Memandu praktikan agar mengikuti prosedur dgn benar dan membenarkan prosedur yg keliru merupakan tindakan yg perlu dilakukan oleh instruktur dalam kegiatan praktikum atau pelatihan. Biasanya ia dibantu oleh asisten saat jumlah praktikannya banyak.
Tantangan yg saya hadapi saat menjadi instruktur dlm pelatihan di Sumedang hampir sama dgn pengalaman sebelumnya di Cimahi dan Sukabumi, yakni ketiadaan asisten dan kemampuan TIK dasar peserta yg beragam. Semakin banyak peserta, kegiatan memandu semakin melelahkan. Oleh krn nya saya memikirkan cara terbaik utk efisiensi tindakan agar tdk terlalu lelah.
Awalnya saya memandu peserta pelatihan dgn kecepatan yg ditakar sendiri. Kecepatannya dikurangi setelah peserta meminta utk memperlambat panduan. Namun ternyata ada peserta yg memerlukan kecepatan lebih lambat, bahkan perlu pengulangan prosedur. Hal tsb dapat membuat waktu penyampaian materi tdk sesuai dgn rencana waktu pembelajaran. Oleh karenanya, saya mulai menerapkan strategi yg terbukti efektif di Sukabumi, yakni mengelompokan peserta dan menjadikan peserta yg lebih dahulu menyelesaikan prosedur sebagai pemandu bagi teman kelompoknya.
Strategi pemanduan tsb membuat saya dapat lebih banyak duduk utk berfokus pada tugas mendemontrasikan pelaksanaan prosedur. Saya tdk akan beranjak bila ada peserta yg kesulitan mengikuti prosedur, kecuali tdk ada satupun anggota kelompoknya yg dapat membantu. Ini seperti level dukungan teknis yg diawali dgn menunjukan prosedur atau manual sebagai solusi masalah, kemudian memandu bila cara sebelumnya tdk berhasil, dan mendemonstrasikan bila cara sebelumnya tdk berhasil. Sesekali saya berkeliling dan memberikan pujian kepada semua peserta yg berhasil menjalankan prosedur. Dgn demikian, saya dapat menggunakan energi lebih efisien, tdk terlalu lelah, dan kegembiraan atau semangat pada diri peserta tetap hadir.
Mengelola energi itu penting agar kita dapat mempertahankan senyuman. Instruktur harus selalu nampak bahagia saat menyampaikan materi. Semakin bisa menghemat energi, semakin kita dapat menahan emosi saat berhadapan dgn peserta yg lambat dlm memahami dan mengikuti prosedur. Kesadaran akan kondisi peserta yg awam juga dapat menjadi alasan yg masuk akal utk meredakan letupan kecil emosi di dalam hati.
Pendekatan Peer to Peer (P2P) Learning, di mana peserta saling mengajarkan atau berbagi pengetahuan merupakan pendekatan yg baik. Peserta yg mengajar atau membantu menyelesaikan masalah peserta lainnya akan memperoleh pemahaman yg lebih baik dan menemukan pengetahuan baru dari masalah yg ada. Pengalaman tsb sebagaimana keterampilan yg terus menerus digunakan, lebih mudah terekam di memori utk waktu yg lama.
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya