Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Minggu, 09 Oktober 2022

Kesetaraan dan Daya Tarik

Sabtu, 8 Oktober 2022, saya menghadiri acara Alumni GMA (Generasi Muslim al-Muhajirin). Sebelum berangkat ke sana, saya memikirkan kalam Allah tentang kemuliaan orang bertakwa di sisi Allah dan kisah Adam dan Iblis di surga. Kisah tersebut ternyata menjadi bahasan mas Mury dalam acara tsb, hanya saja firman Allah tersebut tdk masuk dlm materi ttg sifat sombong. 

Selepas sesi materi tsb, saya diminta oleh mas Lucky untuk menyampaikan pendapat ttg komunitas Alumni GMA. Saya mengawalinya dgn pengertian kata komunitas dari Kamus Besar yg berarti sekumpulan orang yang meminati sesuatu. Apa yg alumni minati terganbar dari perjalanan mereka dari awal bergabung. Saya pribadi dari awal bergabung sangat tertarik dgn pengkayaan pengetahuan, sehingga sampai sekarang masih sering membagikan tulisan dan membangun diskusi keilmuan di WAG GMA. Pengkayaan tsb bagi saya merupakan jalan mencintai diri sendiri dan teman diskusi yg meminati ilmu.

Selanjutnya saya fokus pada isi materi pembahasan dlm dua pertemuan alumni yg mengangkat pesan tentang kesetaraan. Kebetulan pesan tsb berkaitan dgn ayat al-Qur'an yg relevan namun belum muncul di dua pertemuan tsb. Saya kutip firman Allah SWT tentang kedudukan mulia dari ayat berikut: 

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS al-Hujurat: 13)

Saya sampaikan bahwa atribut terpenting dari alumni bukanlah atribut keduniaan seperti harta atau jabatan, sehingga atribut tersebut seharusnya tdk menjadi gangguan dlm interasi. Atribut terpenting adalah takwa yg hanya diketahui secara persis oleh diri masing-masing dan Allah selaku penilai. Sekalipun setiap orang dapat beramal takwa dan berlomba-lomba di dalamnya, tetapi tdk ada seorang pun yg dapat merasa paling bertakwa dari orang lain sebab tdk ada yg bisa menilai secara persis kecuali Allah saja. 

Demikianlah alumni dari awal bergabung dan seharusnya sampai sekarang, yakni senantiasa beramal takwa semata krn mengharap ridha Allah, sebagaimana diajarkan oleh al-maghfurllah mas Yudho semasa kepemimpinannya di GMA. Dlm pertemuan terakhir sebelum meninggal beliau berpesan dgn mengutip firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim: 6)

Pesan itu bagi saya pribadi merupakan isyarat agar alumni GMA yg telah berkeluarga mulai berperan sebagaimana beliau di GMA, yakni mengajarkan mardhatillah kpd keluarga masing-masing, menjadikan rumah sebagai representasi GMA di level keluarga. Peran alumni tdk lagi menjadi pendengar pesan mardhatillah, terlebih sumber pesannya telah melanjutkan perjalanan di alam lain, tetapi sebagai penyampai pesan berdasarkan pengalaman yg selama ini diperoleh di GMA.

Selepas acara saya singgah di rumah mas Lucky. Bagian yg selalu saya sukai dari interaksi dgn nya adalah diskusi. Sebagian besar anggota GMA berbagi pengetahuan tdk dgn menjadi pemateri, tetapi menjadi mitra diskusi. Malam itu kami mendiskusikan banyak persoalan, mulai dari pemikiran ulama dlm garis keilmuan syadziliyyah, seperti syekh Ibn Athoillah dan Imam al-Ghazali, hingga pembelajaran mesin yg menjadi topik riset saya. 

Kami bersepakat dgn berdasarkan pendapat Ibn Athaillah bahwa menjadi hamba Allah itu dimulai dari meniatkan semua amal baik krn Allah. Ini sejalan dgn konsep mardhatillah yg secara luas dapat merubah amal baik apapun sebagai ibadah. Sebagai anak informatika, saya akan menjadi hamba Allah dgn meniatkan semua amal profesi semata krn mardhatillah. Imam al-Ghazali secara khusus menyusun tangga-tangganya dalam kitab Minhajul Abidin. 

Dulu ibu berharap setelah saya menimba ilmu di pondok dapat melaksanakan tugas keagamaan. Sebagai orang yg lebih mendalam dlm bidang informatika, saya menghindari tugas yg tdk dikuasai secara keilmuan. Saya memilih tugas relawan TIK atau literasi digital yg secara substantif sejalan dgn ajaran Islam. Melawan ujaran kebencian dan hoax adalah amal ibadah yg saya lakukan sebagai anak informatika. Mengingatkan keluarga besar GMA di WAG alumni akan bahaya konten hoax merupakan pengamalan pesan menjaga keluarga dari api neraka. Terkadang saya harus berdebat utk melaksanakan tugas tersebut.

Saya mengutip pendapat Imam al-Ghazali dalam Ayyuhal Walad, bahwa berdebat itu boleh dgn niat utk menyampaikan kebenaran dan mengambil kebenaran dari siapapun. Kebenaran manusia itu nisbi, sehingga kebenaran itu menjadi kebenaran selama belum ada yg meruntuhkannya. Oleh karena itu, sikap saya yg meyakini suatu kebenaran harus memastikan kebenaran tsb kokoh sampai ada argumentasi yg meruntuhkannya. Dalam upaya tersebut, orang mungkin akan merasa saya sedang memaksakan kebenaran yg diyakini. Padahal sebenarnya bukan memaksakan pendapat, tetapi menunjukan kekokohan argumentasi yg mendasari kebenaran yg diyakini. 

Keyakinan itu harus kokoh, sehingga setiap orang harus memiliki argumentasi yg kuat. Apabila nampak ketidak kokohannya, seseorang harus memilih utk merevisi kebenaran yg diyakininya atau memperbaiki argumentasinya. Revisi pengetahuan merupakan bagian dari daur hidup manajemen pengetahuan. Di fase tersebut manusia menyadari sifat nisbi pengetahuannya, sehingga dapat berendah hati, mengamalkan ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk. 

Dalam kaitan ujaran buruk, mas Lucky menolak siapapun yg berharap musibah bagi orang lain. Ia mengatakan bahwa semua manusia adalah hamba Allah Yang Maha Pengasih kepada umat Manusia. Kita tdk bisa membayangkan bagaimana Allah saat mendengar seorang hamba memohon kebinasaan bagi mahluk ciptaan yg selalu ditunggu Nya di pintu ampunan dan hidayah. Saya mengatakan kpd mas Lucky bahwa menurut ulama (imam al-Ghazali dalam Bidayah al-Hudayah), di akhirat sana Allah tdk akan bertanya apakah kita sudah menghujat Iblis, tetapi kenapa kita menghujat sesama manusia?. 

... Bahkan seandainya pun kau tidak pernah mengutuk Iblis sepanjang hidupmu, dan tidak menyebutnya sekalipun, engkau pun tidak akan ditanyai dan tidak akan dituntut oleh Allah nanti di hari kiamat. Tetapi jika kau pernah mengutuk seseorang makhluk Allah, kelak kau akan dituntut (pertanggung jawabannya oleh Allah SWT)

Oleh karenanya hamba Allah harus baik dlm menggunakan lisan ini agar tdk menimbulkan ketidakridhaan Allah dan konsekuensi buruk. 

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam (HR Bukhari dan Muslim)

Diskusi tersebut saya pungkas dgn pembahasan tentang pembelajaran mesin. Saya berpendapat bahwa di masa depan, saat manusia mengendalikan kualitas mesin dgn ketat, mesin akan tampil sebagai contoh perilaku baik bagi manusia. Di masa lalu, manusia menarik mesin yg berperilaku buruk sebagai akibat interaksinya dgn perilaku buruk manusia di media sosial. Hal tsb menunjukan kecenderungan manusia utk menjadikan mesin sebagai karya ciptanya yg bermanfaat bagi umat manusia, mesin sebagai cerminan manusia yg rahmatan lil alamin. 

Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam (QS al-Anbiya: 107)

#BiografiCahyana

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya