Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Jumat, 14 Februari 2020

Memahami Makna Agama yg Menjadi Musuh Pancasila secara Kontekstual



Sedang ramai ghibah masal di medsos ttg pernyataan pejabat publik. Tdk sedikit ghibah tsb dibumbui caci maki, tdk hanya kpd pribadi pejabat tsb, tetapi juga kpd setiap netizen yg berusaha menyampaikan pemahaman positifnya thd pernyataan tsb. Seakan tdk senang kalau kesempatan utk menghujat pribadi dan pemerintah itu dihambat.

Siang tadi bahkan terlihat satu konten grafis di salah satu grup FB yg menyandingkan pejabat tsb dgn tokoh komunis, lengkap dgn kalimatnya. Hal tsb menggambarkan adanya upaya kelompok tertentu utk menggiring opini publik agar ucapan tsb dianggap buah fikir komunisme. Mungkin mereka berharap agar publik meyakini pemerintah ini menyokong komunisme, sebagaimana propaganda yg banyak disebarkannya beberapa tahun ke belakang. Sungguh miris.

Ucapan pejabat tsb dibuat judul di media dgn judul "Agama Jadi Musuh Terbesar Pancasila". Saya mencoba memahami pernyataan beliau secara kontekstual dgn mencermati pernyataan lengkapnya. Bagi yg tdk suka dgn hasilnya nanti, saya meminta maaf. Tdk semua orang bisa saya puaskan. 

Dalam salah satu media, saya menemukan kutipan pernyataan beliau demikian: "Belakangan juga ada kelompok yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila"

Beliau menjelaskan siapa kelompok yg dimaksud: "Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas, ini yang berbahaya".

Hal berbahaya yg dianggap oleh beliau melawan Pancasila adalah sikap memaksakan kehendak. Beliau mengungkapkan hal kebalikannya sebagaimana dikutip oleh media, "Sebagai kelompok mayoritas yang sebenarnya, NU dan Muhammadiyah mendukung Pancasila. Kedua ormas ini tak pernah memaksakan kehendak."

Bagaimana kelompok minoritas ini memaksakan kehendak? Beliau menjelaskan bahwa "Mereka antara lain membuat Ijtima Ulama untuk menentukan calon wakil presiden". Tdk ada yg salah dgn membuat Ijtima tsb.

Namun kesalahan tsb barangkali muncul saat Ijtima digunakan utk memaksakan kehendak. Beliau nampaknya menyimpulkan adanya kondisi pemaksaan kehendak tsb berdasarkan indikasi adanya kekecewaan dlm diri kelompok tsb saat politisi yg disokongnya menafikan manuver tsb. Media mengutip pernyataan beliau, "Ketika manuvernya kemudian tak seperti yang diharapkan, bahkan cenderung dinafikan oleh politisi yang disokongnya mereka pun kecewa".

Ijtima merupakan urusan agama. Saya mengira yg dimaksud oleh beliau dgn "mereduksi agama" adalah menjadikan Ijtima tsb utk memaksakan kehendak. Dlm pemahaman beliau, sikap memaksakan kehendak itu tdk sejalan dgn nilai Pancasila. Sementara Pancasila itu selaras dgn Agama. Artinya, sikap memaksakan kehendak tsb bukan hanya tdk sejalan dgn Pancasila tetapi juga dgn Agama.

Saya meyakini pemahaman beliau demikian krn beliau menyatakan bahwa ormas mayoritas seperti NU dan Muhammadiyah yg mendukung Pancasila, tdk bersikap memaksakan kehendak seperti yg dilakukan oleh kelompok minoritas tsb. Mendukung dapat berarti selaras. Siapapun yg selaras dgn Pancasila tdk akan memaksakan kehendaknya dgn tindakan mereduksi agama atau lainnya.

Dari sanalah beliau membuat kalimat ringkasnya, "Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama" yg direduksi oleh si minoritas utk melawan nilai Pancasila, yakni musyawarah yg tdk ada pemaksaan kehendak di dalamnya. 

Berdasarkan konteks paparan beliau tsb, saya memahami bahwa yg dimaksud agama oleh beliau adalah agama yg direduksi dgn adanya pemaksaan kehendak. Agama seakan membolehkan pemaksaan kehendak, padahal agama tdk membolehkannya krn melawan prinsip musyawarah.

Agama menurut KBBI adalah ajaran. Dan saya memahami dari tafsir al-Fatihah bahwa ajaran Allah SWT bisa disimpangkan ke kanan dan ke kiri. Ajaran yg disimpangkan manusia itu tdk lagi disebut sebagai ajaran Nya. Oleh karenanya, agama atau ajaran yg dimaksud oleh beliau bukanlah agama atau ajaran Islam, tetapi ajaran yg telah direduksi sehingga menyalahi ajaran Islam. Ajaran atau agama yg direduksi demikian itu bukanlah agama Islam, tetapi ajaran atau agama yg menjadi musuh Pancasila. Agama Islam itu menyokong Pancasila.

Beliau meyakini adanya keselarasan Pancasila dgn Agama sehingga Pancasila dianggapnya religius, "Konsep Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yang majemuk seperti Indonesia, merupakan anugerah terbesar dari Tuhan. Dari sisi sumber dan tujuan, Pancasila itu relijius karena kelima sila yang terkandung di dalamnya dapat ditemukan dengan mudah di dalam kitab suci ke enam agama yang diakui secara konstitusional di republik ini".

Dengan pemahaman demikian itu, tdk mungkin beliau berpandangan agama atau ajaran yg selaras dgn Pancasila itu merupakan musuh besar Pancasila. Dan menjadi yakin bahwa agama atau ajaran yg dimaksud oleh beliau sebagai musuh Pancasila adalah ajaran yg direduksi sehingga menyalahi ajaran itu sendiri. Karena penyimpangan dari ajaran sebenarnya yg menyokong Pancasila itulah ajaran yg menyimpang ini menjadi musuh Pancasila.

Pernyataan beliau yg memiliki keilmuan dan reputasi jabatan akademik tinggi tdk bisa difahami secara tekstualis hanya dgn membaca judul atau penggalan video, tetapi harus dilihat konteksnya. Bila ada yg telah berusaha memahami berdasarkan konteksnya, dan hasilnya berbeda dgn saya, hal tsb sama sekali tdk mengherankan. Setiap orang mendapat rejekinya yg telah ditentukan oleh Yg Maha Pemberi Rejeki. 

Wallahua'lam.

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya