Usiaku bertambah begitu aku mengarungi detik demi detik, dan setiap helaan nafas di dunia ataupun di akhirat. Apabila aku keluar dari ruang dan menghabiskan perjalanan dalam kurun waktu yang panjang, kemudian kembali lagi, apakah akan ada perubahan bagi usiaku?.
Aku berfikir pasti orang-orang yang tidak merasakan kurun waktu panjang yang dapat dihitungitu, tidak akan menganggap sesuatu yang tidak terlihat. Mereka akan menghitung usiaku berdasarkan waktu yang mereka lihat. Sehingga waktu yang yang dihitung oleh mereka adalah waktu dari saat aku keluar dari ruang dan waktu hingga aku kembali lagi.
Apabila aku menjadi tua karena perjalanan itu, maka penuaan itu dianggap sebagai percepatan proses penuaan yang tidak dapat difahami sebabnya di dunia orang-orang yang tidak merasakan perjalanan. Apabila aku tetap muda, aku akan menjadi heran … kecuali perjalanan itu tidak menggunakan fisik, tetapi menggunakan bathin, dan waktu dalam perjalanan itu lebih cepat jika dilihat pada waktu sesungguhnya, maka aku tidak menjadi heran.
Aku melihat waktu adalah kekuatan yang tidak dapat aku tahan. Ia menggilasku, sehingga aku memiliki masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Apabila aku dapat melampaui waktu sehingga tiba di masa depan, aku tidak akan dapat menembus lebih dari batas usiaku. Rabb telah menentukan batasnya, yang mustahil aku hindari.
Aku harus menanggalkan ragaku untuk melampauinya. Terbang menuju masa depan dengan ruh, kemudian kembali ke pada raga dan hidup di masa yang sedang dijalani. Ruh yang terbang itu aku sebut harapan dan mimpi. Rabb yang akan menentukan, apakah yang dilihat olehnya akan terwujud atau tidak. Aku percaya, apa yang dilihat dan diharap oleh Mukmin pasti terjadi, tidak ada yang meleset dengan firasat Mukmin dan tak ada yang tak mungkin dengan mimpi yang benar.
Waktu menyentuhku begitu aku tercipta. Karena sebelum ruh ditiupkan dari mulut-Nya ke dalam ragaku, aku berada di alam tanpa ruang dan waktu. Waktu adalah maha karya-Nya, Rabb yang ada di segala ruang dan waktu, yang tidak terikat oleh keduanya. Hanya dengan keberadaan waktu aku bisa mengetahui bahwa Rabb Penciptaku sendiri sebelum segala sesuatunya tercipta. Dan hanya dengan waktu aku mengetahui bahwa aku tidak berdaya setelah segala sesuatu pada diriku tercipta.
Sewaktu kecil di atas kursi aku didatangi lintasan fikiran, sebelum mahluk-Nya ada maka Sang Pencipta sendiri. Sebelum Sang Pencipta ada, siapakah yang ada? Lintasan fikiran yang tidak layak ini datang untuk menguji, apakah hamba-Nya bisa mengenali Ketuhanan Alloh.
Pertanyaan tidak perlu dijawab karena aku sudah tahu bahwa tidak ada siapapun sebelum Sang Pencipta, karena Dia tidak diciptakan. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Rabbku tidak diciptakan sebagaimana mahluk diciptakan. Aku seperti orang yang menutupi benda miliknya, kemudian ia berkata kepada dirinya sendiri, “Apakah benda yang ditutupi itu?”
Kalimat “Sebelum Sang Pencipta ada” mengindikasikan bahwa lintasan itu sedang mengatakan bahwa Rabbku terbelenggu oleh waktu yang diciptakan-Nya sendiri, dan itu mustahil. Alloh lah pengendali waktu, dan waktu tidak mengendalikan-Nya. Alloh Yang Awal dan Yang Akhir. Alloh ada selamanya, dengan atau tanpa waktu ciptaan-Nya. Pada saat waktu belum tercipta, maka kata “Sebelum” dalam pertanyaan tersebut adalah sesuatu yang aneh.
Waktu tidak mengikat Alloh, sehingga tidak layak jika dikatakan waktu telah dahulu ada sebelum Alloh ada. Jika waktu ada sebelum Alloh ada, maka ada yang menciptakan Alloh, karena tidak mungkin Alloh tiba-tiba begitu saja ada. Lalu siapakah yang menciptakan waktu? Atau waktu yang menciptakan Alloh? Atau yang menciptakan Alloh adalah yang menciptakan waktu. Lintasan fikiran ini berusaha mengecohkan diriku sehingga kemudian aku berfikir bahwa Alloh yang ku sembah adalah bukan Rabb Pencipta yang tidak pernah diciptakan.
Alloh yang menciptakanku adalah Rabb yang pernah sendiri tanpa ciptaan-Nya, tanpa waktu yang diciptakan-Nya, tanpa pena-Nya yang menuliskan istilah awal dan akhir. Dialah pencipta segala sesuatu, dan selain segala sesuatu yang diciptakan-Nya adalah Dia saja. Tidak ada selain Dia sebelum segala ciptaan-Nya diciptakan. Dialah Rabb Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak beranak dan dipernakan. Tidak akan pernah ada satupun yang menandingi -Nya.
Sesungguhnya waktu dicipta untuk mahluk yang Dia ciptakan. Waktu tidak memberi kemanfaatan kecuali kepada mahluk-Nya. Rabbku dapat ada tanpa waktu yang diciptakan-Nya. Setelah waktu diciptakan, dan setelah Rabb dikenal sebagai Yang Awal dan Yang Akhir, Dia tetap ada tanpa terikat waktu. Dan sebagaimana keberadaan-Nya yang tersaksikan pada ciptaan-Nya, Rabb pun hadir di segala waktu. Hal itu tidak mustahil, bagi Dia yang menguasai waktu. Demi masa, sesungguhnya mahluk itu terikat waktu, dan Alloh lah penguasa waktu, yang mengulur dan mempersingkat waktu.
Terima kasih atas informasinya. please visit
BalasHapusvisit us