Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah. http://www.sttgarut.ac.id/
Program Studi Teknik Informatika
Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998 dan terakreditasi B. http://informatika.sttgarut.ac.id/
Rinda Cahyana
Dosen PNS Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dpk Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005
Jumat, 19 April 2024
Jangan Meminta Azab
Sabtu, 13 April 2024
Mudik 2024
Saya mudik tahun ini pada H+2, tepatnya hari Jum'at, 12 April 2024. Perjalanan dari Garut ke Subang relatif lancar, melalui tol Cisumdawu, tol Cipali, dan langsung keluar di gerbang tol Subang. Perlambatan terjadi seperti biasanya di daerah Kadungora, saat kendaraan melewati rel kereta api. Hari-hari biasa selalu begitu kalau di sana, terutama sore week end.
Saya pulang hari ini, Sabtu, 13 April 2024. Tol Cipali sudah satu arah, tidak bisa dilewati ke arah timur. Oleh krn nya diputuskan jalur yg ditempuh adalah melewati Cikamurang, masuk tol Cisumdawu di Ujung Jaya, dan keluar di gerbang tol Rancakalong. Perlambatan hanya di dua titik, di Nagreg krn rekayasa penyempitan jalan arah ke Tasik, dan rekayasa buka tutup di Kadungora. Selebihnya, perjalanan dari sana lewat Banyuresmi normal seperti biasanya. Alhamdulillah.
Biasanya dari Subang, saya lewat Kasomalang dan keluar di Rancakalong. Jalannya lengang, tapi berkelok. Bisa bikin penumpang mual kalau belum terbiasa. Namun, jalur Sumurbarang - Subang ke Cikamurang bisa jadi alternatif kalau tdk mau model jalan seperti itu. Menariknya, puluhan kilo menjelang gerbang tol Ujung Jaya, jalannya lurus terus.
#CahyanaTrip @sorotan
Kamis, 11 April 2024
Bade Macet Wae?
Selasa, 09 April 2024
Di Penghujung Ramadhan
Jumat, 05 April 2024
Jalan Kendali dan Kebaikan Diri
Senin, 01 April 2024
Membantu NgabuburIT di Garut
Sebagai abdi negara saya berkewajiban membantu program pemerintah, salah satunya acara NgabuburIT yg dilaksanakan hari ini. Saya membantu Ketua Relawan TIK Jabar menyiapkan kegiatan tersebut. Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut dipilih sebagai tempat kegiatan karena posisinya sebagai mitra Kominfo RI, serta salah satu basis Relawan TIK dan Pandu Digital di Garut. Selain itu, IPI Garut adalah peserta Konferensi Nasional Literasi Digital dan Kerelawanan (KNLDK) Akademi Relawan TIK Indonesia (ARTIKA) terbanyak pada tahun lalu. Namun pertimbangan terpentingnya adalah respon positif Prof Nizar Hamdani selaku pejabat Rektor terhadap kegiatan Komunitas dan Relawan TIK.
Teringat dulu beliau menyambut baik pembentukan Komunitas TIK dan komisariat Relawan TIK di kampusnya. Inisiatif pembentukannya saya dorong utk memenuhi syarat musyawarah cabang Relawan TIK yg harus dihadiri oleh minimal tiga komisariat. Saat itu beliau menyatakan kesiapan kampusnya utk menjadi basis Komunitas dan Relawan TIK di Garut.
Hal serupa juga saya rasakan saat membantu Kominfo RI menjalin kerjasama dgn tiga kampus besar di Garut. Beliau menawarkan diri utk menjamu dan menyediakan tempat pertemuan. Pertemuan akhirnya diselenggarakan oleh Kominfo RI di Kampung Sampireun dgn output berupa pelaksanaan kerjasama program KKN tematik literasi digital yg masih berjalan hingga sekarang. Dengan program tsb, banyak dosen terfasilitasi sebagai Pandu Digital dan Narasumber Literasi Digital. Biasanya hanya saya dan beberapa kolega saja yg membantu pelaksanaan program Kominfo RI di Garut.
Setelah mendapat permintaan bantuan dari Relawan TIK Jabar, saya menghubungi Rektor IPI Garut utk menawarkan kegiatannya. Seperti biasa beliau merespon positif dan bahkan mengeluarkan dana utk tambahan 100 peserta. Sebenarnya target peserta yg diperlukan hanya 50 peserta dan Kominfo sudah mengalokasikan dananya. Beliau juga menyambut baik program RTIKAbdimas yg dilaksanakan oleh ARTIKA dan menyatakan kesiapannya sebagai tuan rumah KNLDK secara hibrida yg ke-2.
Saya diminta utk menjadi Narasumber lokal oleh ketua Relawan TIK Jabar dlm kegiatan tsb, tetapi saya menyarankan agar kolega Pandu Digital Madya lain yg juga pengurus Relawan TIK Jabar utk mengemban tugas pelayanan tsb. Dan hari ini, tgl 1 April 2024, saya memaksakan diri utk datang ke lokasi dlm kondisi sakit gigi utk memastikan kegiatan berjalan. Nampak seperti biasanya, persiapan dari pihak IPI Garut selalu prima, seperti kegiatan Peberdayaan Pandu Digital di Garut tahun lalu.
Saya mengucap syukur Alhamdulillah masih dikaruni kesempatan beramal di bulan suci Ramadhan, semoga pahala kebaikannya berlimpah dan dapat menutupi segala khilaf atau dosa. Saya sangat bersyukur bila memiliki banyak teman yg mendukung atau mengambil kesempatan berbuat baik secara bersama-sama, di mana kebaikan nya dapat berjalan lancar tanpa gangguan drama antagonis yg dibuat oleh siapa pun yg tdk suka, setidaknya sebelum dan pada saat kegiatan nya dilaksanakan.
#PanduDigital #RelawanTIK #LiterasiDigital #PengabdianCahyana @sorotan
Sabtu, 16 Maret 2024
Pedagang Bahu Jalan
PEDAGANG BAHU JALAN
Suasana pasar Pedagang Bahu Jalan (PBJ) di jalan Ibrahim Adjie jalur Cipanas menuju Samarang terlihat ramai, seramai PBJ di Pengkolan. Istilah PBJ menggambarkan pilihan pedagang terkait lokasi jualannya, yakni di bahu jalan. Pemkab Garut pernah membangun gedung Pedagang Kaki Lima (PKL), namun ditolak oleh para PKL yg menjadi target relokasi. Belakangan muncul pedagang di bahu jalan depan gedung tsb. Hal tsb menjelaskan PBJ tdk memilih tempat berjualan kecuali di bahu jalan atau pinggir jalan.
PKL bisa berjualan di lapangan, gedung, atau di mana saja. Namun bila pedagang hanya bisa berdagang di bahu jalan, itu krn mereka adalah PBJ. Hal ini seperti pernah dihadapi oleh Kang Dedi Mulyadi, saat sebagian pedagang memilih meninggalkan lapaknya di dalam pasar dan berpindah ke trotoar dan bahu jalan depan pasar. Tindakan pedagang tsb merugikan pedagang yg berjualan di dalam pasar krn calon pembeli lebih dulu bertemu dgn PBJ.
Saat menjadi gubernur Jakarta, Anis Baswedan membangun trotoar yg lebar agar pejalan kaki tdk terganggu oleh pedagang. Pelebaran trotoar seperti itu merupakan contoh kebijakan yg mengakomodasi kebutuhan pedagang tipe PBJ. Pemerintah memposisikan diri utk tdk melawan PBJ, tetapi mengakomodasi kebutuhannya dgn cara demikian.
Membangun trotoar lebar, kemudian membuatkan lapak yg enak dipandang mata, dan memungut pajak terjangkau dari PBJ yg menempatinya mungkin menjadi solusi yg menguntungkan bagi PBJ, pemerintah, pejalan kaki, dan pengendara. Pajak tsb akan kembali lagi kpd para pedagang melalui anggaran belanja pemerintah. Di sisi lain, kecil kemungkinan bagi pejalan kaki utk berjalan bersama kendaraan di jalan, sehingga nyawanya lebih terlindungi.
Penggunaan trotoar utk selain pejalan kaki akan menuai pendapat pro dan kontra. Namun itu jauh lebih baik dibandingkan mengabaikan hak atau nyawa pejalan kaki dan melawan PBJ yg selalu berakhir dgn kekalahan. PBJ yg ingin tempat "gratis" baik dgn atau tanpa membelinya dari pemungut liar mungkin akan menolak solusi semacam itu. Walau demikian, kewajiban pemerintah utk mengakomodasi hak warga berjualan sdh terpenuhi setelah menyediakan lapak di trotoar. Satpol PP akan lebih mudah utk melarang PBJ berjualan di bahu jalan.
Solusi semacam itu hanya bila trotoarnya mungkin diperlebar. Trotoar di Pengkolan tdk mungkin diperlebar, sehingga pilihan terbaiknya adalah merelokasi PBJ agar pemerintah dapat memenuhi hak atau melindungi nyawa pejalan kaki dan memenuhi hak pemilik toko yg taat membayar pajak. Jl Ibrahim Adjie mungkin bisa menjadi piloting project, di mana pemerintah membeli lahan di titik ramai PBJ, yakni lokasi PBJ yg selalu ramai dikunjungi oleh pembeli atau tempat lain yg memiliki potensi yg sama atau lebih. Misalnya, di titik dekat destinasi wisata atau punya pemandangan yg diminati banyak orang. Lapak penjual dibangun di sebelah trotoar. Sebagian lahan digunakan utk tempat parkir. Setelah itu, tidak boleh ada PBJ yg mengganggu trotoar dan pengendara yg parkir di luar area parkir. Nampaknya sebagian warga melakukan joging di jalan tsb, sehingga trotoar dapat berfungsi sebagai joging track. Kerjasama Pemkab dgn Pemdes sangat mungkin terjadi, di mana keduanya dapat memperoleh pendapatan dari sewa lapak dan parkir.
#PersepsiCahyana