Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Diselenggarakan mulai tahun 1991 dan bernaung di bawah Yayasan Al-Musaddadiyah.

Program Studi Teknik Informatika

Berdiri pada tanggal 30 Juni 1998.

Rinda Cahyana

Dosen PNS yang diperbantukan di Sekolah Tinggi Teknologi Garut sejak tahun 2005

Senin, 30 Juni 2025

Jejak Pengabdian Rinda Cahyana

Menutup tahun akademi 2024/2025, evaluasi diri dengan Gemini, Jejak Pengabdian Rinda Cahyanasebuah buku yang mendokumentasikan perjalanan dan kontribusi Rinda Cahyana sebagai seorang dosen PNS di Institut Teknologi Garut dan aktivis Relawan TIK.

Buku ini merupakan hasil riset Gemini yang menceritakan Rinda Cahyana sebagai pendidik, peneliti, dan pengabdi yang mengintegrasikan keahlian akademis dengan peran aktif sebagai Relawan TIK, bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dan memberdayakan komunitas melalui TIK.

Kiprah sebagai Pendidik dan Peneliti: Menjelaskan profil akademik Rinda Cahyana, termasuk jabatannya sebagai dosen di Institut Teknologi Garut, latar belakang pendidikan Magister Informatika, dan statusnya sebagai mahasiswa doktoral di ITB. Dokumen ini juga merinci fokus penelitiannya yang relevan dengan tantangan digital kontemporer, seperti deteksi ujaran kebencian otomatis, literasi digital, smart village, pemanfaatan TIK untuk UMKM, dan teknologi pariwisata. Disebutkan pula 85 publikasinya yang mencerminkan kontribusi pada ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Kiprah Pengabdian sebagai Relawan TIK: Menguraikan perjalanan Rinda Cahyana dari pendiri Komunitas TIK Garut (yang meraih penghargaan sebagai "Komunitas TIK terbaik se-Jawa Barat"), hingga menjadi Ketua Komunitas TIK Jawa Barat, dan kemudian memimpin Bidang Pengembangan SDM dan Penelitian di kepengurusan nasional Relawan TIK periode 2024-2028. Bagian ini juga memperkenalkan filosofi "Isme Relawan" dan "Filosofi Radio" yang dianutnya, serta program dan inisiatif utama Relawan TIK di bawah kepemimpinannya, seperti GNLD, respons COVID-19, akses digital, pengembangan digital pedesaan, pemberdayaan pemuda, penanggulangan bahaya digital, dan adopsi teknologi keuangan.

Kolaborasi, Penghargaan, dan Pengaruh: Menyoroti jaringan kolaborasi Rinda Cahyana dengan pemerintah (lokal dan internasional), institusi akademik, serta komunitas dan industri. Dokumen ini juga menyebutkan penghargaan yang diterima Komunitas TIK Garut dan pengakuan selama Festival Literasi Digital Jawa Barat 2021 sebagai bukti dampak kepemimpinannya. Pengaruhnya dalam ekosistem TIK dan literasi digital nasional juga dijelaskan, terutama dalam menjembatani kesenjangan antara pengetahuan teoretis dan kebutuhan komunitas.

Visi Masa Depan dan Warisan Pengabdian: Mengemukakan visi Rinda Cahyana untuk masa depan TIK dan pengabdian masyarakat yang berfokus pada literasi dan keamanan digital, pertumbuhan strategis kerelawanan, serta integrasi mendalam antara penelitian dan praktik. Warisannya digambarkan sebagai model teladan "akademisi-aktivis" yang telah menanamkan kerelawanan dan keterlibatan komunitas dalam struktur akademik, serta berperan penting dalam memajukan literasi digital dan pengembangan TIK berbasis komunitas di Indonesia.

Secara keseluruhan, dokumen ini menggambarkan Rinda Cahyana sebagai figur sentral yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam transformasi digital Indonesia melalui perpaduan keahlian akademis, penelitian terapan, dan pengabdian masyarakat yang berdedikasi.

Kamis, 26 Juni 2025

Berdamai Karena Nya

Merasa marah atas sikap seseorang yg buruk adalah hal manusiawi. Tuhan memahami kondisi ciptaan Nya, sehingga memberi kesempatan hingga tiga hari bagi hamba Nya utk bergulat dgn perasaan tersebut.

"Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari. Barangsiapa menjauhinya lebih dari tiga hari hingga meninggal dunia, maka ia akan masuk neraka." (HR Abu Dawud)

Tidak terbayang betapa meruginya mereka yg berseteru bila harus masuk neraka sebagai akibat dosa yg menggunung dan tdk Allah ampuni. Mereka saling memutuskan hubungan silaturahmi, maka Allah memutuskan hubungan dgn mereka dan tdk lagi berkenan menghapus dosa mereka. 

"Pada setiap hari senin dan Kamis seluruh amal perbuatan diperlihatkan dan diperhitungkan. Maka, Allah mengampuni bagi setiap orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, kecuali seorang yang saat itu sedang ada perseteruan antara ia dengan saudaranya. Kemudian Allah berfirman, 'Tinggalkan kedua orang ini sampai keduanya saling berbaikan.'" (HR Muslim)

Bagaimana Allah tdk demikian. Hamba Nya lebih memilih taat kpd perasaannya dari pada kepada Allah, sementara Allah tdk suka diduakan dlm ketaatan. Saking tdk sukanya, Allah mengecualikan hamba tsb dalam ampunan sebagaimana orang yg menyekutukan Nya. 

Pilihan berdamai atau bermusuhan ada di dalam diri setiap orang. Pilihan itu tdk ada pada orang lain, sehingga tdk perlu menuntutnya. Siapapun yg ingin memperbaiki hubungannya dgn Allah, ia harus bersegera mentaati Nya dgn meredakan marah dan memafkan saudaranya. Setelah ketaatan itu, saudaranya akan berbalik menjadi baik. Sejatinya Allah sedang mengganjar upaya perbaikan itu dgn kebaikan tersebut.

Imam Ali k.w. berkata: “Barang siapa telah memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan orang lain, dan barang siapa telah memperbaiki urusan akhiratnya, maka Allah akan memperbaiki urusan dunianya.”

#persepsicahyana

Memahamkan Anak

Malam itu di selasar toko, si kecil merengek ingin membeli sesuatu. Hampir saja dia menangis. Kemudian saya memeluk dan membisikan ke telinganya berkali-kali, alasan kenapa ia tidak bisa membeli apa yg diinginkannya saat ini. Ia pun berhenti merengek dan mulai membicarakan objek lain dengan wajah ceria. 

Hal tersebut menunjukan si kecil menerima alasan dan percaya kepada ayahnya. Dari respon tersebut saya memahami bahwa menghentikan keinginan anak cukup dengan memahamkan dan membangun kepercayaan dalam suasana hangat, tidak perlu memberinya ancaman hilang kasih sayang.

#biograficahyana

Minggu, 22 Juni 2025

Tetap Tenang dengan Penuh Adab

Allah SWT berfirman, "Jika hamba-Ku berniat mengerjakan kebaikan, maka Aku menuliskan baginya satu kebaikan selagi ia tidak mengerjakannya. Jika ia sudah mengerjakannya, Aku menuliskan baginya sepuluh kali kebaikannya itu ..." (HR. Muslim)

Terkadang perolehan kebaikan yg berlipat dari mengerjakan niat baik terhalang oleh kelemahan diri dan hambatan lingkungan, dan diri ini tdk puas dgn perolehan satu kebaikan dari niat baik. Hal tsb menimbulkan kegelisahan. Seandainya mampu beradab, tentunya kegelisahan itu terhapus oleh rasa syukur.

Keyakinan bahwa nikmat kebaikan, derajat, atau pahala yg banyak lebih baik dari pada sedikit datangnya dari ilmu. Mensyukuri nikmat yg sedikit dgn rasa rendah hati/tawadhu datangnya dari adab. Ilmu tanpa adab tiadalah artinya, tdk akan membuat jiwa merasa tentram.

Bila diberi nikmat berniat baik oleh Allah, lalu hati gelisah krn selalu terhalang utk mewujudkannya, hal tsb timbul krn ketidakadaban. Seharusnya dapat bersyukur, ada banyak hamba Nya yg tdk diberi niat baik. Seharusnya bersikap tawadhu, boleh jadi pemberian itu bukan krn layak diberi tapi krn layak dikasihani. 

Diberi nikmat niat baik saja sudah luar biasa. Tinggal memohon kpd Allah agar diberikan kelayakan utk menerima pahala berlipat, hasil dari mengerjakan niat baik, tdk perlu gelisah. Bila Allah sudah membuat diri layak, niat baik akan dapat terwujud. 

Tdk perlu gelisah dgn karunia amal yg sedikit, tetaplah beradab kpd Allah, krn derajat orang yg beramal banyak dapat dicapai dgn akhlak yg baik. Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat dengan sebab akhlaknya yang luhur (HR. Ahmad). Berbuat baik sedikit dgn tetap bersikap sopan pada Nya jauh lebih baik dari pada berbuat banyak tetapi tdk sopan kepada Nya. 

#ratisejiwa #persepsicahyana

Jumat, 13 Juni 2025

Cara Cinta


Orang tua biologis/kandung atau ideologis/guru, menasihati atau mengarahkan anaknya dgn beragam cara, mulai dari cara yg lembut hingga keras, dgn perkataan atau tindakan fisik. Cara itu diingat oleh anak dan diikuti krn orang tua adalah figur.  Oleh krn nya dikatakan, anak adalah cerminan orang tuanya. 

Saat ada seseorang yg berbuat salah atau dlm posisi bahaya,  ia akan menasihati atau mengarahkan dgn cara orang tuanya. Utk kesalahan yg tdk seberapa, mungkin ia akan menggunakan cara yg lembut sebagaimana contoh orang tuanya. Utk kesalahan yg berbahaya, mungkin ia akan menggunakan cara yg lebih keras sebagaimana contoh orang tuanya. 

Boleh jadi bagi mereka yg orang tuanya berbeda,  cara tsb dipandang berlebihan atau bahkan dipandang terlalu lembek. Tetapi dlm lingkungan keluarga yg menganut cara tsb, tdk ada yg terbukti ampuh bagi anggota keluarga melainkan cara tersebut. 

Bagi anak yg merupakan anggota keluarga, menganggap cara tsb bukan ekspresi cinta, sama dgn menuduh orang tua melakukan cara itu bukan atas dasar cinta. Padahal tdk ada orang tua yg mencubit, memarahi, atau bahkan memukul krn kesalahan anaknya, melainkan dasarnya adalah cinta. Hadirnya emosi yg membuat caranya menjadi keras adalah manusiawi, selama terkendali. Seseorang akan membiarkan orang lain berbuat salah, tdk menasihatinya, bila sudah tdk punya cinta atau perhatian. 

Bagi anak yg bukan merupakan anggota keluarga, menyalahkan cara tsb sama dgn membanding-bandingkan orang tua atau keluarga. Pembandingan yg tdk perlu krn setiap orang tua atau keluarga punya kekurangan dan kelebihan. Pembandingan yg tdk perlu krn kondisi keluarga pasti berbeda, sehingga tdk bisa menggunakan cara yg sama. Mungkin di satu keluarga cukup dgn nasihat lembut, tetapi tdk di keluarga lain yg terbiasa dgn nasihat keras. 

Titik temu di antara cara yg beragam adalah cinta. Apapun cara yg dipilih oleh seorang anggota keluarga utk anggota keluarga lainnya, dasarnya adalah cinta yg diajarkan oleh orang tua. Orang tua mendapatkan pengajaran cinta itu dari orang tuanya, demikian seterusnya sampai leluhurnya. Anak-anaknya mengajarkan cara berdasar cinta itu kpd anak-anaknya lagi, demikian seterusnya sampai keturunannya ke bawah. 

Perubahan cara sangat mungkin terjadi saat dua keluarga disatukan oleh pernikahan, di mana suami dan istri saling berbagi cara dan menyempurnakan. Perubahan juga sangat mungkin terjadi bila ada revisi dari orang tua lainnya (guru). Tetapi bukan berarti cara lama yg ditinggalkan layak dijelekkan secara mutlak. Bagaimana pun, cara lama itu telah digunakan utk kebaikan. 

Melihat cara yg dipraktekan orang tua sebagai cinta adalah tantangan tersendiri bagi anak. Terkadang rasa sakit karena tercegah dari keinginan menjadi hijaban utk melihat cinta tsb. Terlebih melihat cinta dlm cara orang tua yg dipraktekan oleh orang lain. Tantangannya menjadi lebih besar krn bukan orang tua yg melakukannya, sekalipun orang tsb sedang mempraktikan amal cinta orang tuanya. 

Beruntung bagi anak yg berhasil melihat cinta. Cara orang tuanya yg atas dasar cinta, saat dipraktekan oleh saudaranya atau orang lain, ia tetap memahaminya sebagai cinta krn kesamaan cara. Ia bisa membedakan cara penjahat yg tdk atas dasar cinta dgn orang tua atau saudara yg atas dasar cinta. 

Beruntung bila rasa cinta itu terjaga dan keyakinan atas cinta sebagai dasar tindakan tdk sirna. Karena dgn rasa dan keyakinan itu, rasa bahagia akan muncul saat cara itu menghampirinya. Ia akan sangat berterima kasih bila masih diperhatikan dgn cara yg diwariskan dari orang tua atau leluhur yg dicintainya. 

#persepsicahyana