Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Selasa, 21 April 2020

Tidak Meminta di Saat Masih Mampu


Di media ada berita mengungkap keluarga yg kelaparan selama 2 hari krn terdampak wabah Corona. Mungkin sebagian orang merasa tdk habis fikir dgn orang yg kelaparan tetapi tdk mau meminta. Tapi percayalah, di luar sana ada kalangan yg kekurangan hingga kelaparan tetapi menahan tangannya dari meminta.

Di masa bujang dulu saya pernah mengalaminya. Pilihan yg saya miliki di saat kehabisan uang saat itu adalah mengutang nasi goreng ke mang jualannya di malam hari atau menahan lapar. Sebenarnya tdk sulit bagi saya utk meminta nasi ke dapur pondok, tetapi saya tdk punya hak utk itu.

Siang itu, saya menghilangkan laparnya dgn memakan buah gedang muda dari pohonnya yg tumbuh liar di belakang gedung. Ada sedikit uang yg bisa saya gunakan utk membeli garam. Buah tsb saya makan bersama garam. Hasilnya, tdk membuat perut kenyang.

Walau dalam kekurangan, saya selalu berusaha utk memberi. Hiburan terbaik yg saya rasakan adalah melihat roman wajah teman yg senang setelah ditraktir makan, atau membiarkan teman mengutip uang koin di atas lemari buku yg sengaja saya kumpulkan. Semoga menjadi hadiah dan sedekah yg bermanfaat dan menjadi jalan kemudahan saya di dunia dan akhirat. Amin.

Saya mesti bersyukur, sebab pernah juga merasakan nikmatnya dimudahkan. Saya suka dihibur oleh santri-santri Salafiah yg suka mengajak mayoran, makan bareng satu alas. Saya tdk perlu marah dgn tape yg terbakar oleh teman, sebab saya harus ingat pernah diberi sarung oleh teman lainnya. Saya memberikan satu kamar kobong dan kasur utk ditempati teman, dan Allah menggantinya dengan tiga tempat tinggal.

Meminta, Bagi Sebagian Kalangan adalah Tabu.

Mungkin ada yg berfikir kalau saya ini konyol krn tdk mau meminta nasi ke dapur pondok. Tetapi fahamilah, tdk semua orang bisa meminta, bukan krn tdk mampu utk berkata, tetapi enggan saja. Bila fikiran ini telah terliputi ide tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, akan berat baginya utk menggerakan tangannya ke bawah, walau tangan itu dihadapkan kpd keluarganya sendiri.

Di luar konteks keduniaan, Syekh Abdul Qadir Jailani rm pernah berkata yg kalau dibahasakan sendiri kira-kira isinya begini: Mintalah kpd Allah bila segala usaha telah buntu. Maka bagaimana bisa diri ini meminta kepada manusia bila usaha yg dilakukan baru menahan lapar dan makan ala kadarnya?

Kisah ini saya sampaikan bukan utk menunjukan apapun pada diri ini yg bukan siapa2 dan tdk ada, tetapi utk mengingat kembali betapa banyak kesyukuran yg bisa muncul dari kekurangan. Dgn mengingat kisah ini saya bisa tercegah dari kekufuran.

Btw, foto ini mewakili wajah saya di masa cerita tsb. Saya terlihat kurus bukan krn terpaksa lapar, tetapi memilih lapar dgn kesadaran sendiri bukan krn kekurangan. Saya membiasakan diri makan sehari sekali dlm kurun waktu yg lama, hingga dinasihati utk berhenti oleh pak Bunyamin Musaddad rm. Alhamdulillah, kekurangan yg membuat saya ngutang nasi atau menahan lapar hanya sesekali saja. Masih banyak kekurangan lain yg lebih penting dari materi, yakni kurangnya amal ibadah yg dapat menggugurkan dosa dan mendekatkan. 

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya