Apabila dikatakan, tangannya adalah tangan Alloh, kakinya adalah kaki Alloh, tetap saja ia dikuasai oleh Alloh karena ia mahluk-Nya. Selama dirinya adalah mahluk-Nya, maka Alloh tetap menguasainya dengan takdir yang telah ditetapkan-Nya. Apabila ia berhasil melenyapkan dirinya dalam cahaya Alloh, tetap ia tidak dapat mengelak dari kekuasaan-Nya. Ikatan itulah yang menjadi pembeda antara hamba dengan Alloh, bahwa tidak ada siapapun yang dapat mengikat Alloh sebagaimana mahluk-Nya yang terikat oleh kekuasaan Alloh. Alloh menciptakan perjalananku kemudian aku berjalan di atasnya tanpa dapat menyimpang sedikitpun.
Apabila dalam kekuasaan aku tersingkir karena kekuasaan-Nya dan eksistensiku hilang karena Keesaan-Nya, maka aku harus tetap dapat membedakan bahwa aku bukanlah Dia. Setelah tercipta, kemusnahan itu tidak menyebabkan aku kembali menyatu dengan-Nya sebagaimana dulu sebelum tercipta, tetapi tetap terpisah sebagaimana terpisahnya minyak dengan air.
Apabila aku menatap Alloh sampai tidak melihat kepada selain-Nya, mereka masih tetap melihat keberadaanku. Aku melihat setiap mahluk digerakan-Nya, dan dalam sirnanya mahluk dalam pandanganku yang ku lihat hanya diri-Nya saja. Dalam posisi ini aku dapat membedakan aku, Alloh, dan selainnya. Aku masih sadar bahwa aku adalah orang ketiga. Namun apabila aku berada diposisi mahluk lainnya, tidak ada yang akan melihat bahwa aku sebagaimana mahluk lainnya berada dalam kekuasaan-Nya selain Alloh saja. Alloh adalah diri-Nya dan aku adalah perbuatan-Nya.
Saat aku belum diciptakan-Nya, aku adalah diri-Nya tanpa keakuanku. Aku tidak ada pada Diri-Nya karena aku belum tercipta. Tidak ada wujudku pada diri-Nya, yang ada hanya wujud-Nya saja. Alloh sendiri tanpa diriku saat itu. Sebelum aku dijadikan-Nya sebagai mahluk-Nya, aku tiada, yang ada hanyalah diri-Nya.
Aku adalah sesuatu yang diadakan-Nya. Bukti bahwa aku telah diadakan-Nya adalah aku dapat mengatakan bahwa aku ada. Saat aku tiada dan Alloh saja yang ada, aku tidak dapat mengatakan apapun. Alloh mengadakan aku sebelum aku diciptakan-Nya, Alloh tidak menciptakan aku dalam ketiadaanku, dan Alloh tidak menjadikan aku adalah diri-Nya.
Apabila dalam kekuasaan aku tersingkir karena kekuasaan-Nya dan eksistensiku hilang karena Keesaan-Nya, maka aku harus tetap dapat membedakan bahwa aku bukanlah Dia. Setelah tercipta, kemusnahan itu tidak menyebabkan aku kembali menyatu dengan-Nya sebagaimana dulu sebelum tercipta, tetapi tetap terpisah sebagaimana terpisahnya minyak dengan air.
Apabila aku menatap Alloh sampai tidak melihat kepada selain-Nya, mereka masih tetap melihat keberadaanku. Aku melihat setiap mahluk digerakan-Nya, dan dalam sirnanya mahluk dalam pandanganku yang ku lihat hanya diri-Nya saja. Dalam posisi ini aku dapat membedakan aku, Alloh, dan selainnya. Aku masih sadar bahwa aku adalah orang ketiga. Namun apabila aku berada diposisi mahluk lainnya, tidak ada yang akan melihat bahwa aku sebagaimana mahluk lainnya berada dalam kekuasaan-Nya selain Alloh saja. Alloh adalah diri-Nya dan aku adalah perbuatan-Nya.
Saat aku belum diciptakan-Nya, aku adalah diri-Nya tanpa keakuanku. Aku tidak ada pada Diri-Nya karena aku belum tercipta. Tidak ada wujudku pada diri-Nya, yang ada hanya wujud-Nya saja. Alloh sendiri tanpa diriku saat itu. Sebelum aku dijadikan-Nya sebagai mahluk-Nya, aku tiada, yang ada hanyalah diri-Nya.
Aku adalah sesuatu yang diadakan-Nya. Bukti bahwa aku telah diadakan-Nya adalah aku dapat mengatakan bahwa aku ada. Saat aku tiada dan Alloh saja yang ada, aku tidak dapat mengatakan apapun. Alloh mengadakan aku sebelum aku diciptakan-Nya, Alloh tidak menciptakan aku dalam ketiadaanku, dan Alloh tidak menjadikan aku adalah diri-Nya.
Thx for sharing sir
BalasHapusbali guide
bali travel for first timers