaruh lainnya dlm kegiatan GMA adalah teater. Ada beberapa pengurus dan anggotanya yg merupakan pegiat teater. GMA menggunakan pertunjukan teater utk menyampaikan pesannya kpd masyarakat.

Makna jihad yg dimaksud dlm salam tersebut adalah usaha bersungguh-sungguh dlm menuntaskan kegiatan. Dlm seluruh kegiatannya, GMA tdk pernah menyajikan materi, atau melakukan pelatihan dan praktik berkaitan dgn makna jihad lainnya yg mengangkat senjata utk melawan siapapun, sehingga masyarakat tdk khawatir dgn salam jihad tersebut. 

Selain salam jihad, istilah lainnya yg pernah digunakan, tetapi kurang populer adalah satuan jihad, mengikuti istilah satuan pengamanan. Istilah tsb dibuat oleh saya yg saat itu menjadi seksi keamanan pd Islamic Camp di desa Pasirkareumbi. Fungsinya sama dgn satuan pengamanan, didefinisikan dan diterapkan hanya saat kegiatan tsb saja. Istilah tsb dan logonya tdk digunakan oleh seksi keamanan di kegiatan selanjutnya, krn tdk tertuang dlm juklak atau juknis organisasi.

#BiografiCahyana

Minggu, 29 November 2020

Sirnanya Cinta Buta oleh Pengetahuan

Di masa remaja dulu, sebelum lulus kuliah, ada dorongan besar utk mendukung apapun yg berbau Islam. Semangat ini meluap, melampaui ilmu. Namun seiring dgn pertambahan usia, pengetahuan, dan pergaulan, semangat ini menjadi lebih bisa dikendalikan agar tdk dipimpin oleh perasaan, tetapi dipimpin oleh ilmu. 

Saat itu, amrik nampak sebagai musuh besar Islam seperti pandangan Khomeni, sehingga kampanye di kalangan aktivis yg menempatkan Osama sebagai pahlawan Islam sangat mudah utk diterima. Revolusi Islam di Iran nampak seperti mimpi yg menjadi kenyataan, sehingga ingin menjadi bagiannya, tanpa tahu perbedaan Syiah dan Sunni. Khilafah dan darul Islam menjadi mimpi setiap saat, tanpa tahu apa itu khilafah dan darul islam. Kepala ini selalu memiliki jalan utk membenarkan kekerasan atas nama jihad atau amar ma'ruf nahyi munkar yg muncul dalam pemberitaan. Hayalan mengangkat senjata di medan jihad menjadi hiburan. 

Namun seiring dgn bertambahnya asupan pengetahuan dan meluasnya pergaulan, ghiroh ini semakin bisa dikendalikan. Saya menjadi lebih selektif dlm memilih siapa yg harus saya benarkan amalnya yg dilakukan dgn mengatasnamakan nama Islam. Saya mulai memahami pentingnya moderasi beragama dlm mewujudkan tatanan kehidupan plural yg baik. Pemahaman tsb meruntuhkan pemahaman sebelumnya yg berfikir kalangan puritanlah yg dapat memimpin umat di atas keragaman pendapat keagamaan. 

Sekarang ini, pemahaman persaudaraan ini meluas, tdk hanya sebatas kalangan yg sefaham saja, tetapi menjadi persaudaraan islam, kebangsaan, kemanusiaan, dan kemahlukan. Setiap kekerasan yg ditujukan kpd siapapun terasa menyakitkan, sekalipun pelakunya dipandang oleh sebagian kalangan sebagai pejuang Islam. Musyawarah mufakat menjadi lebih bermakna, sehingga ada kecenderungan utk menerapkannya dlm rangkaian aktivitas bersama siapapun, bahkan  dgn murid sekalipun. 

Konten atau ilmu dan kawan pergaulan sangat menentukan perubahan tsb. Gelapnya cinta buta sirna oleh terangnya cahaya pengetahuan. Jalan menuju cahaya tersebut diantaranya adalah memperhatikan masukan atau nasihat. Namun butuh waktu yg tepat atau hidayah utk dapat mengindahkannya. Nasihat itu mudah utk didengarkan setelah membiasakan utk menasihati diri sendiri.

Faktor pengubah penting lainnya adalah lingkungan pergaulan yg menjadi pintu masuk menuju sumber pengetahuannya. Bila lingkungannya ekstremis, maka semakin bertambahan pengetahuan ekstremnya. Bila lingkungannya moderat, maka semakin bertambah pengetahuan moderatnya. 

Benarlah apa yg disabdakan Nabi SAW, "Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang buruk, bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu, engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak sedap.” (HR. Imam Bukhari).

Ibnu Hajar Al Asqalani dlm Fathul Bari menjelaskan, "Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.

#BiografiCahyana

Untuk Janji dan Kebahagiaan

Satu tahun yg lalu, tepatnya tanggal 29 November 2019, saya sendirian menyetir mobil ke Bandung utk menjemput Prof Didik Sulistyanto di Bandara Husein. Rencananya beliau akan mengisi kegiatan workshop proposal penelitian dlm acara yg saya selenggarakan di kampus. Komunikasi dgn beliau terjalin sejak saya mengikuti kegiatan yg sama di Cimahi.

Beliau tiba di Bandara Husein pada sore hari. Saya langsung menyapa beliau begitu melihatnya di gerbang keluar. Kemudian kami beranjak ke tempat di mana kendaraan saya terparkir.

Sepanjang perjalanan itu saya berbincang banyak dgn beliau. Ternyata beliau sosok rendah hati yg religius. Sekilas saya mendengar obrolan beliau melalui telp tentang manfaat salat malam dan mandi sebelum subuh. Beliau duduk di samping kiri saya, sehingga saya dapat mendengar dgn jelas sebagian obrolan beliau dgn seseorang di telp tersebut.

Kami memutuskan salat maghrib di rest area. Selepas salat, kami berbincang sebentar. Dlm perbincangan itu, saya bertanya seputar usaha alternatif di luar pekerjaan yg bisa dijalankan oleh dosen. Beliau menyarankan kpd saya utk menjalankan usaha kost mahasiswa, dgn mencontohkan usaha serupa yg beliau jalankan.

Keesokan harinya, selepas kegiatan, saya mengantarkan beliau dan pak Muhammad Said Hasibuan ke statsiun kereta api Cibatu. Seperti di awal, saya kendarai sendiri mobilnya. Sebelum masuk mobil, saya telp dulu beberapa dosen yg menjadi panitia utk memastikan kegiatan dapat selesai sampai akhir dgn baik.

Di tengah perjalanan, prof Didik memberi masukan agar saya dapat mendistribusikan pekerjaan dlm kepanitiaan, sehingga tdk perlu menjemput dan mengantarkannya sendirian. Saya tdk menyampaikan kepada beliau kalau anggota tim pelaksananya sedikit orang dan ibu-ibu semua, sehingga tdk bisa menyuruh salah satunya utk antar jemput atau menemani saya dlm antar jemput. Saya sampaikan bhw menjemput dan mengantar pulang orang berilmu seperti beliau merupakan suatu kehormatan, seperti mahasiswa menghormati mahaguru, sekalipun saya blm pernah menjadi mahasiswanya.

Kegiatan ini saya selenggarakan dgn uang pribadi dan uang pendaftaran peserta kegiatan, utk menghantarkan pengetahuan Prof Didik kpd kolega di kampus dan peserta lainnya, dan utk menepati janji menghadirkan beliau ke Garut. Kegiatan ini juga merupakan realisasi dari keinginan utk menyelenggarakan kegiatan seperti yg diikuti di Cimahi. Ibu Dewi Tresnawati yg ditugaskan bersama saya utk mengikuti kegiatan di Cimahi juga antusias dgn keinginan tsb, dan turun membantu dlm pelaksanaannya.

Insya Allah, selalu ada jalan utk berbuat baik dlm berbagai hambatan atau keterbatasan. Kegiatan seperti ini tdk jauh beda dgn kebiasaan mentraktir teman di masa bujang dulu yg dilakukan utk menambah kebahagiaan diri dgn rasa senang yg muncul dlm hati teman. Saya senantiasa diingatkan oleh ayat dalam surat Ali Imran, sehingga tdk merasa ragu sedikitpun kpd pertolongan Allah dlm melaksanakan kegiatan yg telah diazamkan.

"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah" (QS Ali Imran: 159)

Ayat lainnya yg sering disampaikan oleh alm Mas Yudho senantiasa menjadi penyemangat dlm melaksanakan amal kebaikan. Oleh karenanya saya tdk merasa risau dgn seberapa mampu saya mewujudkan rencana kegiatannya. Dikaruniakan sedikit keberhasilan saja sudah lebih dari cukup bagi saya yg mungkin tdk layak menerima karunia tsb.

"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan larangan-Nya), niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya), serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya, dan (Ingatlah), barangsiapa berserah diri bulat-bulat kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendaki-Nya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu.” (QS At-Talaq: 2-3)

Sabtu, 28 November 2020

Saya Bukan Lektor Agama

Semasa sekolah dulu, saat aktif di masjid desa, ada masanya bagi remaja masjid utk menyampaikan ceramah subuh secara bergiliran di bulan Ramadhan. Saya termasuk yg mendapat giliran. Saat itu saya menyajikan materi terkait firman Allah yg artinya sebagai berikut:

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS Ali Imran: 31)

Tdk seperti biasanya, sesepuh masjid naik ke atas mimbar setelah saya turun. Beliau mengekpresikan rasa senangnya dgn materi yg saya sampaikan. Entah bercanda atau serius, beliau mempersilahkan saya utk berjodoh dgn keturunannya yg mana saja. Suaranya terdengar ke mana-mana krn disampaikan melalui speaker menara masjid. Fikiran saya belum sampai ke sana, sehingga saya tdk memikirkan ucapan beliau lebih jauh. Selepas itu, ibu-ibu di kampung yg kebetulan menyimak suara dari menara masjid ramai menanyakan perihal orang yg dimaksud oleh sesepuh masjid.

Selama aktif di Generasi Muslim al-Muhajirin, saya sering berbagi pengetahuan keagamaan dgn sesama remaja masjid. Walau demikian, saya tdk mengisi pengajian remaja masjid sebagaimana dilakukan oleh teman lainnya. Saya lebih sering diskusi dgn satu atau dua orang saja. 

Saat kuliah saya dikondisikan orang tua utk mondok di ponpes mahasiwa. Selama kuliah itu saya banyak membaca buku agama dan menuliskan kembali hasil bacaannya dlm buletin yg disebarkan di antara teman dekat sebagai bahan diskusi, dan ditempelkan di papan informasi kampus. Terkadang saya juga menuliskan hasil perenungan berkenaan dgn masalah dunia nyata dlm bagian khusus di Buletin tsb. Oleh krnnya, buletin itu saya namai Persepsi. 

Bila saatnya Ramadhan tiba, saya buatkan ringkasan materi dari Fiqh Sunnah di dalam Buletinnya, agar teman2 turut menikmati pengetahuannya. Saya juga membuatkan ringkasan aurod harian yg diamalkan dari Buku Dzikr nya Prof Hasbi sebagai panduan kegiatan riyadhah remaja masjid. 

Di penghujung kuliah, kesibukan saya mulai beralih ke teknologi informasi dan komunikasi. Tetapi minat kpd pembahasan keagamaan tetap ada, sekalipun kegiatan buletin mulai menurun krn kesibukan tsb. Saya menjadikan pembahasan itu utk memperkaya atau menguji pemahaman diri saja. Saya telah dipilihkan jalan utk menjadi penceramah (lecturer/lektor) informatika, dan bukan penceramah agama. 

Saya tdk merasa diri sebagai penceramah agama, sekalipun beberapa teman memanggil dgn sebutan ustadz di dunia nyata atau maya. Mereka demikian mungkin krn melihat saya sering membicarakan soal keagamaan, kebiasaan masa remaja yg masih ada hingga sekarang. Saya selalu mengabaikan sebutan tsb, tetapi tdk menyengajakan diri utk menolaknya demi menghormati teman. Kpd mahasiswa saya sampaikan agar tdk "memakan" begitu saja "hidangan materi agama" yg saya tuliskan atau sampaikan, sebab saya bukanlah ahli agama. 

Materi agama yg saya buat sebenarnya utk konsumsi sendiri yg sengaja dipublikasikan utk mendapatkan kontribusi dari siapapun agar ada peningkatan pemahaman. Oleh krn itu saya sering merespon komentar teman atas publikasi tsb, semata utk menguji dan memperbaiki pemahaman diri sebagai bagian dari manajemen pengetahuan. Penyampaian materi keagamaan tsb bukan merupakan dakwah saya kpd orang lain, tetapi bagian dari proses perenungan utk diri sendiri. Saya tuliskan di buku atau di medsos agar ilmunya tdk hilang. 

Saya tdk cukup ilmu utk menjadi penceramah agama. Hanya dgn alasan itu, cukup bagi saya utk menolak berceramah keagamaan, kecuali sebatas pembelajaran seperti masa remaja dulu. Syeikh Nawawi al-Bantani berkata, "Orang yang berpengetahuan minim tidak layak melakukan dakwah, karena mafsadat yang ditimbulkan akan lebih besar dari pada maslahatnya". 

Saya pernah beberapa kali berceramah utk santri atau sekumpulan ustadz pondok pesantren yg datang dari berbagai tempat di Garut dan Indonesia. Materinya seputar Teknologi Informasi dan Komunikasi. Melalui forum itu kita berbagi pengetahuan, dan saling mencelupi. Sehingga penceramah agama faham sedikit ttg informatika sebagai bekal ceramahnya, dan penceramah informatika faham sedikit ttg agama sebagao bekal ceramahnya. 

Jumat, 27 November 2020

Keteladanan di Medsos

Menjaga diri di Medsos itu sangat penting, mengingat setiap orang dapat mempengaruhi banyak orang dgn konten yg disebarkannya. Amal medsos kita bisa disalahkan, tetapi juga bisa dibenarkan dan diikuti oleh satu atau beberapa atau banyak orang. Kemudian orang yg meneladani kita menjadi teladan bagi banyak orang lainnya, dan demikian seterusnya. 

Semoga kita senantiasa menjadi teladan yg baik dlm setiap amal medsos yg dilakukan, jemari kita tdk bergerak di atas gawai saat akan berbuat buruk, dan diberi Nya petunjuk bila sebaliknya, amin. 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 مَنْ سَنَّ فِـي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ ، وَمَنْ سَنَّ فِـي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِـّئَةً ، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ 

Barangsiapa yang memberi teladan (contoh) perbuatan yang baik, ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut serta pahala orang yang mengikutinya (sampai hari kiamat) tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang memberikan contoh kejelekan, maka ia akan mendapatkan dosa perbuatan tersebut serta dosa orang-orang yang mengikutinya (sampai hari kiamat) tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun. (HR Muslim)

Hobi Pengabdian Tanpa Perlu Penghargaan

6 tahun yg lalu, saat berada di tengah acara RAKERNAS Relawan TIK Menado, saya menerima telp dari panitia seleksi dosen berprestasi KOPERTIS IV, katanya saya ditunggu di Bandung utk proses seleksi tsb. Saya kaget dgn informasi tsb krn tdk ada informasi dari KOPERTIS IV ataupun kampus yg saya terima terkait kegiatan tsb. 

Kemudian saya sampaikan kpd Panitianya kalau saya sedang berada di Menado sehingga tdk bisa mengikuti kegiatannya. Lalu Panitia bertanya, apakah saya mau mengundurkan diri?. Dgn mempertimbangkan ketidakmungkinan utk menghadiri kegiatannya saat itu, sayapun menyetujuinya.

Di dalam acara RAKERNAS, ibu Mariam Barata yg saat itu menjabat sebagai Direktur Pemberdayaan Informatika DITJEN APTIKA Kemenkominfo RI menyebut saya sebagai inisiator sistem penjenjangan Relawan TIK. Sebutan tsb berkaitan dgn praktik penjenjangan dlm manajemen sumber daya Kelompok Penggerak TIK di Garut yg konsepnya diminta beliau utk dapat diadopsi di Relawan TIK Indonesia. Konsep tersebut dipresentasikan dalam RAKERNAS sebelumnya di Surabaya. 

Beberapa waktu kemudian, di tempat yg sama, saya menerima telp dari Prof Ali Ramdhani yg saat itu sudah pindah tugas ke UIN Sunan Gunung Djati. Beliau dgn suka cita mengucapkan selamat atas diperolehnya hibah PHP PTS yg saya usulkan ke DIKTI. Usulan itu saya kerjakan beberapa bulan yg silam atas permintaan beliau, saat beliau masih sebagai ketua STT Garut. Saya merasa senang dgn apresiasi tersebut. Beliau masih menyempatkan waktu mengucapkannya sekalipun sudah pindah tugas. 

Ada lima usulan yg disampaikan saat itu, 1) peralatan laboratorium non TIK sekitar 189 juta; 2) peralatan TIK sekitar 148 juta dan peralatan pendidikan sekitar 133 juta; 3) peralatan pendukung sekitar 197 juta; 4) pengadaan furniture sekitar 79 juta; dan 5) pekerjaan sipil berupa ruang multimedia sekitar 107 juta. Dalam usulannya, aula mini kampus diubah menjadi ruang multimedia yg diperlukan utk menunjang mata kuliah Multimedia. Ada banyak perangkat multimedia yg diusulkan, mulai dari audio dolby surround hingga proyektor 3D yg harganya mahal. Ruang tersebut digunakan utk keperluan penyajian konten audio dan video 3D oleh dosen dan mahasiswa. Pengerjaan proyek tsb dilaksanakan sepenuhnya oleh kampus. 

Sebagai alumni yg kebetulan ditugaskan negara membantu almamater, saya merasa bersyukur telah dikaruniai kesempatan oleh Allah utk memberikan apapun sebisanya, mulai dari amaliah relawan TIK bagi kampus, kerjasama dgn perusahaan internasional dan pemerintah luar negeri, hingga hibah tersebut. Saya melewatinya seperti air yg mengalir, tanpa rencana sedikitpun, hanya melalui pintu yg dibukakan oleh banyak orang dalam kegiatan hobi yg saya tekuni. Dalam kesempatan pengukuhan Kelompok Penggerak TIK Pelajar, di hadapan pak Menhariq Noer yg saat itu masih bertugas di Direktorat Pemberdayaan Informatika, saya nyatakan relawan TIK sebagai hobi. 

Relawan dalam bidang TIK yg dimulai semasa kuliah dulu (2002) bagi saya adalah hobi, sehingga tdk perlu apresiasi atau penghargaan utk menjalaninya. Oleh krnnya saya tdk banyak berfikir dan sama sekali tdk merasakan beban apapun saat kondisi mengharuskan saya utk tdk mengikuti seleksi penghargaan. Saya pun dapat dgn ringannya menolak tawaran pak Boni dari Direktorat Pemberdayaan Informatika yg hendak mengusulkan saya utk menerima penghargaan dari wakil presiden RI. Saat itu saya sampaikan kpd beliau bhw apa yg saya kerjakan bukanlah apa-apa, ada banyak yg lebih hebat dari saya. 

Hobi ini saya jalani dgn suka cita, semata krn berharap keridhaan Nya, baik dgn atau tanpa dukungan dan apresiasi dari manusia. Kpd Nya saya bersyukur, dan kpd manusia saya berusaha agar dapat bersyukur yg sebaik2nya. Saya merasa cukup dgn Dia yg selama ini membukakan banyak jalan, dan memberi rejeki dari jalan yg tdk disangka-sangka, muncul di saat saya dan keluarga sangat membutuhkannya. Oleh krn itu saya tdk pernah merasa risau dgn rejeki yg telah ditentukan Nya.

Kamis, 26 November 2020

Manfaat Ketidaksukaan Orang Lain

Kita lebih mudah menemukan data utk mengevaluasi kekurangan diri melalui orang yg memiliki ketidaksukaan pd diri kita, sebab mereka memiliki dorongan utk mencari data kekurangan tsb. Data itu harus diuji kualitasnya dgn sanggahan berdasarkan pengetahuan, dan diolah dgn pemikiran atau perenungan sampai menghasilkan informasi paling pas yg menggambarkan kekurangan yg diperlukan. Data yg tdk bernilai diabaikan. 

Informasi kekurangan itu tdk penting utk disampaikan kpd khalayak, sebab mereka lebih puas dgn perubahan diri kita dari pada sekedar mengkonsumsi informasi. Seseorang yg berpaling dari orang lain yg punya ketidaksukaan tdk memiliki banyak cermin diri utk melihat progress perkembangan dirinya, dan hampir tdk merubah sedikit ketidaksukaan menjadi kesukaan.

Selasa, 24 November 2020

8 Tahun Relawan TIK Garut dalam Aktivitas Tridharma


Tepat hari ini, tgl 24 November, 8 tahun yg silam, Relawan TIK Indonesia utk wilayah Garut berdiri. Penyematan personelnya secara simbolis dilakukan oleh pak Helmy Faishal Zaini yg saat itu menjabat sebagai Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal. Sedianya beliau disiapkan oleh kampus utk memberikan orasi ilmiah dalam acara Wisuda. Namun krn halangan, beliau hanya bisa hadir setelah acaranya selesai. Dan sedianya penyematan itu menurut rencana Kemenkominfo RI akan dilakukan oleh pak Cahyana Ahmaddjayadi.

Pimpinan kampus mengajak saya diskusi di salah satu ruang basecamp Komunitas TIK Garut yg sekarang jadi laboratorium Sistem dan Teknologi Informasi. Dulu Area 306 seluruhnya adalah basecamp Komunitas TIK Garut. Prof Ali meminta kesediaan saya utk memasukan pak Menteri dlm rangkaian kegiatan kampus yg saya selenggarakan selepas wisuda di tempat yg sama. Dgn senang hati permintaan itu saya iyakan. Terlebih kegiatan literasi digital tsb juga merupakan kegiatan kampus bekerjasama dgn Kemenkominfo RI, Relawan TIK Indonesia, ICT Watch, Nawala, dan lainnya. Selanjutnya saya menghubungi Kemenkominfo RI utk meminta persetujuannya, dan syukurlah permintaan tsb disetujui.

Dlm acara itu saya sibuk ke sana ke mari, sehingga tdk menyimak materi yg disampaikan oleh narasumber. Teman pengurus pusat Relawan TIK Indonesia yg menyimak narasumber memberi tahu saya kalau pak Ahmaddjayadi dlm kesempatan ceramahnya menyebut saya sebagai Cahyana junior. Kebetulan nama saya sama dengan beliau. Dlm kesempatan berbincang, beliau menyatakan keheranannya krn nama saya bisa sama dgn beliau dan sempat mengira kami ada hubungan kekeluargaan. Beberapa tahun kemudian, dalam acara Hackathon Merdeka Garut, saya disangka anak pak Cahyana Ahmaddjayadi oleh pihak Telkom Tasikmalaya. Saya tersenyum dan bilang, "ya, saya Cahyana junior".

Dalam kesempatan penyematan oleh pak Helmy, beliau mendatangi kami berempat lalu bertanya, "mana yg lulusan ITB?". Saya menjawab, "saya pak". Saya lupa isi perbincangan singkatnya, mungkin krn grogi berhadapan dengan pak Menteri.

Dalam kesempatan ceramahnya, beliau menyatakan akan memberikan bantuan kegiatan sebesar 10 juta utk kegiatan Relawan TIK di Garut dan mengajak Relawan TIK Indonesia utk ikut terlibat dalam pembangunan daerah tertinggal. Alhamdulillah, bantuan tsb kami terima melalui kampus, di mana sebagian di antaranya kami belanjakan utk keperluan pemasangan karpet di basecamp Komunitas TIK yg sering digunakan kegiatan TIK oleh Komunitas TIK di Garut.

Beberapa waktu kemudian Kemenkominfo RI mengirimkan Antaranews utk meliput gerakan ICT4Pesantren yg merupakan kolaborasi Relawan TIK Garut dengan Relawan TIK Surabaya, dalam kerangka kerjasama kampus dengan Majelis Muwasholah. Kemenkominfo RI juga mengirimkan TVOne ke Garut utk meliput kiprah Relawan TIK di Indonesia. Dlm program acara tsb, TVOne menyebut Relawan TIK Garut bermuara pada kegiatan TIK di Sekolah Tinggi Teknologi Garut.

Alhamdulillah, kegiatan Relawan TIK di Garut tetap hidup. Kampus menjaganya utk tetap berkegiatan dgn memasukannya dalam kurikulum Prodi Informatika STT Garut sebagai mata kuliah penciri lokal. Sebagai ketua tim penyusun kurikulumnya, saya menghubungkan mata kuliah Relawan TIK dgn topik Komputer dan Masyarakat. Mata kuliah tsb merupakan adopsi mata kuliah pilihan pd kurikulum sebelumnya yg bernama IT Volunteering 1 dan 2.

Dulu ketua prodi Informatika mengusulkannya masuk ke dalam kurikulum agar kegiatan ekstrakurikuler relawan TIK memberi nilai akademik. Di masa sekarang, pemikiran seperti itu disebut Kampus Merdeka, di mana beban belajar lapangannya sebesar 20 sks. Mata kuliah tersebut merupakan wujud pelaksaan kerjasama Tridharma kampus dengan Relawan TIK Indonesia dari tahun 2012 hingga sekarang.

Mata kuliah Relawan TIK yg saya ampu ini merupakan fase penyiapan mahasiswa informatika calon peserta KKN agar mewarisi profil pengabdi relawan TIK. Pembekalan keterampilan TIK dasarnya diberikan dalam mata kuliah Sistem dan Teknologi Informasi. Dengan demikian, Komunitas TIK tidak perlu lagi memberikan pembekalan TIK dasar dgn buku C2C (Component to Cloud) yg diluncurkan saat pengukuran Relawan TIK. Semua mahasiswa mengikuti pembekalan TIK dasar dan menerapkannya dalam program Relawan TIK Abdi Masyarakat.

Sejumlah penelitian dlm topik Relawan TIK saya lakukan utk keperluan pengayaan konten materi mata kuliah Relawan TIK. Mulai dari kegiatan Korea IT Volunteers, Pesantren Teknologi Informasi 7 hari, Pandu Digital, hingga konsep integrasi Relawan TIK dgn Sistem Pendidikan Tinggi dan desain sistem informasi Relawan TIK saya publikasikan pada Jurnal Ilmiah dan diseminasikan pada temu ilmiah. Saya mulai menikmati topik kajian terkait pengelolaan sumber daya Relawan TIK.

Saya telah menapaki jalan relawan dalam bidang TIK ini mulai dari jaman mahasiswa melalui pengabdian kpd kampus. Sekarang saya menjalaninya melalui pengabdian kpd masyarakat yg merupakan tugas pokok saya selaku dosen di kampus yg sama. Dan tentunya, apa yg saya lakukan bersama Relawan TIK ini merupakan pengabdian kpd bangsa dan negara sebagai wujud kecintaan yg semoga bernilai ibadah dan menjadi amal jariyah di sisi Allah.

Sejak mahasiswa saya menganggapnya sebagai jalan pensucian jiwa, dan sepanjang perjalannya Tuhan telah membukakan banyak jalan rejeki yg tdk disangka-sangka. Hampir tdk ada satupun orang yg dapat menghambat amal relawan yg saya mimpikan dan lakukan. Tuhan selalu memberikan jalan keluar dari segala hambatannya. Tidak ada satupun mahluk Nya, termasuk saya yg bisa mencegah Nya. Dia lah sebaik-baiknya yg diharapkan pertolongan dan keridhaan Nya. 

Senin, 23 November 2020

Selamat Jalan pak Wahyudin


Saat kuliah di Prodi Informatika STT Garut, saya mendapat ilmu informatika dari pak Wahyudin. Selain sebagai dosen, beliau mendapat tugas tambahan sebagai Koordinator Laboratorium Komputer Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Sekitar tahun 2002-2003, saya diminta oleh kampus utk menjadi asisten beliau di Labkom (Laboratorium Komputer), menggantikan kakak tingkat.

Beliau sangat mendukung pengembangan diri mahasiswa dalam bidang TIK di Labkom. Beliau mengalokasikan anggaran Labkom utk buku dan majalah Chip, sehingga saya mendapatkan tambahan wawasan tentang TIK dan mempelajari teknik komputer dan jaringan secara otodidak. Saat itu saya berbagi tugas dengan teman asisten lain, di mana urusan pembukuan dan perpustakaan ditangani Asep Saepudin, sementara saya menangani bantuan teknis. Di luar tugas bantuan teknis, saya menjadi relawan TIK yg membangun jaringan komputer dan memperbaiki komputer kantor secara sukarela, semata krn pengabdian kpd kampus.

Kemampuan teknis yg saya peroleh dari kegiatan di Labkom membuat beliau mempercayakan pekerjaan instalasi komputer dan jaringan komputer kampus dan SMA Cildug Musaddadiyah kepada saya. Saat melaksanakan pekerjaan instalasi di sekolah itulah saya menunjukan siswi Smkciledug Al-musaddadiyah yang saya sukai kepada beliau. Siswi tsb adalah teman hidup saya sekarang.

Saat beliau dipindahtugaskan ke SMK Ciledug, saya diajak serta utk menjadi pengajarnya. Saya menjadi guru dalam mata pelajaran yg sama dengan beliau. Namun saya tdk lama menjadi guru, lebih memilih utk menghabiskan waktu di Labkom kampus. Selepas lulus kuliah tahun 2003, saya menggantikan tugas beliau di Labkom. Beberapa tahun kemudian beliau menjadi kepala sekolah.

Saat menjadi asisten beliau saya mendapat saran masukan agar bekerja di luar Garut. Sama seperti saran dari pak Febi yg menyarankan saya utk bekerja di perusahaannya atau di perusahaan multinasional. Dgn pengalaman di Labkom itulah saya memiliki cukup kemampuan teknis, sehingga di terima di PT Pratita Prama Nugraha yg gajinya 5 kali lipat dari gaji yang saya miliki. Namun sehari setelah diterima, saya memutuskan utk kembali ke kampus dan menyibukan diri di Labkom, hingga kemudian diterima sebagai CPNS Kemendiknas RI pada tahun 2005 yg diperbantukan di kampus.

Ruang kebebasan berkegiatan yg diberikan oleh beliau dan kampus (dari masa kepemimpinan alm Dr Maman Abdurrahman Musaddad, alm Ir KH Abdullah Margani Musaddad, dan Prof Muhammad Ali Ramdhani) telah membukakan pintu bagi saya utk merintis infrastruktur TIK kampus dan Komunitas / Relawan TIK. Alhamdulillah, hingga sekarang UPT Sistem Informasi dan Komunitas TIK masih ada dan memberi manfaat bagi kampus dan masyarakat.

Semoga segala pahala kebaikan yg saya peroleh dari kegiatan pengajaran dan relawan TIK mengalir kpd pak Wahyudin, sebagai wujud keberkahan dari kebaikannya yg telah memberikan ruang pengetahuan dan pengalaman. Semoga Allah menghapus dosa dgn nya dan meninggikan derajatnya sebagai orang yg bermanfaat bagi orang lain. Amin.

#BiografiCahyana

Sabtu, 21 November 2020

Melawan Provokasi di Tengah Pandemi


Apabila ada narasi jihad sebagai jalan alternatif selain revolusi. Yg menarasikannya menjelaskan bahwa revolusi ditawarkan dgn dialog damai, tanpa pertumpahan darah, tdk mau berperang. Tapi kalau yg diajak dialog dianggapnya congkak, angkuh, dan sombong, maka akan dilakukan jihad. Contoh yg diangkat adalah sikap Nabi SAW yg sebelum berperang terlebih dahulu berdialog. 

Dgn kontruksi seperti itu, narasinya terdengar seperti ancaman thd persatuan dan tantangan berperang. Hal demikian dapat mendatangkan respon peringatan dari tentara agar tdk coba2 mengancam persatuan. Saat tentara menunjukan kekuatan militernya, siapa saja yg berfikir utk memerangi pemerintahan yg sah akan dapat melihatnya. Tentara memiliki kemampuan utk melawan semua propaganda narasi yg membahayakan persatuan bangsa, baik tercetak atau selainnya. Semua itu demi keutuhan bangsa dan negara, yg bagi saya merupakan sikap patriotik.

Saya pribadi berfikir, dlm situasi pandemi seperti ini, seharusnya urusan politik dikemas lebih bijak lagi, tdk perlu provokatif, apalagi sampai menarasikan sesuatu yg terdengar mengancam persatuan bangsa. Bencana pandemi yg merupakan masalah kemanusiaan lebih penting utk diselesaikan bersama-sama agar segera berlalu. Kepentingan kemanusiaan seharusnya lebih dipentingkan dari pada kepentingan politik. Upaya mencegah penyebarluasan infeksi virus jauh lebih penting dari pada pertunjukan kekuatan masa atau politik. 

Saat Hoax Dihalalkan

"Bikinlah konten-konten media sosial yang menyejukkan masyarakat sebagai tandingan terhadap konten-konten hoaks yang merusak moral masyarakat" (Prof KH Ma'ruf Amin, Wapres RI). 

Buzzer penyebar hoax yg merusak itu meliputi BuzzerR (Relawan) dan BuzzerRp (Rupiah). Terkadang konten keilmuan yg menyejukan para penikmat ilmu pun membuat gerah mereka, krn materinya menyinggung keburukan hoax yg dibuat atau disebarkannya. Mereka melakukannya utk beragam kepentingan. 

Sebagian dari mereka yg diadukan atas hoax nya akhirnya mendekam di penjara. Padahal  kepentingannya bisa diperjuangkan tanpa hoax. Walau demikian, masih ada yg berfikir pemenjaraan tsb bukan krn keburukan hoax, tapi kedzaliman, seakan hoax atau keburukan apapun menjadi halal saat digunakan utk kepentingannya. Mungkin ini yg disebut menghalalkan segala cara.

Kamis, 19 November 2020

Kemampuan Menahan Amarah Murid Diwarisi dari Gurunya

Lumrah bila murid merasa marah saat gurunya disakiti. Namun marahnya terkendali dan energinya dapat diarahkan kpd tindakan positif berkat teladan atau pengajaran gurunya. Kemampuan murid dlm menundukan amarahnya diwarisi dari gurunya. Murid yg benar2 berguru akan merasa gagal bila tdk mewarisi teladan dan pengajaran baik gurunya. Dan mereka akan sangat bersyukur bila dapat mengikuti gurunya.

Habib Ali bin Abdurrahman al-Jufri berkata, "Ketika aku mendengar orang berbicara atas nama Islam dgn bahasa kasar dan caci maki, aku bersyukur kpd Allah tdk memahami Islam lewat lisan mereka".

Santri Pesantren Krapyak Yogyakarta pastinya akan bersyukur dapat mengendalikan amarah krn teladan dan pengajaran dari KH Ali Maksum (Allah yarham). Saat itu beliau dipukul dgn linggis di tengah ceramah hingga luka parah dan harus opname selama hampir dua bulan. Beliau berpesan kpd satrinya, “kabeh anak-anak ku lan santriku ora keno dendam lan ora keno anyel (semua anakku dan para santriku, tidak boleh dendam dan benci)". Sikap beliau ini sama seperti yg ditunjukan Syekh al-Jaber. 

Mungkin inilah sikap ulama yg telah disentuh oleh kalam Nya yg qadim (al-Quran) sehingga hatinya berlimpah rahmat. Sikap seperti itu belum tentu bisa dimiliki oleh orang biasa yg baru menyentuh atau melafalkan mushaf al-Quran sebatas kerongkongan. Kekuatan memaafkan ini lebih "ampuh", dari pada sekedar kekuatan fisik. Akhlaq mulia tsb telah dibuktikan oleh Nabi SAW dan pengikut sunnahnya, dapat membukakan pintu hidayah bagi para pembencinya. 

Menahan amarah adalah kemampuan orang yg bertakwa, sebagaimana firman Allah SWT yg artinya, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran 133-134)

Oleh karenanya, para pembelajar agama akan sangat memperhatikan pengajaran seperti tausiyahnya KH Gus Luqman al-Karim. Beliau mengingatkan agar jgn salah memilih guru dan ilmu. Salah memilih guru akan tersesat, salah memilih ilmu akan tdk bermanfaat. 

Rabu, 18 November 2020

Hanya Ilmuan yg Memahami Ilmuan

Ilmuan itu terbiasa berkontribusi pengetahuan, sehingga sudut pandangnya diletakan di ruang kosong yg blm diisi oleh ilmuan lainnya, tdk perduli berada di posisi kubu politik manapun. Menyuruh semua ilmuan utk berada atau tdk berada di satu sisi kubu politik saja, dan mencelanya bila berada di sisi sebaliknya, sama artinya dgn menjadikan politik sebagai belenggu pengetahuan. Akibatnya, pengetahuan hanya akan berkembang ke satu sisi yg disukai kubu politik tertentu, dan sisi lainnya tetap menjadi ruang hampa pengetahuan yg tdk memberi manfaat bagi manusia. 

Padahal kebijaksanaan dlm berpolitik dibangun oleh pengetahuan yg diperoleh dari berbagai sudut pandang pd posisi kubu politik manapun. Pembelengguan pengetahuan oleh politik hanya diminati oleh orang yg tdk faham bagaimana kebijaksanaan dicapai oleh manusia, atau diminati oleh orang yg tdk ingin politik dimainkan secara bijaksana. 

Sebagai ilustrasi, kebijakan tentang benar dan salah hanya terwujud setelah memiliki pengetahuan ttg benar dan salah serta menerapkannya dgn cara yg benar. Dlm sesuatu yg dianggap benar, mungkin saja ada kesalahan yg tersembunyi yg perlu diungkap, demikian pula sebaliknya. Pengetahuan tentang kebenaran dan kesalahan sangat perlu dikuasai, mengingat dlm menerapkan suatu kebenaran, mungkin kita harus memperhatikan kesalahan sebagai faktor hambatan dan kelemahan yg hrs diperhatikan. Dgn demikian, sudut pandang ilmuan tdk hanya perlu diletakan di sisi kebenaran, tetapi juga di sisi yg berlawanan, agar pandangan thd kebenaran menjadi lebih objektif dan komprehensif. 

Orang yg dapat memahami fikiran intelektual hanyalah intelektual yg mampu menggunakan cara kerja intelektualnya. Kalangan awam mungkin hanya sampai pada kulit pengetahuannya yg blm tentu bisa menghantarkannya kpd daging pengetahuannya, apalagi inti pengetahuannya Mungkin saja penjelasan ringkas tdk akan dapat menghantarkannya kpd pintu pemahaman, sampai penjelasannya diulang atau semua pengetahuan prasyaratnya diberikan. Dan kalangan intelektual yg tdk menggunakan cara kerja tsb telah meletakan nasib akhir perjalanan pemikirannya hanya sampai pada capaian kalangan awam.

Kerumitan adalah konsumsi ilmuan, sebab dari padanya ia dapat menemukan pintu penemuan setelah pisau analisisnya digunakan. Kerumitannya dapat tersaji dlm bentuk kalimat pendek ataupun panjang. Di dalam kalimat pendek, terkandung sejumlah pengetahuan dlm deksripsi panjang yg merujuk kpd pengetahuan. Di dalam kalimat panjang, mungkin saja terkandung banyak kalimat pendek tsb. 

Mungkin bagi kalangan awam, pengetahuan adalah seupama kebenaran dan kesalahan yg sdh final. Namun boleh jadi blm final bagi kalangan ilmuan. Satu kalimat tdk harus menjadi akhir dari kegiatan penjelajahan pengetahuan. Walau demikian, dlm kebenaran dan kesalahan, ada dua jenis ilmuan: mereka yg tdk berhenti menemukan kebenaran dari sesuatu yg dianggap salah, atau sebaliknya; dan mereka yg membenarkan kesalahan atau sebaliknya krn cenderung pd selain pengetahuan, semisal tahta, harta, atau wanita.

Senin, 16 November 2020

Perjuangan Baik


Setiap fans mengikuti perilaku idolanya oleh sebab cinta. Tidak ada sekat kebaikan dan keburukan saat cintanya menjadi buta.

Fans kebaikan dan keburukan itu akan mendekati idolanya seperti laron yg mendekati sumber cahaya hingga mati. Fans kebaikan akan menjauh bila idolanya berubah menjadi sumber keburukan, dan fans keburukan akan menjauh bila idolanya berubah menjadi sumber kebaikan; seperti laron yg pergi meninggalkan sumber cahaya yg telah padam.

Bagi pejuang kebaikan, menjaga idola kebaikan utk tetap dlm kebaikan dgn menasihatinya sama baiknya dgn mengubah idola keburukan agar menjadi idola kebaikan. Sementara membuat idola keburukan agar tetap dalam keburukan dgn menghinanya merupakan keburukan. Alasannya adalah karena meningkatkan jumlah fans kebaikan jauh lebih bernilai dari pada sebaliknya.

#PersepsiCahyana

Minggu, 15 November 2020

Kecerdasan dan Ghiroh Menundukan Emosi

Dalam riyawat Muslim, disebutkan bahwa Umar kembali kepada Rasulullah SAW, yaitu ketika Rasulullah SAW bersabda, “Dia telah jujur janganlah kalian katakan sesuatu tentang dia kecuali kebaikan.” kemudian  Umar  berkata, “Wahai Rasulullah dia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin, biarkan saya tebas lehernya.

Rasulullah SAW bersabda, “Bukankah dia termasuk orang yang ikut perang Badar? Siapa tahu Allah telah memerhatikan semua pengikut perang Badar, lalu berfirman, ‘Lakukan yang kalian suka, Aku telah menjanjikan kepada kalian syurga.’ Lantas Umar menangis dan berkata, ‘Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu’.”

Levelnya sahabat itu, menundukan emosinya agar sesuai dgn kehendak Nabi, dgn penuh tawadhu sampai menangis. Level kita, ya ikut sahabat sebisanya. Orang yg tdk punya kecerdasan dan ghiroh seperti sayidina Umar r.a, pasti mengabaikan pengetahuan ttg Ahli Badar berikut keistimewaannya, dan memperturutkan emosinya sehingga leher ahli Badar itu terpenggal. 

Sekarang ini banyak orang menyakiti ahli kiblat walau sebatas hinaan krn dorongan emosi yg nampak atau ditutupinya. Padahal agama melarangnya.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim" (QS. Al Hujuraat :11)

Menurut Imam At Thabari, seorang mukmin dilarang utk mencela mukmin yang lain karena kemiskinannya, karena perbuatan dosa yang telah dilakukannya, dan yang lainnya. Hal ini sejalan dgn sabda Nabi SAW, "Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim."(HR. Muslim).

Seorang muslim menyakiti muslim lainnya krn tdk punya kemauan atau kesadaran utk mengikuti kecerdasan seperti yg dimiliki sayidina Umar. Jangankan menghentikan hinaan dan menangis, malah hinaannya menjadi2 krn direspon positif oleh orang2 disekitarnya, sehingga banyak orang mengira kesukaannya itu dibolehkan Nabi SAW lalu mengikuti perbuatan buruk tsb. Oleh karena itu Nabi SAW mengingatkan, "Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman" (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Mereka yg menghina sesama muslim, sehina apapun dirinya, mungkin lupa pada pertanyaan dan pernyataan, "Bukankah dia termasuk ahli kiblat? Siapa tahu Allah mengaruniakannya husnul khatimah sementara kita belum tentu demikian". Model pertanyaan seperti itu diberikan Imam Syafi'i kpd murid2nya.

Semoga Allah memaafkan khilaf dan dan mengampuni dosa yg telah diperbuat krn memperturutkan emosi dan mengesampingkan pengetahuan. Amin.

Sabtu, 14 November 2020

Lelaki Berkerudung Hitam

Lagi rame konten dan pemberitaan di medsos ttg seseorang yg menyebut habib memakai jilbab. Jadi teringat semasa sekolah dulu sering menggunakan kain hitam yg dikerudungkan menutup peci. Saya melakukannya setelah melihat cover sampul kaset nasyid punya kakak yg menampilkan seorang pria berkerudung dgn judul Munajat. Saya suka dgn suasananya yg dapat merendahkan hati. Terbatasnya penglihatan oleh kerudung tsb membuat saya lebih fokus pada dzikrullah. Mungkin perasaan tsb subjektif, tdk semua orang memiliki perasaan yg sama saat mengenakannya. 

Dlm perjalanan pemikiran, saya membayangkan kerudung itu memiliki pemberat di kiri dan kanannya sehingga menarik wajah semakin tunduk. Ingatan kpd Allah menyebabkan gurat wajah ini tergantikan dgn lafadz Allah. Hal tsb mengingatkan diri bahwa setiap orang dapat melihat Allah melalui sosok yg tawadhu dan selalu ingat kpd Allah. Sosok yg wajahnya telah sirna oleh wajah Nya. Kira2 pemikiran itulah yg membuat saya lama menggunakan kerudung hitam.

Di pesantren kilat Generasi Muslim al-Muhajirin ada peserta yg mempertanyakan knp saya mengenakan kerudung seperti perempuan. Padahal berkerudungnya tdk seperti perempuan, hanya sekedar meletakannya di atas peci dan membiarkan bagian kanan dan kiri di bawah wajahnya tdk bersatu seperti perempuan. Tetapi kain hitam itu memang milik kakak perempuan. Saya tdk terganggu dgn perkataan tsb, krn saya menikmatinya. 

Di acara perkemahan Pramuka, waktu bersalam2an, ada peserta yg mengira saya waria krn mengenakan kerudung tsb. Hal tsb membuat saya berfikir panjang. Tetapi kerudung hitam itu tetap dikenakan krn saya menikmatinya, bukan krn merasa diri seperti wanita seperti yg difikirkan adik Pramuka tsb. Kebiasaan tsb masih dilakukan hingga mahasiswa.

Kegiatan Bersama BPPTIK

Tahun ini Allah memberi saya rejeki pengalaman sebagai instruktur kegiatan bimbingan teknis TIK luring dan pelatihan teknis TIK daring yg diselenggarakan oleh BPPTIK utk sertifikasi SKKNI Junior Office Operator. Kesempatan tersebut datang melalui kolega dan Relawan TIK.

Hari itu Muhammad Rikza Nashrulloh menyampaikan informasi kegiatannya bersama BPPTIK Diskominfo Jawa Barat. Sebagai kepala Lembaga Penelitian dan Pegabdian Masyarakat saya mendukung kegiatan tsb dan mempercayakan sepenuhnya pengurusan kegiatannya kepada Rikza, termasuk siapa saja dosen Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang akan dilibatkan sebagai instruktur dan asisten instruktur. 

Beberapa hari kemudian 6 orang dosen berangkat ke laboratorium yg ditunjuk oleh BPPTIK utk mengikuti rapid test sebagai syarat keikutsertaan dlm kegiatan. Ada satu orang dosen yg tdk jadi mengikuti kegiatan krn dibutuhkan oleh kampus. Posisinya sebagai asisten instruktur digantikan oleh Rikza.

Dalam pelaksanaannya saya ditunjuk oleh Rikza sebagai instruktur Office kelas A dan dipasangkan dgn Leni Fitriani. Saya menyampaikan kpd kolega yg terlibat utk membagi rata tugas penyampaian materi, tdk perlu semua materi disampaikan oleh instruktur. Kolega yg ditugasi sebagai asisten menyampaikan setengah materi, sehingga insentif yg diperolehnya dapat dibagi dua. Hal demikian seperti biasanya dilakukan dalam kegiatan Bimbingan Teknis TIK Kemenag RI. 

Tentu saja terasa berat menyerahkan insentif yg banyak kpd asisten, namun saya pribadi memilih utk melakukan dan menikmati hasilnya bersama-sama. Oleh karenanya saya arahkan agar pengerjaan 9 slide materi dibebankan secara merata kpd instruktur dan asisten. Kebetulan bimbingan Office ada dua kelas, sehingga setiap orang (instruktur dan asisten) dapat mengerjakan dua slide materi, dan satu materi sisanya saya kerjakan.

Insentif yg diterima cukup utk melunasi pajak kendaraan yg kebetulan sudah jatuh tempo. Rupanya pelatihan tsb merupakan rejeki tdk disangka2 utk keperluan tsb. Allah mengurusi keperluan tsb sehingga saya tdk perlu lagi was2 pergi ke luar kota dgn kendaraan tsb utk keperluan pengobatan, silaturahmi, dan kerelawanan. 

Selepas kegiatan tsb, saya membaca informasi dari mas Indriyatno Banyumurti ICT Watch di grup Relawan TIK Indonesia. Beliau menyampaikan kebutuhan BPPTIK Kemenkominfo RI akan instruktur Pelatihan Teknis TIK dan Sertifikasi. Dalam pesannya itu, beliau menandai nama saya, mungkin dgn mempertimbangkan pengalaman saya sebagai instruktur dlm kegiatan serupa yg diketahuinya dari kiriman materi yg saya bagikan di grup tsb utk teman2 Relawan TIK. Saya pun menyatakan kesiapan utk menjadi instruktur. 

Rupanya kegiatan kedua ini berbeda dgn sebelumnya krn dilaksanakan secara daring. Sekalipun beban pembuatan materinya sama, tetapi tatap muka dgn pesertanya hanya dua jam setengah dalam tiga waktu. Menyampaikan materi dgn tatap muka melalui zoom selama hampir 2 sks praktikum menjadi tantangan tersendiri. Hal tsb memberikan pengetahuan dan pengalaman bermanfaat tentang bagaimana pelatihan dilaksanakan secara daring. Cukup menjadi bekal utk kegiatan Relawan TIK Abdi Masyarakat semester depan yg kemungkinan pembekalan relawannya dilaksanakan secara daring. 

Alhamdulillah, rejeki yg tdk disangka2 ini datang karena dua aktivitas, silaturahmi dan sedekah. Ada banyak kebutuhan dalam rencana atau di luar rencana yg bisa terpenuhi oleh rejeki tsb. Dgn memudahkan silaturahmi dan sedekah, Allah mencukupi kebutuhan hamba Nya di masa kini dan masa datang.

Jalan Rejeki

Setiap orang yg terbiasa ikhlas membantu siapapun dgn memperhatikan ajaran Nya dan utk keridhaan Nya, Insya Allah akan dibukakan pintu rejeki baginya tanpa perlu meminta. Mereka yg mengalaminya tdk merasa perlu terikat dgn pemberian manusia, sebab Allah Yg Maha Pemberi Rejeki cukup baginya. Mereka yg belum mengalaminya hrs mengetahui bhw jalan tsb sukar, sehingga tdk semua orang bisa melaluinya kecuali dgn keikhlasan. 

"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak dia duga". (QS. ath-Thalaq:2-3)

Wabah Menghina Atas Nama Agama

Di dunia ini pasti ada orang yg penampilan dan gelarnya seakan ahli agama, namun bersikap sombong krn menolak nasihat menjaga lisan dari menghina orang. Ia diikuti oleh banyak orang, dan penghinaannya dianggap sebagai amaliah menolong agama Islam yg dicintai Nabi SAW. Anggapan tsb membuat sebagian pengikutnya ikut mengamalkan penghinaan, sehingga saling hinapun mewabah.

Padahal baginda Nabi SAW pernah bersabda,  "Orang yang paling saya cintai dan paling dekat dengan tempat saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang memiliki akhlak mulia. Sementara orang yang paling saya benci dan tempatnya paling jauh dari saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang keras dan rakus, suka menghina dan sombong.” (HR. Tirmizi)

Sampai detik ini, saya adalah pribadi yg sangat tdk menyukai orang pemarah, apalagi marahnya dibumbui hinaan. Semua guru yg mengajarkan agama kpd saya blm pernah bersikap seperti itu. Beliau semua menyampaikan ajaran agama dgn lembut dan merangkul. Walau demikian, mungkin saja saya khilaf dan lupa teladan para guru. Semoga Allah Yang Maha Lembut melindungi dan memaafkan segala khilaf dan dosa.

Habib Ali bin Abdurrahman al-Jufri berkata, "Ketika aku mendengar orang berbicara atas nama Islam dgn bahasa yg kasar dan caci maki, aku bersyukur kpd Allah tdk memahami Islam lewat lisan mereka".

Jumat, 13 November 2020

Budaya Memudahkan Pemahaman

Allah berfirman dgn memperhatikan budaya lokal, agar hamba Nya dapat memahami firman Nya dgn cepat. Ia memilih bahasa Arab yg difahami Nabi dan masyarakatnya. 

"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya" (QS Yusuf: 2)

Bahasa adalah bagian dari budaya. Suryadi (2009), dalam makalahnya "Hubungan Antara Bahasa dan Budaya" menyebutkan, bahwa bahasa adalah produk budaya pemakai bahasa. Penyampaian Islam dgn memperhatikan budaya lokal, memudahkan Islam utk difahami dan mudah diterima. 

Saat firman Nya dibawah ke wilayah Nusantara, firman itu "dibunyikan" oleh pelafalnya dgn budaya nusantara, sehingga masyarakat nusantara memahaminya dgn cepat dan dapat menerimanya dgn mudah. Bunyi-bunyian itu berwujud kesenian, bahasa perilaku lokal, dls. Dlm hal ini para pelafal mengikuti Allah saat pertama Islam diperkenalkan di lingkungan masyarakat Arab.

Pengalaman Interaksi Virtual

Saat memaparkan slide ini pd pelatihan TIK pagi tadi, saya jadi teringat dua murid yg mempertanyakan postingan FB selain TIK. Mereka berpendapat, sebagai dosen informatika sebaiknya saya hanya membuat postingan tentang TIK saja. 

Dosen adalah profesi atau pekerjaan. Menurut angka statistik dlm slide ini, pengguna internet di dunia yg menggunakan medsos utk pekerjaannya hanya 40%. Kebanyakan menggunakan medsos utk berbagi informasi dan gagasan di luar pekerjaannya. 

Saya termasuk kalangan yg menggunakan medsos utk pekerjaan, sehingga postingan saya ada yg berkaitan dgn pekerjaan, apa yg sedang saya atau kampus kerjakan, termasuk informasi dan gagasan terkait TIK. Namun saya juga termasuk kalangan yg menggunakan medsos utk selain pekerjaan, di mana porsinya jauh lebih banyak. 

Apabila dlm postingan saya ditemukan banyak konten terkait keagamaan, hal tsb bukan sesuatu yg baru bagi siapapun yg mengenal saya. Sejak jaman mahasiswa saya mengelola buletin yg di dalamnya ada banyak konten agama. 2/3 rak buku saya berisi buku keislaman, selebihnya buku informatika. Oleh krnnya tdk perlu heran bila ada postingan FB saya terkait Keislaman.

Murid saya lainnya mengatakan bhw dirinya baru tahu kalau saya senang berdebat ttg agama. Dia menyebutnya debat, padahal dlm benak saya yg dilakukan itu sekedar tukar fikiran dan memberikan penjelasan. Saya melakukan aktivitas demikian dari masa muda dulu, tdk hanya dgn kalangan yg merasa sedang membela agama, tetapi juga dgn kalangan yg menista agama. Beberapa rekaman pembicaraan dgn pro penista agama saya tuliskan di blog. 

Saya melakukannya utk meluruskan pemahaman yg menurut saya keliru berdasarkan batas pengetahuan dan kemampuan yg dimiliki, tanpa memaksanya utk percaya. Dari dulu hingga sekarang saya cenderung memilih jalan penjelasan dari pada kekerasan verbal apalagi fisik dlm menuntaskan kesalahfahaman. Buku dialog lintas keyakinan antara pemuka agama Islam dgn pemuka agama lainnya yg saya pinjam dari alm Mas Yudho benar2 telah mempengaruhi cara menyelesaikan kesalahpahaman. 

Saya merasa lucu sendiri bila melihat respon berlebihan dari murid atau teman yg tdk setuju dan pendapat saya. Ada yg sampai memutuskan pertemanan, memberi sebutan buruk, dan lain sebagainya. Tentunya saya harus dapat memakluminya, mengingat adanya perbedaan pengetahuan dan pengalaman. Bagi saya yg terpenting bukan ekspresi mereka, tetapi pengetahuan baru apa yg saya petik dari interaksinya. Ekspresi manusiawi semacam itu bisa dimiliki kapan saja, sekalipun di antaranya tdk bermanfaat. Sementara pengetahuan itu mungkin tdk datang dua kali.

Ada beberapa teman yg saya cegah melihat postingan FB saya. Saya merasa tdk tega melihatnya terganggu, apalagi nampak gelagat tdk ingin mencoba memahami saya agar gangguannya menjadi hilang. Harusnya dia yg membatasi interaksi dgn saya. Namun saya lihat dia selalu hadir dgn ekspresi berlebihannya, seperti terganggu dgn postingan saya, namun tdk kuasa meninggalkannya. 

Inilah kenyataan pertemanan di dunia maya. Sebenarnya sama saja dengan dunia nyata. Hanya saja di dunia maya orang lebih berani berekspresi, lain dgn dunia nyata yg terkadang malu-malu atau hanya berbicara di belakang.