Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/

Rinda Cahyana

Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Selasa, 22 Oktober 2024

Pakaian Hanyalah Simbol


Saat di Pondok dulu saya suka mengenakan jubah, terbawa kebiasaan pakaian di GMA (Generasi Muslim al-Muhajirin). Beberapa teman di GMA mengenakannya krn terinspirasi Wali Songo dan merasa semangat keagamaannya terdorong dgn pakaian tsb. Beberapa teman GMA lainnya (dgn sumber inspirasi yg sama) memilih utk mengenakan atribut pakaian adat seperti bendo dan iket dlm kegiatan keagamaannya.

Pilihan warna hitam dari jubah yg saya kenakan mengikuti semangat asketis, bukan krn pengaruh aliran harokah jihadi, hehehe. Harokah saya dulu adalah Ratisejiwa (Meraba Hati Mensejahterakan Jiwa), perang besar melawan hawa nafsu utk memperoleh Cahaya, melalui lelaku dzikir dan tafakur yg menenangkan, mewujudkan kedamaian dan penguasaan masalah. 

Saat itu di pondok ada dua kebiasaan pakaian harian. Santri mahasiswa teknik Sekolah Tinggi Teknologi Garut secara umum berbeda dgn santri salafiyah, mereka tdk sarungan. Tapi kalau ngaji semuanya pasti sarungan dgn pakaian seragam jenis koko.

Pernah saya mengusulkan agar pakaian santri teknik bentuknya jubah. Beberapa santri menyetujuinya. Lalu saya mendengar yg baru saya dengar dari salah satu teman (seorang guru sekolah yg tinggal di pondok) bahwa muslim seharusnya tdk terjebak dgn simbol. Makna dari perkataan teman tsb adalah ingatan bahwa agama itu yg terpenting adalah pengamalan dan tdk sekedar penampilan atau simbol-simbol. 

Usulan saya tsb tdk pernah saya wujudkan. Cukup pak Kyai saja yg mengenakan jubah putih, krn keluhuran ilmu dan amaliahnya. Bagi santri teknik yg sedang belajar, perhatian thd pengamalan agama lebih penting dari pada penampilan. Pengamalan agama adalah penampilan muslim yg sebenarnya.

#BiografiCahyana

Kisah Santri

Tentunya selalu ada banyak kisah di ponpes yg terekam dlm benak santri. Salah satunya yg masih saya kenang semasa mukim di ponpes adalah seorang santri yg tercebur ke dalam kulah oleh bobot tubuhnya sendiri, lalu ia mencari orang yg mendorongnya 😅 Nih santri siswa gaulnya sama santri mahasiswa 😄

Ustadz juga kadang sering membuat kelucuan. Salah satunya adalah saat ustadz Murgo membangunkan santri di waktu fajar. Beliau mendatangi dan mengetuk pintu kobong dgn mengenakan topeng berambut panjang. Santri yg buka pintu langsung kaget ... tapi berakhir tertawa bareng 🤣

Kisah dunia lain juga ada, yaitu saat dua orang santri dlm selisih waktu tertentu melihat penampakan jin wanita berpakaian putih dgn rambut terurai ke depan, saat aktivitas mencuci di malam hari. Dan mereka santai saja. Namun yg satu sepertinya antusias ke hal mistis seperti itu 😄 Di mana kang Anwar dari Cianjur sekarang ya?

Kisah kebersamaan sangat banyak, seperti saat kumpulan santri makan sore bareng di atas pelepah daun pisang direcoki ayam peliharaan ustadz Ukoz 😁 Tradisi makan mayoran kang Ade Tasik dkk.

Kisah cinta pastinya ada, seperti santri cinlok sampai menikah atau patah hati, atau santri yg mau dijodohin kyai 😍 Colek Hardi Dayak dan kang Deden Ismail. Saya ngalamin juga digoda oleh pak Kyai Asep utk dekat dgn ustadzah dan dipanggil pak Kyai Marghani utk ta'aruf 🤭

Santri kena ta'zir pastinya ada, seperti santri yg disuruh push-up sama Kyai krn tdk ikut aurod lepas Maghrib 🤗 Saya yg tidur di kamar tamu, hanya bisa menyimak 🤭 Mungkin berkah aurod harian di kamar, suka dilewat sama pak Kyai Maman. Beliau cuma melihat dan berlalu 😁

Santri aktivis juga ada, jarang ada di kobong krn sibuk kegiatan pergerakan mahasiswa di luar ponpes 💪. Salah satunya adalah kang Amin yg kasih saran agar tdk usah jalan di tempat ngurusi satu organisasi, segera lulus kuliah utk ngurusi organisasi lain. 

Santri wirausaha juga ada, buat handycraft dan dijual ke supermarket. Santrinya sekarang sdh jadi Kontraktor tajir. 🤑 Colek sodaranya, Tanto Sutanto

Bersebelahan dgn kamar Ustadz Jenjen yg jago qiro'ah dan main keyboard, suka nyetel kaset kitaro, membuat saya menjadi penikmat aliran New Ages sampai mengkoleksi beberapa kaset Inspirational Moment. Ga hanya aliran itu saja, saya juga penikmat dan kolektor kaset Nasyid Raihan, Haddad Alwi, Snada, Qatrunada, dll. Radio tape nya saya dapatkan dari pasar loak di jalan Pramuka dan terbakar dlm insiden teman yg tidur lupa matiin pemanas air. Teriakannya selepas terbangun dan lari ke luar krn kebakaran mengagetkan penduduk kobong 😅

Dan satu nasihat pak ustadz Encep Muhdan yg masih diingat dan mungkin juga didengar oleh santri lainnya adalah agar para santrinya mengenakan daleman sekalipun sdh pakai sarung. Btw, sarungnya santri itu kadang dipake terus dan sebulan gak dicuci 😃 Makasih kang Asep Samarang yg sdh ngasih sarung.

#BiografiCahyana

Minggu, 20 Oktober 2024

Selamat Bertugas Pak Presiden

Saya adalah pemilih pak Prabowo saat beliau bertarung melawan pak Jokowi utk pertama kalinya. Dasar pilihannya bukan krn tanggal lahir beliau yg sama dgn saya, 17 Oktober. Beliau adalah sosok yg dianggap Gus Dur sebagai Nasionalis yg ikhlas.

Pada periode pilpres berikutnya saya memilih pak Jokowi, sekalipun agak kecewa krn Prof Mahfud tdk jadi Wapres mewakili NU yg saya anggap sebagai kekuatan penyeimbang kalangan Nasionalis dan dapat menetralisir polarisasi. Namun pemilihan Prof Ma'ruf juga sudah tepat krn selama ini beliau didukung oleh simpul-simpul polarisasi, sekalipun kemudian beliau ditinggalkan oleh mereka setelah menjadi Wapres. Pilihan saya rupanya tdk keliru krn ternyata pak Prabowo bergabung dlm kabinet, sekalipun loyalis pragmatis nya kemudian memusuhi. Hal tsb membuktikan keikhlasan beliau dalam mengutamakan Persatuan Indonesia di atas egoisme pribadi atau golongannya.

Dalam Pilpres kemarin, saya memberikan suara utk Prof Mahfud, orang yg saya anggap sebagai Hujah nya Indonesia. Istri memilih pak Prabowo, dan itu tdk masalah. Sudah menjadi takdirnya, pak Prabowo menjadi pemenang Pemilu setelah berada dalam gerbong partai pendukung pak Jokowi, tanpa dukungan loyalis pragmatisnya yg meninggalkan beliau. Hal tsb menunjukan besarnya kepercayaan politik kpd pak Jokowi dan pak Prabowo.

Saat ini, pak Prabowo mengajak semua kekuatan politik utk menguatkan pemerintahannya, sekalipun dgn kabinet yg tdk ramping. Hal tsb berbeda dgn apa yg dilakukan oleh Gus Dur yg merampingkan kabinet, membuang kementerian yg tdk diperlukan. Namun setiap jaman ada kebutuhannya sendiri, pemimpin yg teruji keikhlasannya pasti akan membuat keputusan terbaik yg tdk merugikan bangsa dan negaranya.

Setiap kekuatan politik yg merapat kpd pemimpin yg ikhlas pastinya punya keikhlasan utk mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Keihlasan ini harus jadi kekuatan terpenting kabinet beliau. Saat semuanya bersatu dlm kabinet, pak Prabowo harus siap menerima fungsi oposisi di dalam pemerintahnnya yg menjalankan amar ma'ruf nahyi munkar demi lurusnya jalan pemerintahan Republik Indonesia ke depan.

Catatan ini sekedar menunjukan bahwa sebagai pemilih, saya menikmati hasil Pemilu di Indonesia secara positif, tdk merasa perlu menikmati perasaan tdk nyaman berperiode-periode. Tdk ada pilihan manusia yg sempurna, tetapi selalu ada jalan utk mendekati kesempurnaan. Selamat bertugas pak Presiden, Masa Depan Indonesia yg Maju dan Bersatu ada di tangan bapak.