Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Jumat, 15 Februari 2008

Langit, Bumi, dan Kesempurnaan Manusia

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Q.S.al-Baqarah:164)
Ada falsafah yang terkandung dari langit dan bumi menyangkut kesempurnaan manusia. Bumi mewakili pengetahuan dan langit menwakili amal. Pengetahuan memiliki tingkatan bentuk dan urgensitas. Yang terdalam yang diumpamakan inti bumi adalah ilmu tentang itikad dan pengelolaan jiwa. Yang terluar yang diumpakan permukaan bumi adalah ilmu syari'at. Sementara langit adalah amal dari ilmu tersebut. Dan kaitannya dengan cinta-cita yang tergantung di langit, maka cita-cita itu akan tercapai terkadang dengan ilmu yang berhasil diamalkan.

Manusia memiliki keleluasaan dalam memperdalam dan mengembangkan ilmu syariat sebagaimana keleluasaan mereka dalam menjelajadi dan memberdayakan permukaan bumi. Sementara dalam hal ilmu itikad, manusia memiliki batasan yang sangat ketat, di mana pelanggaran padanya akan membuat manusia terancam api neraka atau api kekuasaan dunia sebagaimana inti bumi sendiri adalah api yang menyala-nyala.

Ilmu hati berada di antara inti bumi dan permukaannya. Sedikit sekali orang yang berhasil menggali ilmu hati karena kesukarannya sebagaimana sukarnya menembus perut bumi. Sebagian besar dari mereka yang mendalami ilmu jiwa dan rahasia hati menyendiri di dalam perut bumi (Gua atau ruang kontemplasi).

Mengamalkan ilmu itu sesukar loncat atau terbang ke atas langit. Karena itu tidak jarang kita banyak menemukan orang dengan segudang pengetahuan tetapi hanya beberapa saja yang berhasil dia amalkan. Terbang memang bukan kebiasaan manusia, sehingga rata-rata manusia takut ketinggian. Demikian pula halnya dengan mengamalkan ilmu, yang menjadi penghalangnya adalah rasa takut dan malas karena tidak terbiasa melakukannya.

Ilmu yang paling mudah diamalkan, semudah manusia meloncat adalah ilmu syariat. Dan yang tersulit karena seperti harus terbang jauh meninggalkan kebiasaan dekat dengan permukaan bumi, dan juga karena terkadang jiwa kita merasa terancam (karena dipropokasi balatentara iblis) adalah ilmu ikhlas dan ihsan. Amal di puncak langit ini adalah amal kesempurnaan, di mana manusia berhasil menyingkap hijab antara alam kemanusiaan dan amal ketuhanan. Namun apabila semakin tinggi pencapaian amal, maka semakin hancur di saat terjatuh.

Seandainya manusia berhasil menjelajahi seluruh bagian ilmu dan amal, maka manusia akan merasakan kesempurnaan dirinya, sebagaimana kesempurnaan Syurga yang luasnya antara langit dan bumi. Dan tentu saja tidak akan ada yang bisa mencapainya kecuali orang yang dikehendaki Alloh. Kepunyaan Allohlah ilmu dan pencapaian manusia. Jika bukan karena Alloh, manusia tidak akan mewarisi sedikitpun ilmu dan tidak akan mencapai tingkat pencapaian apapun. Kepunyaan Allah lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allah lah dikembalikan segala urusan. (Q.S.3:109)

1 komentar :

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya