Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Permendikbud 49/2014 Pasal 1:14)

Jumat, 05 April 2024

Jalan Kendali dan Kebaikan Diri

Kondisi terpenting dlm hidup saya adalah memisahkan diri sendiri dari dorongan sikap atau perilaku yg tdk penting atau buruk. Wajah ini harus dapat menatap terus ke depan dan tdk tergoda dgn kehadiran dorongan yg tdk penting dari sisi mana pun, sekalipun syahwat merengek agar dapat memperhatikannya. Harus terus diingat bahwa dorongan buruk itu senantiasa ada, "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang." (QS. Yusuf: 53)

Bila terus menerus dlm kondisi berpaling dari dorongan buruk, syahwat akan lelah dan tdk merengek lagi. Namun ia akan menatap dgn antusias bila mata mulai melirik sedikit pada dorongan tsb walau sesaat. Kewaspadaan sangat diperlukan, mengingat dikatakan oleh Nabi SAW dalam riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Nasaa-i bahwa Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa menghadap hamba Nya di dalam shalat, selama dia (hamba) tidak berpaling. Apabila dia memalingkan wajahnya, maka Allah pun berpaling darinya.

Di antara cara utk mencapai kondisi penting tersebut adalah dgn mengenakan hijab batin yg membatasi penglihatan wajah. Hijab tsb terwujud dari dzikr tanpa henti yg membuat pikiran selalu melihat kebaikan Allah atas segala sesuatu, sehingga mengucap syukur dlm rasa sakit sekalipun. Kebiasaan demikian hanya efektif dlm kondisi jiwa yg telah terpanggil utk melakukan disiplin keras semacam itu, di mana suara lain di dalam hati tereduksi oleh suara imaji dzikr dlm hati dan segala konsepnya. 

Hal tsb sebagaimana sabda Nabi SAW, "Saya perintahkan kepada kalian untuk berzikir kepada Allah yang banyak. Permisalan hal itu adalah sebagaimana seseorang yang musuhnya mengejarnya dengan cepat lalu dia mendapatkan benteng yang kokoh, dijadikannya benteng itu untuk tempat berlindung. Sesungguhnya seorang hamba lebih dapat terjaga dari setan jika dia dalam keadaan berzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla." (HR. Ahmad). Dan Allah SWT adalah sebaik-baiknya penjaga, sebagaimana firman Nya, "Aku akan bersama hamba-Ku selama ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak karena Aku.” (HR. Baihaqi & Hakim).

Cara lainnya yg lebih mudah adalah dgn mengosongkan pikiran dari selain urusan salat dalam salat dgn bersandar pd keyakinan bahwa Allah adalah penjaga terbaik dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang (QS. Yusuf: 64). Hidup ini juga tdk selamanya, boleh jadi maut kan menjemput saat salat tengah dikerjakan. Kondisi tsb menggabarkan penyerahan diri sepenuhnya kpd Allah, sebagaimana agama ini dinamakan. 

Kebiasaan tersebut memberikan kemampuan utk berpaling dari apapun yg dianggap tdk penting saat berada di luar salat, termasuk dari dorongan buruk, sehingga pada akhirnya tercapai manfaat salat yg disampaikan Allah dlm firman Nya, "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Ankabut: 45).

Selain itu, kondisi demikian membahagiakan hamba yg penuh dosa. Sebagaimana sabda Nabi SAW, "Barang siapa sholat dua rakaat, di dalamnya dia tidak berbicara sedikit pun dengan hatinya tentang urusan-urusan keduniaan, niscaya diampuni dosa-dosanya yang lalu." (HR. Ibn Abi Sya'ban).

Bila ingin memperoleh kemampuan fokus tsb dan juga kedekatan pada Tuhan yg mewariskan kerendahan hati dan sifat baik lainnya yg terbina saat berinteraksi dgn Tuhan, perhatikan imaji suara dzikr yg sedang dibaca atau penanda bahasanya, dan pastikan pikiran ini sampai kpd maknanya. Setelah itu beranjak dari sebatas tahu maknanya menjadi bisa mencicipi rasa tertentu pada saat konsep atau petanda bahasa terbangun dlm pikiran. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (QS. ar-Rad: 28). Kondisi demikian seperti terbawa lamunan saat berkendara, namun fokus diri terbagi antara lamunan yg disadari dan berkendara yg tdk disadari, di mana anggota tubuh mengendarai kendaraan secara otomatis tanpa perlu diperhatikan lagi. 

Namun terkadang iman naik dan turun, di mana hati tdk hidup krn tdk dibersihkan atau hati tdk bersemangat krn kelaparan, sehingga kita mungkin perlu memulai lagi dari level penanda bahasa, berupaya keras utk naik ke petanda bahasa, merasakan kembali manfaat konsep yg terbentuk dlm pikiran, dan beroleh manfaat dari dampak baiknya. Syekh Ibn Athaillah r.m. berkata, "Jangan meninggalkan dzikir, karena kamu belum tentu selalu ingat kepada Allah di waktu berdzikir. Kelalaian kamu terhadap Allah ketika tidak berdzikir lebih berbahaya daripada kelalaian kamu terhadap Allah ketika kamu berdzikir.  Semoga Allah menaikkan derajat kamu dari dzikir dengan kelalaian ke dzikir dengan kesadaran (ingat) kepada Allah. Kemudian naik dari dzikir dengan kesadaran kepada Allah ke dzikir yang merasakan kehadiran Allah. Kemudian naik dari dzikir yang merasakan kehadiran Allah ke dzikir yang melupakan segala sesuatu selain Allah. Dan yang demikian itu bagi Allah bukan sesuatu yang sulit.

Tidak perlu sedih bila iman sedang turun, dan jangan sampai bersangka Tuhan mengusir. Kasih Tuhan melampaui kasih orang tua yang selalu berharap anaknya dapat kembali dari pelarian dan mengecap rangkulan cintanya. Allah berfirman, "Wahai anak Adam selama engkau masih berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni engkau apa pun yang datang darimu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam walaupun dosa-dosamu mencapai batas langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, Aku akan ampuni engkau dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan sepenuh bumi dosa dan engkau tidak menyekutukan-Ku, maka Aku akan menemuimu dengan sepenuh itu pula ampunan." (HR. At-Tirmidzi)

Nampaknya akan lebih baik bila kedua cara tersebut dapat terlaksana secara beriringan, sebagaimana firman Allah SWT, "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring" (QS. An-Nisa: 103).

#PersepsiCahyana

0 comments :

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya