Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Senin, 29 Mei 2017

Menjadi Dosen adalah Takdir yang Tidak Diusahakan


Entah apa yang menjadi pertimbangan kakak tingkat sehingga saya direkomendasikan untuk menggantikan posisinya sebagai relawan yang membantu kepala Laboratorium Komputer di kampus. Saya lebih senang menyebutnya sebagai relawan dari pada asisten kepala karena pada dasarnya semua yang dilakukan adalah demi pengetahuan, dan demi amal atau pengabdian kepada kampus. Dari awal saya menduga kegiatan relawan ini akan menyita waktu dzikir harian, tetapi hati ini diteguhkan dengan keyakinan bahwa amaliah relawan itu dapat membantu membersihkan jiwa. Dan ternyata bukan hanya dzikir harian yang tersita waktunya, tetapi juga kegiatan jurnalistik. Buletin Persepsi yang berisi masukan kepada kampus hampir tidak lagi bisa saya kerjakan, bukan karena saya sudah menjadi bagian dari kampus. 

Kesempatan sebagai relawan itu membukakan pintu pengetahuan teknis terkait teknologi informasi yang diperoleh secara otodidak dan tidak diperoleh dari perkuliahan di kelas. Kesempatan itulah yang membuat saya dapat menjawab pertanyaan teknis dan mempraktekannya saat sesi wawancara kerja di PT Pratita Prama Nugraha Jakarta. Alasan manfaat itulah yang mendorong saya untuk mempertahankan keberadaan relawan di kampus. Dan usaha tersebut berhasil, sehingga sepuluh generasi relawan yang beramal di kampus berhasil dibentuk hingga terakhir saya menjabat sebagai kepala UPT Sistem Informasi. Di penghujung generasinya berhasil dibentuk Kelompok Pecinta TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dengan forum berbagi pengetahuan dan keterampilan TIK nya, yang kemudian saya leburkan dalam Komunitas TIK Garut dan diapresiasi oleh Gubernur sebagai Komunitas TIK terbaik se Jawa Barat. 

Walau tugasnya hanya melayani persoalan teknis di Laboratorium Komputer, tetapi  saya tidak berpangku tangan saat ada persoalan teknis di kantor. Mungkin karena niat awalnya memang untuk mengabdi kepada kampus dan bukan kepada kepala Laboratorium Komputer saja. Syukurlah KH Ir. Abdullah Marghani Musaddad sebagai ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut senantiasa memudahkan kegiatan relawan, seperti membelikan semua kebutuhan pengembangan infrastruktur TIK mulai dari penyediaan kabel jaringan, buku bacaan dan majalah, akses ruangan selama 24 jam, dan kegiatan seminar dan pelatihan untuk mahasiswa dan umum. Pernah saya sendirian memelihara komputer dua malam tanpa tidur, dan sempat dimarahi dosen karena data praktikumnya saya pindahkan ke server untuk sementara tanpa izin beliau. 

Pagi itu beberapa minggu selepas lulus kuliah pada tahun 2003, dalam perjalanan menuju keluar kompleks saya dipanggil oleh KH Ir. Abdullah Marghani Musaddad. Beliau menanyakan rencana saya selanjutnya setelah lulus kuliah. Saya jawab belum ada rencana kerja di manapun. Kemudian beliau meminta saya untuk dapat mengajar di Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Tetapi tidak adajawaban pasti yang saya sampaikan kepada beliau saat itu.

Siang harinya, ibu Dini Destiani (ketua jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut) datang ke salah satu Laboratorium Komputer di mana saya sedang melakukan pemeliharaan perangkat. Beliau meminta saya untuk bersedia mengampu salah satu matakuliah terkait perangkat komputer. Sama seperti jawaban kepada ketua Sekolah Tinggi Teknologi Garut, saya tidak memberikan kepastian. Namun karena beliau menyatakan harus segera menetapkan pengajar untuk semester yang akan berjalan, pada akhirnya kepada beliau saya meminta agar berkenan memaklumi sekiranya di tengah perjalanan pada akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Subang. 

Tidak ada yang menjelaskan apa itu dosen dan bagaimana seharusnya tampil?. Saya hanya berusaha mengajar berdasarkan pengalaman dan menyampaikan pengalaman lapangan dalam perkuliahan. Saya masih tampil dengan rambut gondrong, baju kaos dan celana lapangan. Saya masih menjadi relawan di kampus sehingga tidak sungkan untuk naik tangga yang dibawa sendiri untuk memperbaiki kabel jaringan di saat mahasiswa berlalu lalang di kampus. Penampilan saya berubah setelah Dr Muhammad Ali Ramdhani memberi tahu sebaiknya saya mengenakan kaos berkerah sekiranya senang mengenakan kaos. 


Di kelas saya mengajari adik tingkat semua keterampilan yang diperoleh dari pengalaman menjadi relawan. Selalu saya ingatkan pentingnya usaha mencari pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman nyata di luar kelas. Dan syukurlah mahasiswa yang menjadi asisten saya di Laboratorium Komputer kini ikut menyiarkannya kepada teman-temannya setelah mereka melihat sendiri bukti dari apa yang saya sampaikan dalam kegiatan relawan yang diikutinya. Saya melihat mahasiswa di kelas lebih tertarik mendengarkan sesuatu yang berasal dari dunia nyata dari pada sekedar beberapa teori yang sudah dibayangkan wujudnya seperti apa. Teringat dulu saya pernah menanyakan kepada guru tentang seperti apa wujud memori yang sedang beliau bahas. Ternyata jawaban jelas dari pertanyaan tersebut saya temukan dalam kegiatan relawan di Laboratorium Komputer. 

Buku-buku bidang informatika mulai banyak saya baca untuk keperluan mengajar tersebut. Seperempat bagian dari rak buku saya sekarang sudah berisi buku tersebut. Pada awalnya buku-buku itu saya simpan di lemari perpustakaan Pondok Pesantren. Saya memang tidur di perpustakaan itu sejak kamar tidur saya berikan kepada teman yang ingin tidur di Pondok Pesantren. Sejak perpustakaan itu dibongkar, buku-buku itu saya simpan di lemari bekas kantor Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan yang saya rekondisi sendiri dan diletakan di salah satu tempat tidur yang disediakan oleh kampus. Saat buku itu dibawa ke rumah mertua dalam dus besar, mertua menyangka saya jualan buku. Buku itu masih ada sampai sekarang walau sebagian diantaranya belum tuntas saya baca. 


Siang itu di depan masjid kompleks, guru SMA Ciledug al-Musaddadiyah memberi informasi lowongan kerja sebagai Dosen di Kopertis IV. Saya pun segera berajak ke kampus untuk memberi tahu guru-guru. Syukurlah beliau semua tennyata sudah tahu dan mengurusnya. Sayapun pada akhirnya ikut menyiapkan lamarannya. Dr Muhammad Ali Ramdhani yang saat itu selaku wakil ketua bidang Akademik sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan dokumen yang diperlukan. 

Di tempat kost kakak, niat untuk tidak melanjutkan prosesnya sempat terucapkan kepada pak Eri Satria, salah satu Dosen saya yang juga ikut seleksi. Namun beliau menyemangati agar saya tidak berhenti di tengah jalan. Hingga pada akhirnya tahun 2015 saya dan beliau ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Hingga kini saya adalah Rinda Cahyana, Aparatur Sipil Negara Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang diperbantukan sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Teknologi Garut.  Saya hanyalah manusia biasa saja, yang menapaki karir sebagai Dosen karena kehendak Allah. Semoga Allah menjadikan karir ini barokah di dunia dan di akhirat, menjadi jalan penghapus dosa dan sedekah yang tidak terputus. 


0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya