Maghrib itu laju kendaraan saya terhenti di perempatan jalan Proklamasi karena lampu lalu lintas menyala merah. Seorang anak mengunjungi beberapa kendaraan di depan saya utk meminta uang. Nampak seorang bayi dibawa sertanya. Tadinya saya mau membuka kaca mobil utk mengekspresikan sikap "protes" atas tindakan anak tsb, tetapi anak itu tdk melewati kendaraan saya.
Beberapa hari sebelumnya, ada seorang ibu yg mengenakan jas hujan sambil membawa bayi di sisi perempatan lainnya. Saat itu memang sedang hujan. Ibu itu menghampiri utk meminta uang. Saya tdk memberinya krn tdk ingin menjadi orang yg mendukung bayi dibawa2 seperti itu, apapun alasan ibu tsb.
Di tempat lain, tepatnya di depan ATM pinggir hotel Alamanda, seorang ibu duduk di trotoar sambil menggendong bayi saat malam hari. Di pinggirnya ada karung yg entah berisi apa. Saya jadi teringat seorang ibu yg selalu duduk di atas trotoar dekat jembatan Cimanuk sambil mengais bayi setiap kali lewat ke sana saat malam hari.
Lepas dari pengalaman tersebut, jauh sebelum heboh pemberitaan ttg bayi yg dicat, saya sudah lama merasa muak dgn eksploitasi bayi oleh orang dewasa utk mencari uang di jalanan. Saya tdk pernah akan mendukungnya, sehingga tdk ingin memberinya uang. Seorang peminta-minta yg membawa bayi tdk membuat saya iba, tetapi membuat saya muak. Bayi itu bukan alat utk mencari uang, tetapi sosok rentan yg harus dijaga kesehatannya. Apakah ada yg juga merasa muak seperti saya?
#BiografiCahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya