Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Minggu, 14 November 2021

Bahasa


Interaksi mesin dgn manusia menggunakan bahasa antarmuka atau tingkat tinggi yg beragam, tergantung lingkungan dan minat manusia. Namun interaksi mesin dgn mesin menggunakan satu bahasa saja, yakni bahasa mesin yg merupakan bahasa tingkat rendah.

Di sisi lain, saat manusia masih berada di alam ruh, ia berbicara utk mengucap janji kpd Tuhannya dgn suatu bahasa. Setelah lahir ke alam jasad, ia berbicara dgn wujud jasad lainnya menggunakan beragam bahasa yg dipilih sesuai lingkungan dan minatnya. Bahasa ini berbeda dgn bahasa yg digunakan utk berkomunikasi dgn ruhnya sendiri.

Selama hidup di dunia, komunikasi manusia dgn ruhnya dijembatani oleh rasa dalam hati atau simbol yg muncul dalam benak. Manusia tdk faham apa yg dikatakan oleh ruhnya kecuali dgn apa yg dirasakannya saat melakukan perbuatan yg disukai atau tdk disukai oleh ruhnya. 

Rasa ini adalah feed back atau sensor untuk memvalidasi pemrosesan input dgn kendali prosedur yg bernama perjanjian. Kalau pemrosesan / amal tdk sejalan dgn janjinya kpd Tuhan, sensor ketidaksukaan ruh akan menyala. Sensor itu berupa rasa tdk nyaman atau penyesalan. Demikian pula sebaliknya, apabila amalnya sejalan dgn perjanjian, sensor berupa rasa nyaman atau bahagia akan menyala. 

Setelah memasuki alam kubur, manusia berpotensi utk kembali menggunakan bahasa yg satu saat berkomunikasi dengan Malaikat. Hal demikian disebabkan karena Malaikat dapat berkomunikasi dengan Tuhan sebagaimana halnya ruh. Walau demikian, malaikat mampu berkomunikasi dgn bahasa manusia yg beragam.

Manusia tidak ditakdirkan utk mengurusi alam ruh dan bahasanya, Tuhan telah mengurusinya. Sebagaimana pengguna akhir yang tidak perlu mengurusi bahasa mesin, sebab intruksinya telah ditranslasikan oleh intepreter yg diciptakan oleh pemrogram. 

Ruh adalah urusan Penciptanya. Manusia tidak perlu memperbaiki intepreter bahasa manusia yg beragam menjadi bahasa yg satu. Dengan intepreter yg dibuat oleh Tuhan, Malaikat mampu memahami perkataan manusia yg beragam bahasanya dan mencatatnya dalam satu bahasa yg digunakannya, Tuhan, dan ruh manusia. Malaikat melaporkan kepada Tuhan dgn bahasa yg satu itu, apa-apa yg dikatakan oleh manusia dgn mulutnya atau di dalam hatinya dgn bahasa yg beragam.

Seperti apa bahasa yg satu itu hanya ruh kita yg tahu. Manusia tdk bisa membuktikannya sekarang sebab bahasa tsb bukan sesuatu yg dapat diindera dan diuji. Manusia hanya sanggup menyelam ke level sensor yg menjadi antarmukanya dgn ruh. Manusia tdk ditakdirkan utk mengetahui ruhnya yg menyalakan sensor dan bahasanya, sampai jasadnya hancur. Manusia akan mengetahui bahasa itu saat kelak berinteraksi dgn Malaikat, dan menjadi pengalaman yg teruji saat bahasa itu digunakan kembali saat berinteraksi mahluk lainnya dan dgn Tuhan di akhirat sana. 

Adam dan Hawa mampu berkomunikasi dgn Tuhan, Malaikat, dan Iblis secara langsung. Tdk ada bukti pasti apakah bahasa yg digunakannya adalah bahasa ruh atau bahasa lainnya. Tuhan, Malaikat, dan Iblis mampu berkomunikasi dlm bahasa yg difahami manusia. Namun sebaliknya, manusia tdk mampu berkomunikasi melainkan dgn bahasanya sendiri atau melalui bahasa perantara yg disebut rasa. 

Sangat mungkin bagi manusia utk tdk memahami bahasa yg satu itu, sebagaimana halnya manusia tdk memahami tulisan peninggalan peradaban di masa lalu. Tetapi ruhnya yg berbeda lapisan dgn jasad manusia, tetap berkata dengan bahasa yg satu, tdk melupakannya, sebab bahasa itu melekat pada ruh saat ia tercipta. Sebagaimana perangkat keras yg selalu memahami bahasa mesin, sekalipun perangkat lunaknya telah mati. Perangkat keras dapat dihidupkan dgn perangkat lunak berbeda. Demikian sepertinya manusia saat ia dibangkitkan kembali dalam beragam wujud yg sesuai amalnya. Allahua'lam. 

#PersepsiCahyana

Jumat, 12 November 2021

Benarkah Mematung?

Mengatakan seseorang tdk bergerak seperti patung hanya karena ia tdk melihatnya bergerak merupakan fallacy, sebab boleh jadi selain dirinya melihat gerakan tsb. Terkadang pengalaman inderawi sendiri saja tdk cukup sebagai dasar kebenaran, perlu konsensus dgn selain dirinya yg mungkin saja memiliki pengalaman inderawi berbeda, sehingga terungkap sejauh mana fakta membenarkan klaim mematungnya seseorang atau tdk, dan ketepatan penggunaan istilah mematung tsb berdasarkan fakta dari berbagai sisi. Tergesa2 menyimpulkan, apalagi mendasarkannya pada dugaan adalah bentuk fallacy lainnya.

Klaim yg mengatakan seseorang mematung itu dgn mudah runtuh hanya dgn munculnya pengalaman inderawi atau klaim besebrangan yg bersandar pada fakta yg kuat. Apabila klaim yg telah runtuh masih dianggap sebagai kebenaran, hal demikian merupakan fallacy kedua dan kebenaran yg diyakininya termasuk kategori pseudo. Musibah intelektual itu terjadi saat seseorang lebih cenderung pada fallacy, sehingga berpindah dari satu fallacy ke fallacy yg lain.

#PersepsiCahyana

Senin, 08 November 2021

Ilmu Mantik

Ilmu Mantik pertama kali saya pelajari saat kuliah S1. Bukunya yg saya baca saat itu tipis, dibeli dari toko Kamus. Dulu ada yg meminjam buku tsb dan belum dikembalikan sampai sekarang. Ilmu Mantik cukup membantu saya dalam memahami prinsip korespondensi yg diterapkan dalam kitab Tijan yg diajarkan oleh Ust Bubun Bunyamin, serta menolong saya utk menghadapi bisikan dan fikiran seputar akidah yg berhamburan dari benak saat itu. 

Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan di ITB mengingatkan saya kembali pada buku ini. Kaidah berfikir masih menjadi santapan yg lezat sampai sekarang. Kaidah berfikir membantu saya dalam mempertahankan argumen atau melakukan falsifikasi dalam kesempatan dialog dgn banyak orang. 

Di saat sebagian orang meninggalkan perdebatan, saya termasuk orang yg menjadikan perdebatan sebagai nasihat, sebagaimana pendapat Imam Syafi'i. Perdebatan bahi saya selesai setelah falsifikasi menunjukan klaim paling kuat yg dapat memperbaharui pengetahuan yg ada.