Tdk mengherankan bila konten ujaran kebencian dan hoax kita temui di media sosial. Ujaran kebencian dan hoax muncul di awal sejarah manusia. Ujaran negatif tersebut mungkin menimbulkan trauma dan terekam dalam gen manusia, sehingga ada yg secara tdk sadar melampiaskannya dgn melakukan ujaran yg sama kpd sesamanya, dan ada juga yg menolak krn sangat membencinya.
Iblis tercatat dalam teks al-Qur'an sebagai pelaku ujaran kebencian pertama dgn perkataannya, "Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan Engkau ciptakan dia dari tanah" (Q.S. al-A'raf: 12 dan Shad: 76). Ujaran ini menargetkan karakteristik antar golongan. Pernyataan "aku lebih baik" telah mendiskriminasi golongan tanah (manusia).
Di media sosial, ujaran lain yg bermasalah adalah hoax, semacam kabar bohong. Sama hal nya dgn ujaran kebencian, hoax pertama kali dilakukan oleh Iblis dgn perkataannya, "Tuhanmu tidak melarang kamu berdua mendekati pohon ini, melainkan agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)." (Q.S. al-A'raf: 20). Padahal dgn mendekatinya, manusia terusir dari surga.
Hoax masih menyesatkan sampai saat ini, bahkan dilakukan oleh manusia. Seburuk-buruknya manusia adalah mereka yg membuat hoax, padahal hoax menjadi sebab dirinya terusir dari Surga. Sebodoh-bodohnya manusia adalah mereka yg terhasut oleh hoax. Hoax adalah dosa yg dapat mematikan hati. Tanda matinya hati adalah tdk timbulnya rasa penyesalan menjadi orang yg buruk dan bodoh.
Banyak hoax tersebar dgn motif kebencian. Sebagaimana Iblis yg mengawali kejahatannya kpd manusia dgn ujaran kebencian dan mengalahkan manusia yg dibencinya dgn hoax. Iblis menyadari, manusia menjadi sosok utama krn lebih tahu setelah diberi tahu. "Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya ... " (Q.S. al-Baqarah: 31). Namun, Iblis melihat kelemahan di dalam kelebihan manusia tersebut, yakni ketidaktahuan akan informasi bohong. Manusia bisa dijebak dgn informasi bohong krn manusia hanya diajari Tuhan tentang informasi benar. Manusia membayar pengetahuan tentang informasi bohong dgn sangat mahal, diusir dari surga.
Ujaran kebencian dan hoax adalah warisan Iblis. Masih banyak manusia yg meyakini hoax sebagai senjata mematikan utk mengalahkan sesama yg dibencinya. Hoax dapat memperbesar dampak ujaran kebencian yg mencakup diskriminasi hingga konflik sosial. Walau demikian, ada banyak manusia yg menyadari bahayanya, sehingga menangani ujaran kebencian sebagai akar masalah hoax dgn pendekatan preventif dan represif.
Indonesia memiliki undang-undang yg mencegah ujaran kebencian, salah satunya utk kasus di ranah digital. Ujaran kebencian di ranah digital yg tdk mengandung hasutan memang tdk dijerat hukum. Namun, langkah penanganannya telah dilakukan secara preventif dgn pendidikan, pemblokiran, atau kontra ujaran yg melibatkan partisipasi masyarakat. Pelaku yg menghasut pun dipertimbangkan tingkat pengaruhnya. Semakin besar pengaruhnya, semakin besar kemungkinan ditangani secara represif oleh aparat hukum.
#persepsicahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya