Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Senin, 06 Januari 2020

Menggerutu itu Manusiawi


Sore tadi saya menyempatkan pergi ke bengkel Yamaha utk membeli sparepart. Setibanya di lokasi, lampu tanda kiri kendaraan pun dinyalakan. Kendaraan dimundurkan sedikit supaya tdk menghalangi konsumen Yamaha yg mau masuk ke bengkel. Dari samping muncul bapak muda pengendara motor ke arah depan yg terlihat menggerutu. Hal tsb membuat saya ikut menggerutu juga, heran dgn kondisi bapak tsb yg tdk sabar menunggu saya selesai memarkirkan kendaraan.

Saya bukakan sedikit jendela utk bertanya apa yg sedang disampaikannya tsb. Tapi bapaknya langsung masuk ke dalam bengkel, mendatangi dan ngobrol dgn teknisi di sana. Dlm hati saya berkata, "oh, mungkin disangkanya saya tdk akan berhenti dan tdk ada keperluan di bengkel yg sama".

Saya pun ke luar dari kendaraan, menuju ke arah bapak tsb. Di dalam hati ada niatan utk menanyakan apa yg disampaikan barusan oleh bapak tsb. Tapi saya memutuskan utk tdk melakukannya, memperhatikan kondisi saya yg emosi sebelumnya, walau sekarang sedikit mereda. Perbuatan yg dilakukan dlm liputan emosi, sekecil apapun, tdk akan berbuah baik kalau diperturutkan. Saya rasa, tdk ada informasi penting juga dari dumelannya yg perlu dikonsumsi. Roman bapaknya juga sudah berseri-seri saat saya lewat dihadapannya.

Saya pun langsung menuju teknisi dan menanyakan sparepart yg diperlukan. Alhamdulillah semuanya tersedia. Dari kampus tadi niat saya memang membeli sparepart di bengkel Yamaha. Bila ada sesuatu yg penting di dlm perjalanannya, saya pasti berusaha utk menangkap dan menyimpannya. Sesuatu yg tdk penting, cukup diambil hikmahnya saja.

Seharian tadi suasana hati ini memang tdk terlalu baik. Mungkin krn lelah dgn masalah motor yg tdk tuntas sampai larut malam tadi. Saat kolega di ruang rapat mengatakan kalau anak informatika itu moody, dgn mencontohkan kpd saya; dgn tanpa beban saya iyakan saja. Saya fikir memang no body perfect; setiap orang lulusan bidang apapun pastinya tdk bisa selalu menyenangkan orang lain, adakalanya membuat orang lain jengkel. Bukan hanya anak informatika.

Namanya juga manusia, suasana hati manusia bisa berubah dan bisa menggerutu. Lah iman saja yazidu wa yankush, hehehe. Setelah melewati banyak pengalaman, saya memahami bhw bila diri ini sedang moody, saya sebagai pemimpin diri hrs dpt memimpin diri ini hingga beroleh manfaat dari diri, bukan malah larut dlm moody diri yg tdk bermanfaat.

Perumpamaannya seperti kendaraan. Tdk setiap saat kendaraan yg saya kendarai kondisinya baik. Sebagai pengendara, saya hrs dpt menyetir dgn baik dan aman, serta memperoleh manfaat dari kendaraan yg kondisi baik dan dari kendaraan yg kondisinya buruk. Menuntut kendaraan yg kondisinya buruk agar baik saat dikendarai itu kekanak2an. Cukup fokus saja bagaimana agar dlm kondisi demikian ada banyak manfaat yg bisa diperoleh. Lebih baik lagi bila manfaat tsb membuat kita mampu memperbaiki kendaraannya.

Teorinya mudah, tetapi menerapkannya bukan perkara mudah, perlu jihad besar. Cukup tetap mengingat bahwa kita hanya manusia biasa.

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya