Hari ini saya ke Istana BEC di Bandung. Nampak kemacetan mengular dari Nagreg hingga Parakan Muncang dalam perjalanan saya menuju Bandung. Pulangnya saya melihat ada kemacetan menuju arah Nagreg. Seperti biasa Google menawarkan jalur alternatif.
Kali ini Google mengarahkan saya ke jalur ekstrem utk menghindari kemacetan di Nagreg. Masuk dari Cicalengka, dan keluar dari jalan raya Cijapati. Rupanya itu adalah jalanan desa yg sdh dibeton, hanya bisa dilewati oleh satu mobil. Seharusnya saya mengobservasi dulu jalurnya dgn melihat melalui mode satelit.
Di suatu tanjakan, ada kendaraan dari arah berlawanan yg nampak kesulitan menanjak dan didorong oleh sejumlah orang. Beruntung di titik puncak ada ruang yg membuat kendaraan bisa saling melewati.
Namun tantangannya tdk selesai sampai di sana. Ada jalan yg mengalami kerusakan, sehingga kendaraan sempat selip saat melewatinya. Konsentrasi saya agak buyar oleh suara istri yg panik. Beruntung saya dapat mengendalikan kendaraan yg mengarah sendirinya ke kanan dan ke kiri, sehingga tdk ke luar jalur.
Istri saya nampaknya sdh mulai menyerah dan meminta balik arah. Saya pun hampir demikian, sampai muncul pengendara motor dari arah berlawanan. Saya bertanya, seberapa jauh lagi ke jalan raya Cijapati. Ia mengatakan jaraknya tdk jauh lagi. Dan saya menerima informasi darinya kalau jalur yg saya lewati itu tdk dilewati kendaraan roda empat.
Saya sempat berputar dua kali di daerah Kadungora. Tempat keluar dari Kadungora ke arah Leles tdk bisa dilalui karena sedang diberlakukan one way. Saya ingin menghindari jalur bypass Kadungora ini krn kondisi jalannya yg serasa off-roading sampai daerah Banyuresmi.
Akhirnya saya menggunakan jalur Banyuresmi. Setelah melewati Cipicung, nampak kemacetan di depan mata. Saya memutuskan utk balik arah dan melalui jalur Cinunuk. Alhamdulillah, jalanan lancar hingga sampai rumah. Semoga tol segera masuk ke Garut, agar ketidaknyamanan ini pergi.
#BiografiCahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya