Kemarin ada seorang pria datang ke rumah dan meminta nasi utk anaknya. Saya lihat dia bersama istri dan anak-anaknya. Istri dan anak perempuannya bercadar, sementara dia dan anak laki-lakinya mengenakan pakaian khas tertentu. Kemudian saya meminta istri untuk segera menyajikan nasi dan lauk di ruang tamu.
Saya memanggil dia utk datang bersama keluarganya. Pria berlogat Jawa tersebut menceritakan musibah yg menimpanya. Tasnya yg berisi uang hilang diambil orang saat berada di kendaraan umum. Dia berniat pulang ke Solo dgn berjalan kaki atau menumpang truk. Saya pun iba mendengarnya, terlebih dia membawa anak kecil.
Setelah selesai salat Dzuhur, saya menghampirinya. Saya menawarkan bantuan, mengantarkannya dgn kendaraan. Saya berniat membelikan tiket bus utk mereka. Saya berkata, "Ikutlah dgn saya agar perjalanan pulangnya lebih ringan".
Tetapi pria itu menolak dan mengatakan hidangan nasi saja sudah sangat cukup. Saya mencoba meminta istrinya utk menjawab tawaran saya, tetapi istrinya tdk berkata apa-apa. Kemudian saya berkata, "Baiklah, setidaknya saya sudah menawarkan bantuan".
Sebenarnya secara alami, manusia akan cenderung pada kemudahan. Saat manusia berada dlm kesulitan dan melihat ada kemudahan, manusia akan melihatnya sebagai kemudahan dari Allah. Tetapi tdk semua orang terbiasa menerima sesuatu dari orang lain.
Saya bisa saja memaksanya utk menerima bantuan ini, terlebih saya mengharapkan kemudahan yg Allah janjikan bagi siapa saja yg memberi kemudahan bagi orang lain. Tetapi saya merasa khawatir paksaan itu malah menjadi kesulitan bagi dirinya, sehingga saya dgn berat hati membiarkannya berjalan bersama keluarganya.
#BiografiCahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya