Allah SWT berfirman, "Jika hamba-Ku berniat mengerjakan kebaikan, maka Aku menuliskan baginya satu kebaikan selagi ia tidak mengerjakannya. Jika ia sudah mengerjakannya, Aku menuliskan baginya sepuluh kali kebaikannya itu ..." (HR. Muslim)
Terkadang perolehan kebaikan yg berlipat dari mengerjakan niat baik terhalang oleh kelemahan diri dan hambatan lingkungan, dan diri ini tdk puas dgn perolehan satu kebaikan dari niat baik. Hal tsb menimbulkan kegelisahan. Seandainya mampu beradab, tentunya kegelisahan itu terhapus oleh rasa syukur.
Keyakinan bahwa nikmat kebaikan, derajat, atau pahala yg banyak lebih baik dari pada sedikit datangnya dari ilmu. Mensyukuri nikmat yg sedikit dgn rasa rendah hati/tawadhu datangnya dari adab. Ilmu tanpa adab tiadalah artinya, tdk akan membuat jiwa merasa tentram.
Bila diberi nikmat berniat baik oleh Allah, lalu hati gelisah krn selalu terhalang utk mewujudkannya, hal tsb timbul krn ketidakadaban. Seharusnya dapat bersyukur, ada banyak hamba Nya yg tdk diberi niat baik. Seharusnya bersikap tawadhu, boleh jadi pemberian itu bukan krn layak diberi tapi krn layak dikasihani.
Diberi nikmat niat baik saja sudah luar biasa. Tinggal memohon kpd Allah agar diberikan kelayakan utk menerima pahala berlipat, hasil dari mengerjakan niat baik, tdk perlu gelisah. Bila Allah sudah membuat diri layak, niat baik akan dapat terwujud.
Tdk perlu gelisah dgn karunia amal yg sedikit, tetaplah beradab kpd Allah, krn derajat orang yg beramal banyak dapat dicapai dgn akhlak yg baik. Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat dengan sebab akhlaknya yang luhur (HR. Ahmad). Berbuat baik sedikit dgn tetap bersikap sopan pada Nya jauh lebih baik dari pada berbuat banyak tetapi tdk sopan kepada Nya.
#ratisejiwa #persepsicahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya