Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Senin, 29 Mei 2017

Perkenalan Pertama Mengajar


Pada waktu itu saya berdiri di hadapan adik kelas di SMP Negeri 2 Subang, dan semuanya mengenakan seragam Pramuka Penggalang. Dengan mengandalkan buku agenda milik kakak yang berisikan catatan materi kepramukaan, saya mengajarkannya hingga akhir studi di sekolah itu. Adakalanya sebelum mengajarkan lagu Pramuka di sekolah, lagu itu dinyanyikan bersama-sama dengan kakak dan ibu di rumah.  

Saya mengajarkan materi yang baru diketahui dari buku tersebut. Beberapa kode sandi baru yang dibuat setelah polanya ditemukan pun diajarkan. Kegiatan menyampaikan pengetahuan kepramukaan di sekolah itu berakhir pada tahun 1994 dengan pemasangan majalah dinding Pramuka dalam kertas A3 yang ditulis tangan.

Mungkin itulah pertama kalinya di dalam hidup ini saya merasakan bagaimana mengajar, mengembangkan bahan ajarnya, dan mengenal majalah dinding sebagai sarana pengajaran tidak langsung. Pengalaman itu membantu saya untuk dapat berdiri menyampaikan materi kepalangmerahan kepada anggota Palang Merah Remaja Wira Patut di SMA Negeri 1 Subang, pengetahuan keagamaan kepada teman-teman Generasi Muslim al-Muhajirin, dan pengetahuan informatika kepada teman-teman kuliah di kamar Pondok Pesantren Mahasiswa al-Musaddadiyah.


Saya mengenal sumber ilmu yang lain selain buku dan orang semasa kegiatan saya di Generasi Muslim al-Muhajirin dan Pondok Pesantren al-Musaddadiyah. Saat itu dalam kegiatan jelajah alam saya menyampaikan pendapat keilmuan kepada Mariam. Saya mengikuti alur fikir yang berjalan di dalam benak untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan. Entah kenapa alur itu terlihat selalu memiliki cabang. Setiap kali cabang itu dipilih, muncul cabang baru lagi. Sejak saat itu saya memahami bahwa menjawab pertanyaan atau mengajarkan pengetahuan itu dapat membukakan kesempatan untuk  mendapatkan pengetahuan baru.  


Selama kuliah dan mukim di Pondok Pesatren al-Musaddadiyah saya mengetahui adanya sumber pengetahuan lainnya yang tidak perlu mengikuti alur fikir. Beberapa tahun itu saya senantiasa untuk tetap bersuci dan dzikr. Suatu ketika dalam kegiatan dzikr rutin setiap Magrib yang dipimpin oleh KH Ir. Abdullah Margani Musaddad, saya mendengar suara di luar lantunan dzikir yang berisi pengetahuan seputar akidah Islam. Kemudian saya beranjak dari masjid menuju kamar untuk menuliskan apa yang saya dengar di buku tulis. Ada kalanya pengetahuan itu datang diawali dengan berubahnya bentuk dalam benak menjadi rangkaian kalimat. Adakalanya kalimat itu melesat dalam wujud cahaya yang harus saya ikuti terus agar kalimatnya tidak putus. Kondisinya seperti mimpi dalam keadaan sadar.

Satu buku catatan saya konsultasikan kepada ustadz Tauhid di Pondok Pesantren. Satu buku catatan lainnya saya bakar di Subang karena khawatir isinya menimbulkan fitnah. Pengetahuan akidah Islam yang saya peroleh di Pondok Pesantren seringkali digunakan untuk mengimbangi kalimat-kalimat yang saya tangkap. Saya tidak berusaha meyakinkan diri dari mana datangnya itu semua, sekalipun saya sudah mempelajari soal bisikan hati dari kitab Minhajul Abidiennya Imam al-Ghazali. Kepentingan saya hanyalah kepada kalimat-kalimatnya dan kesesuaiannya dengan pengetahuan yang saya terima dari ustadz saya.


0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya