Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Rabu, 18 Desember 2019

Kondisi yang Lebih Buruk dari Setan

Sumber gambar anonim dari media sosial

Beberapa waktu yang lalu, ada kejadian viral di media sosial yang membuat pandangan ini menjadi lebih terbuka lebar melihat keberadaan kelompok takfiri yang semangat berislamnya berlebih, namun defisit ilmu, suka mengkafirkan dan mencaci maki sesama muslim. Salah satu media masa merilis video di media sosial yang menanyangkan kronologis kejadiannya sebagai berikut:


  
Ada banyak komentar netizen di media sosial terkait kejadian tersebut. Ada yang mendukung orang yang mempersekusi, dan ada juga yang mendukung orang yang dipersekusi. Tulisan ini saya buat tidak dengan maksud membela siapapun, tetapi mencoba untuk memahami salah satu komentar netizen yang mengatakan orang yang dipersekusi tersebut adalah setan sebab dianggap takut mengucapkan takbir.

Dasar dari komentar netizen tersebut adalah hadits Nabi SAW berikut ini:

إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ

“Apabila panggilan shalat (adzan) dikumandangkan maka setan akan lari sambil kentut hingga dia tidak mendengarkan adzan lagi” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menurut Syaikh Majdi Abdul Wahab al-Ahmad dalam Syarah Hisnul Muslim, kondisi setan tersebut disebabkan karena ketakutan. Setan tidak bisa menguasai dirinya dalam ketakutan tersebut sehingga saluran seni dan kotorannya terbuka. Sangat sering kita mendapatkan orang yang sangat ketakutan tidak bisa menahan diri sehingga terkencing-kencing.

Berdasarkan hadits tersebut, indikator capaian batin yang harus dipenuhi untuk mengidentifikasi seseorang sebagai setan adalah ketakutan dan menjauh dari Allah. Indikator capaian lahirnya adalah berhadas kecil. Menyimak dari video tersebut, orang yang dipersekusi sama sekali tidak mencapai dua indikator tersebut. Ia sama sekali tidak menjauhi Allah, apalagi sampai berhadas kecil. Orang yang dipersekusi menolak mengucapkan takbir yang dimintakan oleh orang yang mempersekusinya untuk membuktikan keislamannya bukan karena tidak bisa ber-takbir atau takut, tetapi karena adanya ilmu yang mencegahnya. Dikatakan olehnya kepada orang yang mempersekusinya, bahwa keislaman itu ditunjukan bukan oleh takbir tetapi oleh syahadatain. Ia mengatakan penjelasan tersebut dengan tenang, tidak seemosi orang yang mempersekusinya. Dengan demikian gugurlah tuduhan netizen yang mengatakan orang yang dipersekusi itu adalah setan, sebab tidak ada satupun indikator capaiannya yang terpenuhi. 

Indikator takut, bukan hanya menjadi pengenal setan, tetapi juga orang beriman. Hanya saja bedanya, setan dalam takutnya menjauhi Allah, sementara orang beriman dalam takutnya mendekati Allah. Indikator takutnya orang beriman adalah bergetar hati. Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanan mereka. Dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” (QS. al-Anfal: 2)

Imam Ibnu Katsir r.m. menjelaskan maksud dari ungkapan ‘bergetarlah hati mereka’ demikian: “Yaitu mereka merasa takut kepada-Nya sehingga mereka pun melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya.” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim 4/11)

Berbeda dengan setan yang ketakutannya sampai membuat dirinya tidak bisa menahan diri dan berhadas, orang beriman merasa tenang dalam ketakutannya karena mendekat kepada Allah.


الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ


"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. ar-Ra’du: 28).

Dari video tersebut kita menyaksikan bahwa di antara keduanya yang mengucapkan takbir hanyalah orang yang mempersekusi. Ucapan takbir adalah salah satu dari sekian banyak dzikrullah yang biasa diucapkan orang beriman.

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ. لاَ يَضُرُّكَ بَأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ.

Dari Samuroh bin Jundub, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ada empat ucapan yang paling disukai oleh Allah: (1) Subhanallah, (2) Alhamdulillah, (3) Laa ilaaha illallah, dan (4) Allahu Akbar. Tidak berdosa bagimu dengan mana saja kamu memulai” (HR. Muslim: 2137).

Tetapi indikator capaian orang beriman saat mengingat Allah adalah takut kepada Allah dan mendekat kepada Nya dengan memenuhi perintah Nya dan menjauhi larangan Nya dalam keadaan yang tenang. Kondiri orang yang mempersekusi sama sekali tidak demikian, ia mengucapkan takbir, tidak takut dengan takbir tersebut, namun menjauhi Allah. Penyebab ia menjauhi Allah adalah karena melanggar perintah dari Allah untuk menaati Rasul-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّـهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّـهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan kepada para pemimpin di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan RasulNya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisa: 59)

Perintah mana yang dilanggar orang yang mempersekusi tersebut? Dari video tersebut kita melihat beberapa pelanggaran, yakni tidak mau menyelesaikan perselisihan dengan mengembalikannya kepada Allah dan Rasul-Nya, malah mengkafirkan muslim, menyebut muslim dengan nama hewan. Padahal orang yang dipersekusi telah berusaha menghentikan perselisihan dengan menjelaskan syahadatain sebagai tanda keislaman sebagaimana yang disampaikan oleh baginda Nabi SAW,

الإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ ، وَتَحُجَّ البَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً .

“Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.” (penggalan HR. Muslim: 8)

Berikut ini dalil yang menjelaskan pelanggaran orang yang mempersekusi:

لاَ يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالفُسُوقِ، وَلاَ يَرْمِيهِ بِالكُفْرِ، إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ، إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ

“Janganlah seseorang menuduh orang lain dengan tuduhan fasik dan jangan pula menuduhnya dengan tuduhan kafir, karena tuduhan itu akan kembali kepada dirinya sendiri jika orang lain tersebut tidak sebagaimana yang dia tuduhkan.” (HR. Bukhari no. 6045)

سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

“Mencela seorang muslim adalah kefasikan (dosa besar), dan memerangi mereka adalah kekafiran.” (HR. Bukhari no. 48 dan Muslim no. 64)

Menurut imam an-Nawawi asy-Syafi’i r.m.,

ومن الألفاظ المذمومة المستعملة في العادة قوله لمن يخاصمه، يا حمار ! يا تيس ! يا كلب ! ونحو ذلك؛ فهذا قبيح لوجهين : أحدهما أنه كذب، والآخر أنه إيذاء؛ وهذا بخلاف قوله : يا ظالم ! ونحوه، فإن ذلك يُسامح به لضرورة المخاصمة، مع أنه يصدق غالباً، فقلّ إنسانٌ إلا وهو ظالم

“Termasuk di antara kalimat yang tercela yang umum dipergunakan dalam perkataan seseorang kepada lawannya (adalah ucapan), 'Wahai keledai!', 'Wahai kambing hutan!', 'Hai anjing!', dan ucapan semacam itu. Ucapan semacam ini sangat jelek ditinjau dari dua sisi. Pertama, karena itu ucapan dusta. Ke dua, karena ucapan itu akan menyakiti saudaranya".

Sampai di sini kita mengidentifikasi tiga indikator capaian yang menggambarkan jati diri seseorang: 1) Takut dan menjauh dari Allah; 2) Takut dan mendekat kepada Allah; dan 3) Tidak takut dan menjauh dari Allah. Indikator capaian batin yang pertama menggambarkan jati diri setan; yang kedua menggambarkan jati diri orang beriman; dan yang ketiga menggambarkan jati diri yang lebih buruk dari setan. Seseorang yang mengucapkan takbir atau membawa bendera berlafadz syahadatain atau kondisi lainnya yang serupa, bila tidak membuatnya tercegah dari melanggar perintah Allah atau Rasul Nya, maka kondisinya lebih buruk dari setan; sebab dzikrullah tidak menyebabkannya dirinya menjadi takut dan mendekati Allah.

Semoga Allah menjauhkan kita semua dari kondisi buruk, mengangkat kita dari kondisi buruk ke kondisi baik, menjadikan segala kejadian sebagai pelajaran yang bermanfaat, membantu kita untuk memperbaiki akhlak agar menjadi lebih saleh lagi. Amin. Nabi SAW bersabda,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi).




0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya