Alhamdulillah, akhirnya dua mahasiswa yg saya bimbing dapat mengikuti wisuda tahun ini. Salah satu di antaranya memiliki IPK di atas 3.8 yg bila saja tepat waktu akan menjadi lulusan dgn predikat Cum Laude. Saya yakinkan dirinya bahwa bekal terpenting di dunia nyata itu bukan predikat tsb, tetapi apa yg bisa dia lakukan dgn gelar akademik yg dimilikinya sekarang.
Mungkin ada banyak mahasiswa sarjana yg begitu senang karena mendapat tambahan gelar akademik di belakang namanya, hal yg tdk pernah diperoleh selama menempuh pendidikan dari jenjang dasar. Seandainya mereka tdk tahu konsekuensi dari gelar tsb, mereka tdk akan pernah menjadikan gelar sebagai tujuan studinya, tetapi manfaat dari proses studi yg dijalaninya. Imam al-Ghazali dlm Ayyuhal-Walad menganggap tujuan belajar utk mendapatkan gelar sebagai motif tercela.
Gelar akademik adalah pengakuan terpenuhinya kompetensi sesuai jenjang dlm bidang ilmu yg dipelajari. Setiap mahasiswa yg menyandang gelar tsb harus menunjukan manfaat nyata dari kompetensi tsb. Kompetensi yg dapat ditunjukannya sepanjang manfaat yg dipetiknya dari proses studi. Tentunya tdk harus semua bisa dikuasai, tetapi setidaknya ada satu yg dikuasai mendalam sesuai pilihan topik penelitiannya. Sayangnya, sejumlah wisudawan yg merasa senang dgn gelar tsb tdk mampu menunjukannya di dunia nyata krn selama ini ia bersandar pada hasil pekerjaan teman kuliahnya atau alumni.
Oleh karenanya saya memberi nasihat kepada mahasiswa tingkat satu yg saya ajar pada semester ini agar mereka tdk menjadikan gelar dan status sosial sebagai tujuan. Mereka harus fokus pada setiap manfaat yg diperoleh dari proses studinya. Tdk perlu terlalu memikirkan nilai, sebab proses tdk akan mengkhianati hasil, dan tiada guna nilai baik bila diperoleh bukan hasil jerih payah sendiri. Mereka harus mengerjakan semampunya dgn hasil akhir atau nilai seberapapun. Hasil atau nilai itu bahan evaluasi yg penting dlm upaya pembangunan diri. Evaluasi tdk bisa dilakukan bila hasil atau nilai itu tdk murni upayanya.
Apabila mereka berhasil membangun diri, masyarakat akan merasakan manfaat kehadiran mereka dlm masalah sesuai kompetensi dan bidang yg tercermin dari gelar akademiknya. Kompetensi dlm diri ini yg lebih penting dari gelar. Mahasiswa yg merasa kompetensinya masih perlu berkembang akan bersikap tawadhu dan tdk menyebut-nyebut gelar akademiknya. Mahasiswa yg beriman akan senantiasa insyaf bahwa gelar terpenting itu di sisi Allah dan hanya utk dilihat oleh Allah, yakni taqwa yg diejawantahkan dlm pribadi baik yg banyak memberi manfaat bagi umat manusia. Bila gelar terpenting saja tdk utk dibanggakan kpd manusia, apalagi gelar keduniaan.
#BiografiCahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya