Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Jumat, 21 Oktober 2022

Kembali lah sebagai Nyai


Beberapa tahun ke belakang saya bertemu dgn seorang mantan nyai - istri kyai. Ia bercerita bahwa pada awalnya ia adalah seorang mualaf, bertemu dgn kyai di pesantren, dan dinikahkan sebagai istri ke sekian. Ia memutuskan utk berhenti jadi nyai krn tdk cocok dgn lingkungan pesantren yg berbeda dgn lingkungan keluarganya. Perbedaan itu membuatnya merasa tdk bebas, sehingga akhirnya memutuskan utk berhenti menjadi nyai. Padahal kyai dan anak tiri nya sangat sayang dan berharap ia kembali. Namun dlm kebebasan yg dijalani nya ia merasa tdk bahagia. Ia merasa tdk nyaman dgn sikap santri yg menurutnya terasa feodal dan ia tdk siap dimadu.

Saya jelaskan kpd nya bahwa sikap santri itu bukan feodal, tetapi sikap hormat kpd orang yg memiliki keutamaan ilmu. Hal berbeda dgn sikap merendah seseorang kpd penguasa krn jabatan atau kpd hartawan krn kekayaannya yg merupakan sikap feodal yg tdk diperbolehkan di dalam Islam. Saya pun menjelaskan kpd nya bahwa kyai yg sejalan dgn Nabi itu menikahi banyak wanita bukan krn memperturutkan hawa nafsu, tetapi utk menyambung tali kekerabatan dgn keluarga besar pesantren lainnya atau dgn kelompok masyarakat tertentu yg dipandang berpengaruh, dan tujuan lain yg mengarah kpd syiar Islam.

Setelah ia memahami penjelasan tsb dan dapat menerimanya, saya menyarankannya utk kembali kpd kyai dan anak tiri yg disayanginya. Saya katakan, kembali lah sebagai nyai dan lupakan pria lain yg ingin mempersuntingnya sebagai istri ke sekian. Saat itu ia kaget karena saya menyebut nama pria yg bermaksud mempersuntingnya. Saya memberi nasihat demikian karena berhasil diyakinkan oleh dirinya kalau kyai selalu menanti kepulangannya ke pondok pesantren. Dan Alhamdulillah, beberapa hari kemudian ia mengabarkan akan kembali, dijemput oleh anak tirinya. Ia berjanji akan mengundang saya ke pesantren apabila sudah kembali ke sana.

Sebenarnya saya tdk ingin mengingat pengalaman tsb, sehingga saya tdk menyimpan nomor kontak nya atau akun facebook nya. Dan saya tdk memandang penting janjinya, krn yg penting bagi saya ia dapat kembali ke lingkungan yg jauh lebih baik dari lingkungan bebas nya. Dalam cerita ini saya tdk menyebutkan nama pesantren dan lokasinya di mana, sebab yg terpenting adalah pelajaran yg dapat saya petik dari pengalaman tsb, bahwa seseorang dapat merasa tdk cocok dgn lingkungan karena belum memahaminya dgn baik, dan lingkungan lain yg menurutnya baik belum tentu menyediakan kasih sayang yg tulus dan masa depan yg baik.

Selamat Hari Santri Nasional
#BiografiCahyana

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya