Saat usia remaja dulu saya pernah mendengar bisikan di dalam hati yang mengatakan bahwa saya akan bisa mengetahui isi hati orang lain. Bisikan itu ditanggapi dgn penolakan karena khawatir terjerumus ke dalam dosa prasangka. Saya tdk memiliki ilmu untuk membedakan mana bisikan hati yang merupakan prasangka dan bukan.
Suatu saat di masa SMA saya pernah ikut bela diri. Sore itu dalam posisi duduk bersila kami semua diminta oleh guru untuk memejamkan mata. Dalam kondisi mata terpejam terlihat banyak hal, mulai dari diri yg pergi melayang meninggalkan tubuh, sebilah pedang yg berputar di samping kanan, hingga sebuah tiang yg melayang di langit. Semua itu baru saya lihat dan alami. Setelah itu guru menanyakan apa yang di lihat oleh kami, dan ternyata setiap orang memiliki penglihatan atau pengalaman yg berbeda-beda.
Sepulangnya dari sana saya buka buku Durotun-Nashihin, dan saya mendapatkan informasi tentang satu tiang di langit seperti ini:
Sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan sebuah tiang di hadapan Arsy. Maka, apabila seseorang mengucapkan: ”Laa ilaaha illallaahu, Muhammadur Rasulullah”, bergoyanglah tiang itu. Lalu, Allah Ta'ala berfirman: “Diamlah, hai tiang”. Namun, tiang itu menjawab: “Bagaimana aku bisa diam, sedang Engkau belum mengampuni orang yang mengucap kalimat tadi?” Maka Allah Ta'ala berkata: “Sungguh, Aku telah mengampuninya.” Barulah ketika itu dia mau diam.
Walau saya tidak menganggap tiang yang dilihat sore itu adalah tiang yang dimaksud dalam Durotun-Nashihin, namun keimanan kepada yang Ghaib terkokohkan dengan pengalaman tersebut.
Dalam kesempatan lain saya duduk melingkar dengan beberapa teman. Lalu saya minta semuanya memejamkan mata dan di ruang gelap itu semuanya fokus pada satu titik. Setelah itu saya imajinasikan seberkas cahaya berwarna beberapa saat. Setelah selesai saya menanyakan apa yang mereka lihat. Ternyata ada yang melihat cahaya tersebut dengan warna yang persis. Hal tersebut menjelaskan kepada saya bahwa seseorang dapat mengkomunikasikan sesuatu dalam alam fikiran.
Sekian belas tahun kemudian, saya pernah mengendarai motor bersama isri. Tiba-tiba saya ingin mengarah ke bakso Malang. Sesaat setelah berada tepat di pinggir bakso tersebut dan hampir berhenti, saya memacu kendaraan meninggalkan tempat tersebut. Istri saya kemudian berkata dengan nada kesal, bahwa sebelum menepi ia sudah ingin makan bakso tersebut.
Suatu ketika dalam perjalanan mudik, saya berhadapan dengan persimpangan jalan. Kemudian terbetik dalam fikiran ini bahwa saya harus mengambil jalur ke arah kanan utk menghindari kemungkinan macet. Dalam waktu bersamaan istri meminta agar kendaraan diarahkan ke jalur yang saya fikirkan. Seraya tersenyum saya bilang kepadanya agar ia tdk perlu repot mengatakannya karena kendaraannya memang akan mengarah ke sana.
Suatu ketika dalam perjalanan menuju bengkel motor, terbetik keinginan di dalam hati untuk mendinginkan kerongkongan dengan es Kepu sepulang dari bengkel. Beberapa saat kemudian istri saya mengusulkan agar kami singgah dulu di es Kepu sepulangnya dari bengkel karena ia ingin mendinginkan kerongkongannya. Saya sampaikan kepadanya memang saya berencana pergi ke sana selepas dari bengkel sebelum ia mengatakannya.
Suatu ketika saya dan istri duduk menunggu kendaraan yang sedang dicuci. Lalu saya melihat di layar TV ada daging rendang. Saat itu istri saya tidak menghadap TV. Saya kemudian mengatakan kepadanya keinginan untuk makan nasi Padang. Istri saya tertawa, karena ternyata pada saat yang bersamaan ia sedang membayangkan lezatnya ayam Pop.
Lepas dari kebetulan atau tidak, namun kondisi terbetik keinginan yang sama dalam hati itu seringkali terjadi. Jiwa yang menyatu bisa saling mendengar isi hati atau mengetahui kondisi seseorang yang dicinta walau tidak dibunyikan dengan lisan. Jiwa bisa mengetahuinya melalui bersitan hati atau mimpi. Sebagaimana bila ibu saya ingin bertemu, maka saya pasti merasakan dorongan ingin pulang di dalam hati. Dulu bila saya ingin bertemu teman dekat saya, ia memimpikan saya pulang dengan pakaian yang sama persis dengan pakaian yang saya kenakan. Saya pun pernah mengetahui pilihan suami seseorang, apa pekerjaan orang yg dinikahinya (guru), dan apa alasannya (keluarga religius), melalui mimpi melihatnya bersama pria berbaju seperti yang biasa dikenakan oleh seorang ustadz.
Hal tsb terjadi dlm hati dua jiwa yg saling bertalian. Terbayang bagaimana bila hamba Allah memiliki hati yang sanggup menerima keinginan Nya, sehingga tangan dan kakinya bergerak sesuai dengan keinginan Nya tanpa perlu Allah berkata kepadanya. Hamba tersebut memahami kenapa ia melakukannya setelah selesai berbuat. Ia melihat Tuhan ingin melimpahkan kasih Nya kepada seseorang dengan tangan dan kakinya.
Teringat hadits Qudsi yang artinya, "... Jika Aku telah mencintainya, maka (Aku) menjadi pendengarannya yang dia mendengar dengannya, (Aku) menjadi penglihatan yang dia melihat dengannya, menjadi tangan yang dia memukul dengannya, menjadi kaki yang dia berjalan dengannya ..."
Saya tutup cerita ini dengan do'a nabi Daud a.s. ini,
Allahumma inni asaluka hubbak, wa hubba ma yuhibbuk. Wal amalaladzi yubalighuni hubbak. Allahummaj'al hubbaka ahaba ilayya, min nafsi, wal ma'i, wal barod
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya