Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sabtu, 04 Februari 2017

Pertemuan Pengurus Pusat Relawan TIK Indonesia


Sabtu tanggal 4 Februari 2017 saya memacu kendaraan dengan kencang untuk mengejar Kereta Api. Waktu keberangkatan dari Garut molor satu jam dari rencana karena harus menyelesaikan terlebih dahulu slide presentasi rencana pengembangan SDM (sumber daya manusia) Relawan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) Indonesia yang akan disajikan hari ini di Jakarta. Saya tidak bisa mengerjakannya malam hari sebelumnya karena waktunya digunakan untuk merampungkan formulir pendaftaran Tugas Akhir dan Praktek Kerja Nyata yang akan digunakan besok oleh Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut. 

Saya mengikuti pilihan jalan terpendek Google untuk tiba sebelum Keretanya berangkat. Namun di daerah Alun-Alun jalan lumayan macet. Di dalam hati saya sempat berkata bahwa keberangkatan ini akan dibatalkan dan kembali ke Garut untuk mengantar istri ke resepsi undangan temannya sekiranya Keretanya telah berangkat. Namun ternyata saya bisa tiba sepuluh menit sebelum keberangkatan. Tidak lupa membeli air minum sebelum masuk ke area Kereta Api. Saya tidak memiliki cukup waktu untuk sarapan dan salat Dzuhur di Statsiun. Akhirnya saya berhasil mengisi perut dengan nasi goreng yang dijual di atas Kereta Api dan salat Dzuhur bersama Ashar di Statsiun Gambir. 

Setelah selesai menunaikan kewajiban Salat, saya pun berajak pergi ke luar dan menaiki Taxi. Walau jarak Gabir ke lokasi inap yang disediakan oleh Pengurus Pusat Relawan TIK Indonesia tidak jauh, tetapi abang supir meminta tarif 50 ribu tanpa menghidupkan argonya. Saya sudah cukup lelah dan tidak mau menghabiskan waktu dengan adu tawar, hanya sekedar berkata dalam perjalanan, "Tarifnya mahal banget bang". Saat keluar dari area Statsiun si abang sempat mengeluh ke saya terkait pengelolaan Statsiun yang menurutnya membuat tarif tinggi tersebut. Akhirnya kendaraan itupun dinaiki hingga sampai di hotel yang dituju. 

Ternyata lokasi acaranya dipindah ke hotel Grand Cemara, dan saya tidak nyimak di grup WhatsApp. Kebetulan sedang sesi makan malam. Namun karena perut ini keroncongan, saya putuskan makan sate kambing dulu di warung samping tempat inap. Setelah makan saya pun berjalan menuju lokasi acara. Saya harus mengatur uang seefisien mungkin, maklumlah karena sekarang ini sudah tidak ada lagi SPJ dari kampus karena kegiatan Relawan TIK Indonesia sudah tidak masuk daftar anggaran kampus lagi sejak tahun 2015, hehehe.   


Kegiatan ini diikuti selain karena saya memiliki tanggung jawab dalam bidang SDM Relawan TIK Indonesia, juga karena umumnya kewajiban Pengabdian kepada Masyarakat saya tunaikan melalui Relawan TIK Indonesia. Ada kalanya saya mengajak dosen lainnya untuk terlibat dalam kegiatan tersebut sehingga banyak sekali daftar aktivitas Pengabdian kepada Masyarakat Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang berasal dari kegiatan Relawan TIK Indonesia. Hal ini terjadi sejak tahun 2012, karena adanya kesepakatan kerjasama antara Sekolah Tinggi Teknologi Garut dengan Relawan TIK Indonesia dalam kegiatan Tridharma. 

Malam itu saya menjelaskan siapa yang dimaksud SDM Relawan TIK, bagaimana pengembangan SDM relevan dengan tujuan Relawan TIK Indonesia yang tertuang dalam Anggaran Dasar nya, menunjukan kajian yang sudah saya laksanakan di kampus terkait Aktivitas dan Kompetensi Relawan TIK, menyajikan hasil penelusuran data Aktivitas dan Kompetensi Relawan TIK Indonesia di banyak provinsi Indonesia, serta menunjukan pembentukan keterampilan apa yang diperlukan berdasarkan Aktivitas dan Kompetensi tersebut. Alhamdulillah, rekan-rekan pengurus memberi respon baik atas pemikiran yang saya sampaikan tersebut yang ditandai dengan adanya tepuk tangan setelah penyajian tersebut. Tidak sia-sia waktu dan tenaga yang saya habiskan untuk menyusun konsep tersebut, karena kemaslahan pertama sudah tercapai. Tinggal kemaslahatan kedua dan ketiga yang perlu diusahakan, yakni mewujudkannya dalam Program Kerja Nasional bidang pengembangan SDM yang kongkrit, serta pelaksanaannya sepanjang tahun 2017.

Beberapa slide terakhir saya selesaikan di tempat karena saya hanya punya waktu satu jam setengah  untuk merampungkannya di Garut siang tadi. Syukurlah bahan slide nya sudah terkumpul dalam sejumlah slide Konferensi yang saya buat saat presentasi Karya Ilmiah di  e-Indonesia Initiative di ITB tahun 2015 dan Temu Ilmiah Nasional Peneliti Puslitbang APTIKA dan IKP Kemkominfo di Bogor tahun 2016, dan sejumlah keluaran dari kajian Kelompok Penggerak Masyarakat Informasi. Sejak penandatangan kerjasama tahun 2012 saya bersama mahasiswa memang membuka jalan penelitian ke arah pembangunan masyarakat informasi yang melibatkan relawan dalam bidang TIK.



Keesokan harinya kegiatan dipindah di Menara Multimedia PT Telekomunikasi Indonesia. Di tempat itu ketua umum Relawan TIK Indonesia melaksanakan tugas pekerjaannya sehari-hari. Di sesi terakhir itu kami belajar Desain Sprint dari mas Amien Karim, yang katanya diperoleh saat Digital Marketing Strategist nya Telkom tersebut berkunjung ke Silicon Valley dulu.  Tahapan desainnya yang sempat saya rekam adalah sebagai berikut : 1) Menentukan topik pembahasan, 2) Mengelompokan gagasan pengguna, alur proses, dan tujuan, 3) Mendefinisikan cara mewujudkannya dgn memperhatikan masukan pengguna, 4) Membuat peta jalan atau tahapan proses, 5) Mengidentifikasi input dan output dari cara mewujudkannya per tahap. Dalam waktu yang panjang, kami hanya selesai pada program kerja terkait Dana saja. Mas Karim mengatakan bahwa proses sebenarnya bisa memakan waktu berminggu-minggu. Saya sangat menikmati proses pembelajaran tersebut yang berkaitan dengan Silicon Valley, karena sejak tahun 2013 saya ingin mewujudkan Silicon Valley di Garut yang berpusat di kampus. Dosen pembimbing Tesis saya yakni Dr Sukrisno Mardiyanto yang mendefinisikan keinginan saya tersebut dulu dalam komunikasi di Facebook. Sekarang saya baru diberikan Area 306 oleh kampus untuk mewujudkan Pusat Kajian, Pendidikan dan Pelatihan, serta Bisnisnya. 




Siang itu dalam sesi pembahasan Anggaran Rumah Tangga, saya dengan tiga pengurus dari Bandung harus pamit pulang lebih dulu karena harus mengejar Kereta Api di Gambir. Kami menaiki mobil Grab yang dipesan oleh kang Gery dan dibayar oleh kang Fajar, walau tidak sampai karena terjebak macet kegiatan calon Gubernur di Jakarta. Akhirnya dengan tergesa-gesa kami berjalan menuju mesin cetak tiket. Syukurlah tempat kami turun dan lokasi statsiun Gambir tidak jauh. Akhirnya kurang dari lima menit saya berhasil duduk di Kereta Api. Rupanya kursi yang saya duduki posisinya ke belakang, karena ada tiga penumpang satu keluarga di sana. Kursi saya yang di samping jendela telah diisi oleh perempuan. Dalam hati saya berkata, ini konsekuensi karena datang terlambat, dan hari ini untuk pertama kalinya saya siap merasakan pengalaman naik kereta api dalam posisi duduk arah berlawanan. Syukurlah suspensi Kereta Api Indonesia di gerbong Eksekutif ini bagus sekali, sehingga goyangan kendaraan panjang ini tidak terasa. Saya tidak merasa mual dalam posisi duduk seperti ini. 

Kereta api pun sampai lepas Magrib. Dengan segera saya ke lapang parkir setelah membeli minuman suplemen untuk menahan kantuk yang disebabkan karena malam sebelumnya diskusi hingga larut dengan teman pengurus di tempat inap. Supaya cepat sampai, saya percayakan lagi kalkulasi jalan terpendek kepada Mbah Google. Dengan sedikit kantuk saya pun membawa kendaraan ini sendirian malam hari ke Garut. Di tengah perjalanan istri menanyakan posisi saya, saat kendaraan terjebak macet di Nagreg. Saya tidak membawa kunci gerbang kompleks sehingga istri saya menahan kantuk hingga saya datang. Dan begitu sampai rumah, ternyata dua jagoan kami sudah tertidur pulas di tengah rumah. Begitulah istri saya, kalau saya tidak ada semua tidur dalam satu ruangan. Dua hari ini ada pengalaman dan pengetahuan baru, yang semoga menambah kemanfaatan bagi diri dan sesama. 

Hal terpenting yang saya peroleh dari kegiatan tersebut adalah obrolan dengan om Jo yang membidangi Kajian, di mana beliau mengatakan program Relawan TIK nya di Pemalang terbantu dengan karya tulis yang saya bagikan di grup. Beliau telah membuktikan konsep saya bisa diterapkan dengan sedikit penyesuaian dengan kondisi yang ada. Hal ini sangat penting bagi saya, karena saat Temu Ilmiah Peneliti Nasional di Bogor lalu capaian pekerjaan saya hanya sampai pada perancangan. Dan Prof. Gati Gayatri, MA. selaku penguji sempat menanyakan penerapannya. Beliau minta dikontak apabila konsep yang saya buat telah diterapkan. Sepertinya saya harus merapat ke Pemalang untuk menggali sejauh mana konsep integrasi layanan Telecenter dan Relawan TIK tersebut diterapkan sebelum saya laporkan dalam Temu Ilmiah Peneliti Nasional tahun depan. Dan menuju ke sana, saya sudah diajak Prof Muhammad Ali Ramdhani untuk menerbitkan penelitian bulan Februari ini yang pastinya akan dirujuk dalam laporan tersebut. Penelitiannya bisa menindaklanjuti Metode, Framework, Sistem, atau Struktur terkait Pembangunan Masyarakat Informasi yang sudah dibuat. Alhamdulillah, kegiatan penelitian tahun akademik ini sudah ada jalannya. Semoga Allah memberikan kelancaran. Bismillah.  


3 komentar :

  1. Dari awal seneng lihat pergerakan Kang Rinda yang selalu semangat mengusung nama Relawan TIK Indonesia kemanapun berada. Semoga ikhtiarnya bisa memberikan spirit tersendiri bagi kawan-kawan lain di daerah, salah satu diantaranya adalah saya. Tetap semangat ya Kang...

    BalasHapus
  2. Terima kasih kang Dwi Wahyudi, tetap semangat dalam bersedekah kepada Bangsa dan Negara

    BalasHapus
  3. seneng kayaknya kalo bisa ngumpul bareng master2 TIK seperti ini,, bisa berbagi ilmu pada orang lain,,

    BalasHapus

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya