Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Selasa, 26 November 2024

Rejeki di Atas Keinginan

Saya studi S1 mulai 1997, S2 2008, dan S3 2022, antar jenjang belasan thn krn lebih fokus mengabdi sampai lupa dgn kebutuhan diri sendiri. Tdk pernah terpikir utk menuntut balasan pengabdian dgn studi kpd siapapun. Pintu-pintu studi terbuka begitu saja krn memang sdh waktunya, sesuai dgn apa yg Tuhan tuliskan pada Lauh. Dari awal saya tdk terpikir jadi dosen, PNS, atau kuliah terus sampai jenjang ketiga, semuanya diperoleh bukan krn ingin, tapi krn mengikuti jalannya.

Bapak ingin saya jadi PNS, sehingga dimasukan ke STPDN. Saya kabur dari tahap seleksi pintu akhir krn merasa tdk cocok. Setelah lulus Sarjana, saya ikut-ikutan mendaftar CPNS di Kopertis Wilayah IV dan hampir mengundurkan diri krn males melanjutkan prosesnya. Kalau pak Eri Satria tdk menyemangati, mungkin saya tdk jadi dosen PNS seperti saat ini. Saya menjadi PNS tanpa perlu dipukuli senior atau dlm lingkungan semi militer yg tdk disukai.

Jadi dosen juga bukan krn ingin. Selepas kuliah saya disuruh oleh ketua kampus utk mengajar, tapi tdk langsung dijawab. Setelah itu, ketua prodi, ibu Dini Destiani Siti Fatimah, datang meminta saya utk dapat diplot mengajar. Saya iyakan, tetapi dgn meminta maaf bila di tengah jalan berhenti krn kembali ke kampung halaman. Ternyata sampai diterima kerja di perusahaan Multinasional di Jakarta Pusat, saya memilih utk kembali ke Garut krn merasa lebih nyaman dgn suhunya yg sejuk. Dan kini saya menetap di Garut setelah ditugaskan oleh pemerintah di almamater kembali. Mungkin Garut adalah jawaban Tuhan atas permintaan saya sebelum datang ke Garut utk tinggal menetap di tempat yg sejuk. 

Dulu kuliah S1 di STTG bukan krn keinginan sendiri, tapi keinginan orang tua dgn pertimbangan banyaknya lulusan informatika yg dibutuhkan di dunia kerja dan juga krn ada pesantren. Setelah meninggalkan seleksi STPDN tingkat provinsi, saya yg sdh menjadi mahasiswa teknik mesin, dibawa ke Garut oleh bapak dan akhirnya menjadi sarjana informatika. Jiwa saya baru menikmati Informatika setelah Kerja Praktek. Ada banyak mata kuliah yg saya ambil kembali krn ingin menikmatinya. Dlm proses studi, saya ikut seleksi pengelola lembaga keuangan mikro, Baitul Maal wat Tamwil, memperoleh hasil tes tertinggi. Tapi saya tdk mengambil peluang kerja tsb dan tdk ada yg mencegahnya. 

Dulu menjadi pejabat kampus pun bukan krn ingin. Saya diminta utk mengisi jabatan dan dijawab dgn saran utk menawarkannya kpd kolega lain yg kompeten. Saya memperoleh saran balik utk tdk terlalu banyak berpikir. Saya iyakan bila orang tua meridhainya. Bagi saya, jabatan adalah fitnah, sehingga hati ini merasa tdk gembira saat mendengar tawarannya. Saya mengucap istirja dan berserah diri kpd Nya atas segala fitnah yg akan datang. Begitu jabatan itu berhasil dilepas, hati ini bergembira krn hidup terasa lebih ringan dan lebih banyak keindahan dunia yg tampak. 

Dulu saya disuruh daftar kuliah S2 di ITB oleh kampus. Setelah menerima kabar diterima S2, saya bilang tdk ada dana. Tuhan kemudian menggerakan kampus utk mendanai dan keluarga ikut membantu. Pun setelah diterima masuk program S3 baru di UNDIP pada bidang Sistem Informasi yg diminati, saya diminta oleh kampus utk mendaftar lagi di ITB.  Sebelumnya saya menghindar krn merasa belum memiliki nasab ilmu kecerdasan buatan yg mencukupi. Tuhan menggerakan kampus utk mendanai dan keluarga ikut membantu.

Semua itu adalah rejeki yg digariskan Nya tanpa perlu syarat adanya keinginan. Kalau takdirnya harus jadi dosen, PNS, dan kuliah, saya tdk bisa menghindar, seperti daun kering yg terbawa aliran air. Menjadi apapun kita, tujuan utamanya tdk berubah, menjadi hamba Nya yg bermanfaat. Jalan-jalan yg dibukakan Nya hanyalah sarana yg disediakan Nya utk pengembangan diri, sebagai hamba Tuhan dan pelayan semesta.

#persepsicahyana

Kamis, 07 November 2024

Menjadi Seperti Rembulan

Kalau ada yg bertanya, knp pipinya seperti bulan, banyak kawahnya? Jawabannya, waktu SMA saya gak kenal sabun pembersih wajah utk kulit berminyak. Sabun wajah ya sama saja dgn sabun mandi. Tdk seperti sekarang yg beda antara sabun wajah dgn sabun mandi. Dulu tdk ada mini market yg di etalasenya berjajar beragam alternatif perawatan wajah. Obat jerawat yg diberikan oleh dokter tdk seefektif sekarang, cuma cairan sulfur. Saran ustadz utk banyak berwudhu juga tdk efektif. Baru ke sini-sini ada Cyndala yg cepat mengempiskan jerawat tapi menyisakan fleks hitam. Tapi kebiasaan buruk yg membuat hal tsb adalah tangan yg suka ngoprek jerawatnya, sehingga menjadi luka kulit yg dalam.

Ada saat di mana jerawatnya atau produksi minyak di wajahnya berkurang, yakni saat sibuk dgn Dzikrullah. Penyakit lainnya pun menjadi sembuh. Memang dzikr itu menenangkan hati, membuat detak jantung menjadi normal, sehingga organ tubuh berfungsi baik dan lebih tahan terhadap penyakit. Mungkin maksud ustadz dgn berwudhu itu bukan sekedar membasuh wajah, terus dlm keadaan bewudhu, tetapi juga terus dlm keadaan berdzikr. 

Sampai sekarang saya ga perduli dgn kondisi pipi. Kalau di banyak foto yg saya unggah kondisi tsb ga kelihatan, itu yg salah kamera AI bawaan smartphone. Jadi teringat murid JOO dari BPPTIK saat temu darat. Ia bilang wajah saya beda dgn yg dilihatnya di Zoom. Sudah lazim dari dulu kalau berfoto suka berias dulu. Kalau ga gitu, nanti saya dikomentari lagi oleh kolega seperti saat diwawancarai oleh ANTARANEWS. Katanya, make-up lah dulu sebelum shooting. Cuma bedanya, sekarang gak ribet, cukup pake pengaturan default pada smartphone nya, sehingga neng AI si tukang rias digitalnya aktif. 

Kawah bulan mungkin tdk indah dipandang mata dari kedekatan oleh Astronot sekalipun. Tetapi bulan yg bercahaya bisa terlihat indah dari kejauhan dan mempengaruhi pasang surut lautan yg luas. Demikian pula dgn saya, harus sebaik rembulan, bercahaya dgn amal yg bermanfaat bagi banyak orang. Saya harus seperti bulan purnama yg membuat orang menikmati malam dgn gembira, seperti Super Moon atau Blood Moon yg membuat orang menyadari kebesaran Tuhan, atau menjadi acuan utk urusan manusia. Bukan hanya berdampak bagi pasang surut nya hidup orang banyak yg bisa positif, netral, atau negatif.

#biograficahyana

Selasa, 05 November 2024

Kasih Faham Pengendara Rese

Entah kenapa dua hari ini berturut-turut bertemu dgn pengendara motor tanpa helm yg cukup mengganggu. Perilaku keduanya sama, nyalip lalu melambat. Setelah saya salip, dia nyalip lagi sambil nyengir. Biasanya saya don't care dgn pengendara yg nyalip atau disalip, cukup menikmati berkendara saja atau mengabaikan pikiran-pikiran ga penting. Tapi tdk dengan dua hari ini, saya tdk bisa membiarkannya. Sekali-kali kasih faham orang yg rese itu ga ada ruginya. 

Pengendara yg kemarin menyalip lalu melambatkan kendaraannya di hadapan kendaraan saya. Krn dirasa membahayakan, saya beri klakson panjang. Saya sejajarkan kendaraan, buka visor helm, lalu mengingatkannya utk tdk berbuat seperti itu, sambil tangan menunjuk ke kendaraannya. Setelah itu saya melaju dan dia tdk nyalip lagi. Saat itu saya berpikir, harusnya tangan ini nunjuk ke kepala utk ngingetin dia supaya pakai helm. Tapi bagus juga saya tdk melakukannya. Kalau dia memahami isyarat tsb sebagai "ga punya otak", rasanya itu terlalu kasar.

Pengendara hari ini tdk membahayakan, tapi sama-sama provokatif. CC motornya lebih besar dari motor saya. Karena orang sombong harus dikasih pelajaran dgn sombong lagi, saya salip dia dan banyak kendaraan sampai suara motornya tdk terdengar lagi. Bukan utk ditiru oleh siapapun, tapi saya cuma mau ngasih pelajaran sama pengendara tsb, kalau CC mesin itu nomor dua, nomor satunya adalah keberanian dan pengalaman. Di atas segalanya adalah keamanan, termasuk mengenakan helm SNI. 

#cahyanatrip