Sewaktu kecil, saya selalu bertanya pada ortu, puasa tinggal berapa hari lagi?. Demikian pula dgn salat Tarawih, selalu bertanya berapa rakaat lagi. Kalau dipikir-pikir sekarang ini, kok seperti tahanan yg menghitung hari pembebasan.
Setelah dewasa, hari-hari mengalir begitu saja, sampai tdk terasa sdh berada di penghujung Ramadhan. Kewajiban puasa tdk terasa sebagai beban, tapi seperti kebiasaan salat Jum'at setiap minggu.
Beban pikiran muncul hanya dlm situasi harus memutuskan utk berbuka, seperti dua hari dlm Ramadhan ini saat gigi terasa sakit. Beban pikiran sirna begitu giginya dicabut, seperti Nabi yg tanpa beban melemparkan cincin saat khutbah krn dianggap mengganggu.
Walau terasa seperti hari biasa, namun keimanan dapat membuat hari-hari Ramadhan menjadi berbeda. Pahala berlipat, lailatul qadar, dan keutamaan lainnya adalah faktor yg membuat mukmin antusias menyambut Ramadhan dan berharap bertemu kembali. Namun, melewati Ramdhan dgn ikhlas walau tanpa antusias adalah rejeki yg tdk sedikit bila dibandingkan dgn muslim yg tdk tergerak utk berpuasa.
Semoga Allah menerima puasa ini, memaafkan segala kekurangan, mengampuni segala dosa, dan dipanjangkan usia, bukan krn cinta dunia, tetapi krn berharap rejeki ibadah bulan Ramadhan yg lebih baik lagi. Amin.
#BiografiCahyana
0 comments :
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya