Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Jumat, 31 Juli 2020

Nalar di Pusaran Rasa


Nalar itu kalau lihat Kamus Besar, maknanya aktivitas yg memungkinkan seseorang berfikir logis. Bernalar artinya berfikir logis. Menguji kelogisan pernyataan seseorang itu cukup dgn cara membawanya ke alam realita, membebaskannya dari belenggu rasa apapun (suka atau benci). Belenggu rasa bisa membuat kita tdk bernalar; seperti misalnya cinta atau benci yg membuat kita buta tuli.

Menjadi bernalar bagi pencari kebenaran itu sejatinya tdk perlu dipengaruhi oleh keberpihakan nalar. Hanya orang sombong yg berpaling dari semua nalar yg tdk sesuai dgn kecenderungannya. Orang yg sombong itu berpaling dari kebenaran yg ia tdk cenderung kpd nya. Orang dgn tipikal demikian bisa membangun nalarnya di luar alam realita sebab perasaan yg membelenggunya berada di alam lain.

Mari kita uji nalar kita dgn realita. Bila vaksin Covid-19 dari negara Cina berhasil diproduksi Indonesia, Banglades, Brasil, Uni Emirat Arab, atau negara lainnya, maka vaksin tsb tersedia bagi umat manusia, khususnya mereka yg berada di mana vaksin itu telah disesuaikan dgn kondisi lokal, sekalipun di awal produksinya ada skala prioritas bagi tenaga medis. Manusia dapat memilih utk mencoba produk vaksin tsb sehingga menjadi kebal; atau seperti sekarang ini dgn membiarkan dirinya terpapar virus dan menjalani pengobatan hingga sembuh. Manusia yg mencoba vaksinnya bisa siapa saja, tdk perlu mengaku pendukung siapa, atau paling mengaku apa. Apakah penjelasan tsb tdk cukup logis bagi mereka yg merasa telah bernalar?

Vaksin disediakan utk kepentingan kemanusiaan bukan politik. Di manakah nalar orang yg membawa urusan kemanusiaan ini menjadi komoditas politik, membelakangi kemanusiaan demi memperturutkan kecenderungan / hawa nafsu politis partisannya? Hanya dgn membebaskan diri dari hawa nafsu politis partisan saja kita bisa melihat kehinaan pernyataan yg meletakan kemanusiaan di bawah hawa nafsu tsb.

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya