Perjalanan santri Ciamis ke Jakarta untuk mengikuti dzikir bersama ini mengingatkan ku akan kebiasaan di masa muda dulu setiap bulan Ramadhan baik sendirian atau bersama kawan Generasi Muslim al-Muhajirin (GMA) di Subang.
Masih teringat di masa lalu pada bulan Ramadhan aku pernah bertekad untuk menghabiskan waktu puasa hingga berbuka dengan berjalan kaki, dan akan berhenti untuk melaksanakam salat Dzuhur di masjid Ghafarana dan salat Ashar di masjid SMAN 1 Garut. Saat itu liburan panjang kampus Sekolah Tinggi Teknologi Garut yang kebetulan bertepatam dengan bulan suci Ramadhan. Dan tekad itupun dilakukan, di tengah teriknya matahari yg kala itu aku masih terbiasa dengan panasnya.
Saat waktu Ashar tiba seperti yg telah direncanakan aku melaksanakan salat di masjid almamater, sambil mengenang kegiatan dulu di sana baik sendirian ataupun bersama teman sekelas seperti Andin dan Eko. Saat bersekolah dulu di sana aku sering menyempatkan setiap hari bersama beberapa teman kelas untuk melaksanakan salat Duha, sampai terasa panggilannya seperti salat wajib saja. Istirahat kedua sering ku habiskan dengan membaca buku agama di perpustakaannya. Ingatan ke masa lalu itu membuat ku merasa senang bisa berkunjung ke sana lagi.
Nampak di sana ada kumpulan remaja masjid. Akupun menyapa dan memperkenalkan diri sebagai alumni di sana. Rupanya perbincangan tersebut menarik bagi salah seorang remaja masjid di sana sehingga kami diskusi soal keagamaan lumayan lama. Aku lupa siapa namanya, namun ku lihat ia begitu antusias menyimak apa yg biasa kami selaku kakak kelasnya lakukan di masjid tersebut.
Perjalanan di bulan Ramadhan ini merupakan salah satu kegiatan yg pernah diselenggarakan oleh GMA, di mana aku saat itu masih duduk di bangku SMA. Malam itu kami semua berkumpul dan membawa obor. Barisan putera berbaris paling depan, sementara puteri di belakang. Kami semua menembus gelapnya malam, masuk ke dalam hutan seraya mengumandangkan dzikrullah. Ini mirip kegiatan kepramukaan. Wajarlah karena saya dan beberapa pengurus, seperti mas Muriyanto dan teh Siti Rodiah adalah aktivis Pramuka.
Rupanya rombongan kami ini membuat warga di tengah hutan keluar. Walau demikian mereka menyambut kami dengan baik. Malam itu kami menghabiskan malam di sebuah masjid.
Dalam kesempatan Ramadhan lainnya kami lakukan di waktu siang hari. Rutenya sama, melalui jalan ke dalam hutan dari TPU dan melintasi sungai hingga keluar dari BTN Ciheuleut. Seperti dulu di sepanjang jalan kami melantunkan dzikrullah. Di tengah perjalanan kami beristirahat di masjid kampung.
Ingat saat itu saya menyempatkan diskusi dengan Nursadiah Siti Mariam, salah satu pengurus lembaga pendidikan dan dakwah. Dia menanyakan tentang sesuatu yang entah kenapa jawaban yang ku temukan di dalam benak ini selalu memiliki tiga cabang, di mana setiap cabangnya bercabang lagi. Hal tersebut memberi banyak pengetahuan baru sehingga hari itu memberikan manfaat yang banyak.
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya