Mengadaptasikan Digital Immigrant ke budaya digital itu akan berhadapan dengan tantangan tabiat personalnya. Tabiat tersebut adalah kebiasaan tugas manual di dunia nyata dalam jangka waktu lama yang sudah dinikmati. Solusinya adalah pembiasaan tugas otomatis yang mudah, bermanfaat, dan berkelanjutan. Kalau sifat tugasnya tidak demikian, mental block nya akan menguat.
Pemerataan populasi Digital Immigrant yang telah Teradaptasi sangat tergantung pada ketersediaan personel pendamping yang mengenalkan beragam layanan berbasis perangkat digital yang tersedia di lingkungannya. Tugas pembangunannya bukan hanya sebatas perluasan konektivitas semata, tetapi juga penciptaan banyak layanan digital dan sumber daya manusia cakap digital. Dan tdk kalah penting adalah akomodasi etika interaksi yg menjadi perhatian umumnya Digital Immigrant. Dgn kondisi demikian, Digital Immigrant dapat membuka pintu pembiasaan tugas otomatis dlm keseharian hidupnya.
Pembangunan kompetensi literasi digital melalui seminar tidak menetap merupakan langkah baik utk membangun kesadaran kolektif dari populasi sampel. Namun pembangunannya harus dilanjutkan secara menetap di sekolah melalui pendekatan terstruktur yang berdampak pada kapasitas digital parenting di rumah, sehingga orang tua di masa depan dapat berperan penuh dalam menciptakan daya saing anaknya dgn TIK. Sementara layanan digital lengkapnya harus tersedia di telecenter lokal utk mewujudkan kesetaraan hak akses informasi.
#LiterasiDigital
#GNLD
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya