Pada waktu itu saya berdiri di hadapan adik kelas di
SMP Negeri 2 Subang, dan semuanya mengenakan seragam Pramuka Penggalang. Dengan
mengandalkan buku agenda milik kakak yang berisikan catatan materi kepramukaan,
saya mengajarkannya hingga akhir studi di sekolah itu. Adakalanya sebelum
mengajarkan lagu Pramuka di sekolah, lagu itu dinyanyikan bersama-sama dengan
kakak dan ibu di rumah.
Saya mengajarkan materi yang baru diketahui dari buku
tersebut. Beberapa kode sandi baru yang dibuat setelah polanya ditemukan pun
diajarkan. Kegiatan menyampaikan pengetahuan kepramukaan di sekolah itu
berakhir pada tahun 1994 dengan pemasangan majalah dinding Pramuka dalam kertas
A3 yang ditulis tangan.
Mungkin itulah pertama kalinya di dalam hidup ini saya
merasakan bagaimana mengajar, mengembangkan bahan ajarnya, dan mengenal majalah
dinding sebagai sarana pengajaran tidak langsung. Pengalaman itu membantu saya untuk
dapat berdiri menyampaikan materi kepalangmerahan kepada anggota Palang Merah
Remaja Wira Patut di SMA Negeri 1 Subang, pengetahuan keagamaan kepada teman-teman
Generasi Muslim al-Muhajirin, dan pengetahuan informatika kepada teman-teman
kuliah di kamar Pondok Pesantren Mahasiswa al-Musaddadiyah.
Saya mengenal sumber ilmu yang lain selain buku dan
orang semasa kegiatan saya di Generasi Muslim al-Muhajirin dan Pondok Pesantren
al-Musaddadiyah. Saat itu dalam kegiatan jelajah alam saya menyampaikan
pendapat keilmuan kepada Mariam. Saya mengikuti alur fikir yang berjalan di
dalam benak untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan. Entah kenapa alur
itu terlihat selalu memiliki cabang. Setiap kali cabang itu dipilih, muncul cabang
baru lagi. Sejak saat itu saya memahami bahwa menjawab pertanyaan atau
mengajarkan pengetahuan itu dapat membukakan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Selama kuliah dan mukim di Pondok Pesatren al-Musaddadiyah
saya mengetahui adanya sumber pengetahuan lainnya yang tidak perlu mengikuti
alur fikir. Beberapa tahun itu saya senantiasa untuk tetap bersuci dan dzikr. Suatu
ketika dalam kegiatan dzikr rutin setiap Magrib yang dipimpin oleh KH Ir. Abdullah
Margani Musaddad, saya mendengar suara di luar lantunan dzikir yang berisi
pengetahuan seputar akidah Islam. Kemudian saya beranjak dari masjid menuju kamar
untuk menuliskan apa yang saya dengar di buku tulis. Ada kalanya pengetahuan
itu datang diawali dengan berubahnya bentuk dalam benak menjadi rangkaian
kalimat. Adakalanya kalimat itu melesat dalam wujud cahaya yang harus saya ikuti
terus agar kalimatnya tidak putus. Kondisinya seperti mimpi dalam keadaan
sadar.
Satu buku catatan saya konsultasikan kepada ustadz Tauhid
di Pondok Pesantren. Satu buku catatan lainnya saya bakar di Subang karena
khawatir isinya menimbulkan fitnah. Pengetahuan akidah Islam yang saya peroleh
di Pondok Pesantren seringkali digunakan untuk mengimbangi kalimat-kalimat yang
saya tangkap. Saya tidak berusaha meyakinkan diri dari mana datangnya itu
semua, sekalipun saya sudah mempelajari soal bisikan hati dari kitab Minhajul
Abidiennya Imam al-Ghazali. Kepentingan saya hanyalah kepada kalimat-kalimatnya
dan kesesuaiannya dengan pengetahuan yang saya terima dari ustadz saya.
Lanjut dengan Pada Akhirnya Kenikmatan Informatika Terasa
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya